Senen, di kampus USB, Universitas Sinar Bangsa
Amanda mengangkat tubuhnya keluar dari sedan silver yang mengkilap dikendarainya sendiri, sementara itu jari-jemari kirinya menggenggam cermin tangan, sedangkan tangannya yang lain memegang lipstik. Dia menutup pintu mobilnya yang diparkir di pelataran kampus dengan mendorong pantatnya yang seksi.
Kedua tangan itu rajin memolesi bibirnya dengan warna lipstik yang tampak mencolok. Dari jarak beberapa meter, sekonyong-konyong sebuah teriakkan memanggil namanya, "Man.....!". Pekikan itu membuat Amanda kaget dan spontan cermin di tangannya menjauh dari wajah, untung saja tidak jatuh tapi tetap saja menimbulkan kesialan, tangan kanannya salah mendaratkan lipstik, sasaran semula bibir akhirnya merosot ke pipi.
Suara yang menyerukan namanya mendekat, sosok asli si pembuat kekacauan semakin jelas.
"Pagi Man!" sahut Arta penuh senyuman, tidak biasanya gadis itu berteriak memanggil nama seseorang. Biasanya dia mendekat dulu baru menegur.
Dan, di saat bersamaan mereka berdua tidak menyadari dari jauh dua pria muda sedang memerhatikan mereka. Meski jaraknya tidak begitu dekat, kedua pria itu masih bisa mendengar sahutan Arta memanggil temannya.
"Pagi!" balas Amanda setengah tersenyum, namun Arta tiba-tiba tampak aneh ketika melihat dirinya lebih dekat.
"Ha ha ha...." tawa Arta sembari memegangi perutnya. Lelucon apalagi ini.
"Kenapa kau ketawa, apanya yang lucu?" tanya Amanda bingung, tidak seperti biasanya dia melihat Arta seperti ini, menertawakan orang lain. Walaupun dia melakukannya seharusnya tetap dengan gayanya yang elegan hanya sekedar menunjukkan gelak tawanya memberitahu ada sesuatu yang lucu terjadi di hadapannya. Tapi tidak harus sekencang ini seakan mengejek seseorang.
"Sejak kapan kamu berubah penampilan, sudah tobat ya jadi tante genit? Sekarang kelihatan kayak badut yang joget-jogetan di pinggir jalan, terus suka bikin bocah-bocah pada ngacir saat ngelihat! Ha ha ha...." tutur Arta tetap menyelipkan tawa dalam ucapannya.
"Maksudmu apaan sih, Ta. Memangnya aku seperti badut? Lihat dengan jelas ya! Busana yang aku pakai sekarang ini, pakaian bermerek dari Paris!" bangga Amanda memutar tubuhnya seraya menunjukkan keindahan pakaiannya berupa floral dress. Sebenarnya, dia mau ke kampus atau mau piknik, atau juga kencan dengan pakaian yang tak lazim dipakai mahasiswi saat di kampus, sebenarnya tak ada larangan mengenakan pakaian itu di kampus, tapi aneh saja.
"Paris apaan? Paris -Tanah abang, iya kali." Bukan kebiasaan Arta juga meledek seseorang apalagi temannya, namun kali ini dia benar-benar melakukannya―keluar dari jalur yang bukan kebiasaannya dan seolah-olah itu bukan dirinya. Tapi, entahlah, terserah orang bagaimana mendefinisikan sifat Arta sebenarnya, apakah dia seperti seekor bunglon yang berkepribadian ganda, atau hanya gadis biasa dengan sifat yang santun.
"Sembarangan!" kesal Amanda. "Paris - Mangga Dua, puas...!"
"Tidak sekalian Paris - Cipulir ha ha ha....." penyakit baru Arta menjadi sosok yang lain belum sembuh juga, masih bercokol dalam dirinya. Mereka berdua saling balas dengan menyebutkan beberapa tempat pusat perbelanjaan pakaian grosir di Jakarta.
"Sudah cukup bercandanya, Arta. Sepertinya ini bukan dirimu deh, tumben-tumbenan ngetawain aku bahkan ngeledek, iya juga. Apa ada jin gila bersemayam dalam tubuhmu, atau tadinya sebelum ke kampus sempat duduk-duduk manja di bawah pohon gede dan berpenghuni. Entah pohon gede di mana, setidaknya penghuninya merasuki tubuhmu hingga jadilah dirimu yang berbeda seperti sekarang ini, menertawai teman sendiri sepuas yang kau mau."
"Sudah....sudah.....kamu juga sudahin candaan yang horor itu," jawab Arta sambil menahan tawa. "Sebenarnya maksudku bukan pakaianmu Manda, tapi make-up mu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Topeng Venesia
General FictionSetiap orang punya cara yang berbeda untuk menemukan cintanya. Ada dengan cara yang aneh dan unik namun berkesan, begitulah yang dirasakan seorang gadis muda setelah pulang dari liburannya di Venesia. Meski dia hanya memiliki sebuah topeng karnaval...