33

8 1 0
                                    


Sementara itu, Marcel hatinya masih kalut, dia menyetir mobilnya sendiri tanpa kedua temannya di dalamnya, membuatnya bebas meluapkan semua isi hatinya. Sedangkan Martin mengendarai mobilnya sendiri dengan Mario berada di sampingnya. 

Sepanjang jalan tadi, Marcel hanya membisu, tapi kali ini dia benar-benar berteriak, bukan teriak ketakutan atau rasa sakit, tetapi melainkan teriak keputusasaan, seolah-olah emosinya memutuskan kalau dia tidak berguna.

"Bagaimana mungkin ini terjadi?"

"Di saat aku begitu mencintainya, dan di saat aku benar-benar menyukai seseorang." Dia merasakan sesuatu yang beda terhadap Reina dibandingkan dengan para mantannya, dia benar-benar merasakan, ada rasa di sana, bukan hanya sekedar rasa biasa, cinta monyet yang dia rasakan sebelumnya terhadap para mantannya, melainkan ini rasa yang luar biasa; rasa ingin menjaga, melindungi, menyayangi serta memiliki, dan berharap semua rasa itu jangan hanya mampir atau bertengger sementara di hatinya, tapi selamanya.

"Ya Tuhan, tolong.....jangan pisahkan aku dengan dia....." baru kenal beberapa hari, serasa sudah kenal bahkan dekat malah lebih dekat, dua atau tiga tahun lebih.

"Aku tak sanggup membayangkan bagaimana jadinya hidup ini jika tanpa dia. Meski aku baru mengenalnya, entah kenapa hati ini tertaut padanya. Sungguh, aku telah jatuh cinta pada Reina."

"Aku Nggak mau Reina menanggung semua ini."

"Biarkan aku turut merasakan kesedihannya."

"Dan, izinkan aku menjaganya seumur hidupku."

"Aku begitu mencintainya," teriak dari mulutnya, lamat-lamat air bening bercucuran dari kelopak matanya, meleler dan memolesi bibir dan kedua pipinya serta urat lehernya menonjol, Marcel benar-benar perih dengan keluhannya.



 Terima kasih sudah mampir ke Bab 33 Sepasang Topeng Venesia

Tetap ikuti terus jalan ceritanya, dan jangan lupa di "vote"

Selamat membaca!

Sepasang Topeng VenesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang