Sementara, malam itu Reina asyik dengan laptopnya, meski ia masih terbaring dalam rumah sakit, dan demi menghilangkan rasa jenuhnya yang hampir seharian berada di sana hanya bertemankan peralatan medis, sebelumnya ia meminta Nathan untuk membawakan laptopnya jikalau berkunjung ke sana. Dia, seperti biasanya kembali ke Alam maya melalui halaman facebooknya. Tiba-tiba seseorang menyapanya melalui layanan online.
"Hai bidadariku, apa kabar?" dari panggilan tersebut Reina mengenal jelas dengan siapa ia sedang berhubungan, yang bukan lain lelaki seberang.
"Baik, kamu bagaimana?"
"Aku akan baik, jika kamu selalu menemaniku."
"Selagi aku mampu," balas balik Reina.
"Maksudnya?"
Reina diam sejenak, dia tidak menjawab pertanyaan lelaki itu, sulit baginya untuk merangkai kata-kata.
Obrolan mereka terus berlanjut sampai malam bertengger ke puncak, dan hubungan kedua anak manusia itu terus berlanjut walaupun tak pernah bertatap muka, semakin begitu berharap saat bertemu lewat komunikasi telepon, facebook atau kemungkinan nanti berharap bertemu langsung.
* * *
Keesokan harinya, Amanda dan Arta muncul kembali, mereka membawa beberapa makanan, kemudian disusul Marcel.
"Martin dan Mario mana?" tanya Reina bingung, biasanya mereka ke mana-mana selalu bertiga.
"Mereka ada perlu, sebentar lagi nyusul," jawab Marcel.
Setengah jam berlalu, barulah muncul kedua pria itu, membawa kembang besar dan buah-buahan.
"Banyak betul, ide siapa ini?" tanya Reina. Semua mata tertuju ke Marcel, Arta dan Amanda senyum genit.
"Makasih ya Marcel, sudah merepotkan."
"Nggak apa-apa kok."
"Serius nih, nggak apa-apa.....kalau aku yang makan, bagaimana?" canda Amanda, sekonyong-konyong Mario menginjak kaki gadis itu dengan cepat dibandingkan Arta. Hampir saja Amanda menjerit, semua pada mengejek seraya tertawa geli melihat tingkah Amanda dan Mario, keduanya jadi malu.
Beberapa saat kemudian ayah dan ibunya Reina muncul, begitu juga Nathan.
"Ramai nih..!" kata Bu Elia senang.
"Iya nih....tante," jawab Arta.
Orang tua Reina juga membawa persediaan makanan yang hampir sama banyaknya dengan teman-temannya. Reina mulai bercanda.
"Ma.....sepertinya kita buka minimarket saja di sini.....abis, banyak makanan," semuanya kembali tertawa dan begitu senang melihat ceria Reina muncul kembali.
"Oh ya, semuanya, Om dan tante pamitan dulu sebab ada yang harus tante dan om kerjakan, nanti malam tante balik ke sini lagi," tutur Elia penuh perhatian.
"Nggak apa-apa kok tante, biar Arta sama Manda yang nginap di sini untuk malam ini," tutur Arta.
"Nggak usah.....nanti orang tua kalian nyari," ucap ibunya Reina lembut.
"Kalau itu, soal gampang.....tante," timpal Amanda begitu.
"Ya sudah, hati-hati saja di sini, tapi ingat jangan berisik,' ujar ibunya Reina.
"Percaya deh sama kami.....tante," ucap Amanda.
"Mas juga mau cabut dulu ya Rein, makasih banyak ya Arta, Manda dan teman-temannya yang lain yang telah berkunjung ke sini. Titip Reina ya," susul Nathan.
Kedua orang tua Reina dan Nathan begitu senang, dikarunia sahabat begitu baik jadi mereka tidak perlu cemas ketika menitipkan Reina pada teman-temannya, dan beberapa saat kemudian Marcel dan kedua temannya berpamitan juga.
"Rein.....kami cabut dulu, sebab sebentar lagi ada kuliah," ucap Marcel.
"Makasih ya semuanya,"
"Sama-sama," jawab balik Marcel.
* * *
Reina kembali membuka laptopnya, ia ingin melihat sesuatu yang baru muncul di dinding facebooknya, namun yang ia temukan hanya si lelaki seberang lagi online, sementara temannya sibuk dengan kegiatan masing-masing, ia juga menyibukkan diri dengan facebooknya. Seperti mana biasanya lelaki itu menyapa Reina.
"Hai bidadariku apa kabar?"
"Baik....!"
"Aku ada puisi buat kamu, mau tidak...?"
"Boleh," jawab Reina senang,
Kekasihku
Mungil senyuman
Berbaring lelap di ayat-ayat bening
Dalam irama
Lepaskan sajak biru
Untuk kita
Kekasihku
Kusapa semesta
Dengan bahasa rindu
Membuatku kudus
Di balik wahyu
Jinak dalam iman
Kekasihku, tuangkan mutiara
Dalam perahu
Seperti damai membalut Nuh
Dalam kisah
Kekasihku
Di dadaku ada cinta
Seraya berkata;
Maukah kau jadi mempelaiku.
* * *
Tiba-tiba, Reina tersenyum manis, seolah-olah ia merasakan suatu kedamaian lantaran daya tarik puisi tersebut, dan seakan-akan membuatnya terbuai dalam tutur larik-larik puisi itu, benarkah ini diciptakan khusus untuknya, namun kedua temannya bingung.
"Kenapa kamu Rein.....senyum sendirian," ujar Amanda.
"Boleh kita lihat isi laptopmu?" tanya Arta penasaran.
"Jangan...!" timpal Reina untuk menghindar.
Gadis itu sepertinya merasakan sesuatu yang harus ia buang segera mungkin, karena tak bagus untuk menyimpannya.
"Maaf ya kita sudahi percakapan hari ini," saran Reina.
"Ya, nggak apa-apa, kalau begitu sampai jumpa."
"Sama-sama."
Mendadak Reina memerlukan bantuan teman-temannya, ia meminta Amanda untuk membimbingnya ke kamar kecil lantaran infus masih melekat di pergelangan tangannya.
"Amanda, tolongin aku mau ke toilet."
Sementara Amanda menemani Reina ke belakang buang air kecil, pada waktu bersamaan laptop Reina hampir jatuh, Arta coba menyelamatkan, dan tanpa sengaja ia melihat sekilas isi dari laptop itu, ia pun tersenyum manis.
Terima kasih sudah mampir ke Bab 37 Sepasang Topeng Venesia
Tetap ikuti terus jalan ceritanya, dan jangan lupa di "vote"
Selamat membaca!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Topeng Venesia
General FictionSetiap orang punya cara yang berbeda untuk menemukan cintanya. Ada dengan cara yang aneh dan unik namun berkesan, begitulah yang dirasakan seorang gadis muda setelah pulang dari liburannya di Venesia. Meski dia hanya memiliki sebuah topeng karnaval...