22

22 1 0
                                    


Besoknya di kampus jam 8 pagi

Amanda masih penasaran, memorinya kuat dan masih ingat kejadian kemarin, mulai dari pembicaraan maupun gerak-gerik terkecil. Dia memutar ulang kembali memorinya, mengingatkan sesuatu yang membuatnya untuk menagih rasa penasarannya itu terhadap Reina.

Saat ini, Amanda sedang berada di kantin fakultas ekonomi, hanya duduk dan sama sekali tidak memesan apa pun yang dijual di dalam kantin. Dia sedang menunggu Reina dan Arta. Biasanya mereka bertiga kumpul bareng di sini, sebelum maupun sesudah jam perkuliahan.

Terkadang, kantin fakultas pun bisa jadi tempat yang nyaman bagi Amanda untuk mentransfer cerita yang tidak jelas kebenarannya, berupa gosip ke telinga teman-temannya. Namun, kali ini dia sedang tidak membagikan gosip, tapi meminta sebuah penjelasan, agar bisa melepaskan rasa penasarannya terhadap permasalahan kemarin yang terjadi beberapa meter di luar gerbang kampus, sedikit tidaknya ada yang dicurigainya.

***

Dari jauh Arta sudah terlihat. Sepertinya dia menuju ke sini, pikir Manda. Gadis itu berjalan dengan tenang tidak seperti hari sebelumnya, dari jarak beberapa meter dari posisi Manda berdiri Arta sudah menyahutinya, dan itu bukan bagian dari karakter seorang Arta yang sopan, tapi ada kalanya atau sesaat keluar dari karakter aslinya seperti kemarin.

"Arta.....aku di sini!" Amanda melambaikan tangannya sambil berteriak agar temannya itu tahu kalau dirinya berada di kantin, dan memintanya masuk serta menemaninya di sana, berharap mau mendengar obrolannya nanti, tapi dia menunggu Reina dulu.

"Tumben, pagi-pagi kamu sudah di sini, Manda," ucap Arta sambil menarik kursi dari bawah meja, lalu duduk di dekat temannya, dan memandangi meja kantin di hadapannya yang masih kosong, belum adanya piring maupun mangkok dan gelas bertengger di atasnya. "Apa ibumu nggak masak di rumah, makanya kamu di sini. Tapi kuperhatikan, belum ada apa-apa di atas meja, apa kamu belum mesan sesuatu."

"Ibuku masak, Ta. Aku saja yang kebetulan nggak sempat sarapan di rumah." Jawab Manda seolah-olah dia dibatasi oleh waktu.

"Ini masih pagi Manda, dan waktumu buat sarapan di rumah.....ada. Sementara mata kuliah pertama hari ini, di jam sepuluh siang."

"Iya, aku tahu itu, Ta."

"Lalu, apa yang membuatmu pagi-pagi sudah di kantin fakultas."

"Aku mau menagih sesuatu pada Reina."

"Mau nagih apa?" Arta jadi bingung dengan ucapan Manda, "Reina minjamin uangmu."

"Ya kali! Reina mau minjamin uangku, secara dia lebih tajir dariku."

"Terus, apaan dong?" Arta malah jadi sedikit penasaran.

"Tunggu, Reina dulu!" Amanda menahan sementara keingintahuan temannya, "kamu juga bakal tahu, apa yang akan kutagih darinya."

Arta menuruti apa yang dikatakan temannya, karena dia tidak terlalu ngotot dengan keingintahuannya, hanya sekadar ingin tahu saja, tidak lebih.

***

Tak berapa lama, Reina yang selalu mengenakan topi bucket, muncul. Tanpa menunggu temannya itu duduk dulu, tiba-tiba Amanda sudah menyerangnya dengan sebuah pertanyaan. Dia ingin melepaskan semua rasa penasarannya itu, dengan mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya, tentang apa yang disembunyikan Reina dari dirinya dan dari Arta juga. Tapi, sepertinya Arta tidak akan separah Manda, dia tidak terlalu usil ingin mengetahui permasalahan orang lain, jikalau yang dibicarakan nantinya tentang pria maupun pacar.

Dan, sementara itu Arta sudah mulai merasakan dan sadar, sepertinya arah pembicaraan temannya ke sana, sebab, apalagi yang akan dibicarakan Manda kalau bukan itu. Ini bukan lagi menjadi rahasia umum di kalangan teman-temannya, mereka tahu persis gadis itu bagaimana, di pikirannya cuma ada pria dan fesyen.

Sepasang Topeng VenesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang