28

13 1 0
                                    


Marcel mempercepat langkahnya hingga meninggalkan kedua gadis itu serta kedua temannya, dan dia berlari membawa perasaan bersalah, lalu menyalahkan dirinya sebab dia berpikir lantaran dirinyalah Reina kabur begitu saja.

"Rein.....kamu di mana?" teriak resah Marcel sembari menelusuri setiap jalan dalam kampus, terutama fakultas teknik. Padahal, baru kemarin mereka benar-benar kenalan, dia sudah merasa dekat. Apakah itu rasa yang sedari tadi dirisaukannya hingga membuatnya melamun, entahlah.....

Sesaat kemudian, dari jauh Marcel melihat sosok Reina duduk dengan kepala setengah menunduk di taman kampus. Namun, sebelum dia mendekati gadis itu, tiba-tiba seorang pria menghampirinya yang bukan lain pria yang pernah pura-pura mengaku jadi pacarnya Reina.

"Kenapa kamu menangis?" tanya Aldo penuh perhatian. Sementara itu, Marcel mulai mendekat, ada suatu perasaan marah yang tumbuh dalam hatinya, ingin rasanya memukul pria itu, tapi dia tidak tahu alasan dia marah kepada pria itu.

"Rein, kamu nggak apa-apa, kamu sakit ya," tanya Marcel lebih perhatian. "Kata Arta, kepalamu pusing."

"Kalian, menjauh....!" teriak Reina tiba-tiba penuh emosi terhadap kedua pria tersebut. Ada apa dengannya, kenapa tiba-tiba dia menangis dan marah, kedua pria itu bingung, membiarkannya dengan menuruti ucapan Reina. Di dalam taman, kumpulan wajah memerhatikan mereka bertiga, ada suatu keheranan tersimpan di benak mereka masing-masing. Sedangkan Arta, Amanda dan kedua temannya Marcel dari jarak beberapa meter hanya diam mematung menyaksikan kedua pria itu bersama Reina, sementara waktu mereka tidak perlu mengusik atau ikut campur.

"Aku butuh waktu menyendiri, tolong kalian menjauh," mohon Reina.

"Tapi, Rein...." gantung Marcel,

"Maaf Marcel....saat ini aku ingin menyendiri, dan untuk traktirannya lain kali saja," ulang Reina penuh harap. Mendengar permohonan gadis itu, kedua pria itu segera menjauh.

***

Dari kejauhan terdengar sahutan yang memanggil seseorang.

"Aldo.....ke mana saja kamu? Dicariin dari tadi.....eh, ketemunya di sini, sedang apa kamu?" seru temannya, Jeffry.

"Nggak ada," ucap malas Aldo.

"Terus, mereka siapa?" tanya Jeffry penasaran terhadap Marcel dan Reina.

"Sudah, ah....!" ucap Aldo malas sembari membawa temannya menjauh dari taman, sebab apabila dia terus berada di sana, temannya akan terus bertanya sampai rasa penasarannya hilang.

"Ternyata, benar juga cowok blasteran itu namanya Aldo. Aku pikir, Mario dan Marcel asal sebut....keren juga namanya sesuai dengan orangnya," seru Amanda, dan Arta hanya diam tidak menanggapinya. Untung saja jarak mereka tidak terlalu dekat dengan Mario dan Martin.

"Hebat ya Reina, dikelilingi dua cowok ganteng," senang Manda, serta-merta Arta menginjak kaki temannya itu.

"Aduh....! Kenapa kau harus injak kakiku, Arta?" ketus Amanda, dan Arta tidak perlu menjawab sebab Manda sudah tahu pasti kenapa temannya melakukan itu.

***

Perasaan Reina masih berkecamuk, dan bingung serta malu dengan apa yang barusan diperbuatnya, karena tanpa disadarinya, dia telah membuat teman-temannya khawatir. Setelah Marcel dan Aldo menjauh, kedua temannya; Arta dan Manda mendekatinya bermaksud menghibur, agar kejadian tadi segera dilupakannya.

"Rein, kenapa kamu menangis?" tanya Amanda santai, namun mendadak Arta mengatup mulutnya Amanda seraya mencibir, lalu gadis itu diam sejenak. Lantaran Reina terlanjur mendengar ucapan temannya itu, dengan hati-hati dia menanggapinya.

"Nggak kok Manda, aku nggak menangis," ujar Reina mencoba mengusap air matanya, dan berusaha menghilangkan kekhawatiran kedua temannya, dan juga seolah-olah bisa menenangkan jantungnya yang berdetak tak karuan.

Lantaran melihat kesedihan dalam diri temannya, Arta dan Manda tidak mau mempertanyakan lagi, apa dan kenapa, mereka malah berusaha menenangi Reina.

"Tenang ya, Rein," ucap mereka berdua lembut sembari mendekapnya, sedikit demi sedikit kesedihan gadis itu berkurang dan tangisnya mulai reda.

"Maafin aku ya, Arta, Manda.....membuat kalian resah."

"Nggak apa-apa kok, kita bertiga sahabat," ucap Arta tenang.

Setengah jam kemudian setelah tenang, Reina pulang. Namun, awalnya kedua temannya bersikeras mengantarnya atau mendampinginya sampai ke rumah, takut kenapa-kenapa, tapi Reina meyakinkan kedua temannya bahwa dia sudah tenang dan aman, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.

***

Ketika tiba di depan rumah, Reina segera keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah. Dengan langkah kaki yang panjang, dia segera memasuki kamarnya, setidaknya merebahkan sejenak tubuhnya di atas ranjang, sebelum siang menjelang sore memanggilnya untuk beraktivitas seperti mana biasanya, meringankan pekerjaan ibunya di dalam restoran. Reina berusaha menentramkan pikirannya dari kejadian tadi. Dia mengelus dadanya, "apa yang telah aku perbuat Tuhan."



Terima kasih sudah mampir ke Bab 28 Sepasang Topeng Venesia

Tetap ikuti terus jalan ceritanya, dan jangan lupa di "vote"

Selamat membaca!

Sepasang Topeng VenesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang