Dalam sebuah ruang pertemuan koran kampus atau basecamp-nya para wartawan kampus yang berdampingan dengan MAPALA, dan UKM lain yang berada di area unit kegiatan mahasiswa, terlihat seseorang larut dalam tugas.
Seorang pria muda dengan rambut kribonya dan tubuh sedang, masuk dengan membawa tiga buah nasi kotak di tangannya, dan sebuah kamera yang masih bergelayutan di lehernya, sehabis melakukan peliputan seminar Perekonomian Indonesia yang diselenggarakan oleh fakultas Ekonomi, tepatnya HIMA Manajemen atau himpunan mahasiswa Manajemen di ruang auditorium kampus.
"Al, liputan acara kemarin, sudah kau kerjakan!"
"Sedang aku kerjakan! Sekarang lagi diedit," jawab Aldo yang duduk di depan meja kerjanya sembari menari-narikan jemarinya di atas keyboard laptop, tanpa memandang lawan bicaranya, si pria kribo bertubuh sedang. "Memangnya kenapa, Jeff?"
"Nggak ada, cuma nanya doang," ucap Jeffry sambil meletakkan bawaannya, nasi kotak di atas meja kerja anggota yang lain, dan mendiamkan sejenak di sana, sebab tak ingin mengganggu temannya yang lagi fokus dengan kerjaannya. Padahal, kalau Aldo sudah menyelesaikan tulisan tentang liputannya kemarin dan juga tidak ada kesibukan lain, Jeffry ingin mengajaknya ke tempatnya meliput berita. Tapi sayang Aldo masih berkutit di depan laptopnya.
"Bagaimana denganmu, sudah kelar meliput seminarnya?" tanya Aldo tetap tidak memandangi lawan bicaranya.
"Belum Al," jawab singkat Jeffry.
"Terus, kenapa kau ke sini, Jeff, kalau seminarnya belum selesai?"
"Istirahat sebentar, Al." Ucap Jeffry enteng, dan temannya mendadak ciptakan kerutan di sebagian permukaan wajahnya.
"Ingat Jeff, akhir bulan ini koran kampus harus terbit," ujar Aldo sambil membalikkan badan menghadap temannya. Dia mengingatkan karena dirinya pimpinan redaksi yang memegang tanggung jawab besar dan penting, terbit atau tidaknya koran kampus, "kita masih kekurangan berita."
"Tahu Al, makanya aku istirahat sebentar. Padahal baru liburan semester beberapa hari yang lalu sudah didesak mengumpulkan berita. Apalagi HIMA Manajemen, anehnya baru beberapa hari masuk kuliah sudah bisa mengadakan seminar, apa mereka nggak butuh izin dari kampus, butuh donatur maupun sponsor atau persiapan lainnya. Kesannya mereka mempersiapkannya asal-asalan."
"Bukannya aku mendesakmu, Jeff. Kebetulan ada yang bisa diliput hari ini, dan juga ini permintaan dari pihak panitia agar acara yang mereka selenggarakan dimuat di koran kampus. Kita jadinya nggak perlu susah payah cari berita ke sana kemari, sudah ada menyediakan untuk diliput. Mereka nggak asal-asalan atau dadakan mempersiapkan seminar ini, sudah jauh hari malah dua bulan sebelum liburan semester mereka sudah membentuk kepanitiaan acara. Buktinya, mereka bisa menggunakan auditorium kampus dan mendatangkan narasumber yang berkualitas. Ini seminar rutin mereka lakukan setiap tahunnya." Jelas Aldo selaku pimpinan redaksi dengan tenang, "maaf, aku nggak bisa membantumu Jeff meliput ke sana. Tahu sendiri kan, liputanku yang kemarin baru selesai kutulis, dan sekarang tinggal mengeditnya."
"Siap pak ketua!" seru dan canda Jeffry, terlihat senang memiliki teman yang tenang tidak emosian menghadapi dirinya yang rada malas. Tapi, di sisi lain Aldo juga memiliki sifat yang terkadang membuatnya geregetan, suka mengingatkan inilah-itulah, dan juga memiliki rasa kesal jikalau diajak bicara dengan tema yang tidak disukainya.
"Lalu, apa hubungannya meliput dengan istirahat," tanya dan dijawab sendiri oleh Aldo, "nggak ada kan, malah yang ada kau ketinggalan berita."
Aldo tampak tegas namun sedikit bingung.
"Begini loh, Aldo Fortino, aku istirahat sebentar buat memulihkan energi. Ternyata, seminar itu ada dua sesi. Sesi pertama sudah kelar, jadi aku istirahat sebentar untuk makan siang, waktu itu yang kupergunakan sekarang ini. Setidaknya, satu jam cukuplah buat memulihkan energi, agar sesi kedua lebih bersemangat lagi." Terang Jeff dengan menyebutkan nama lengkap temannya, dari nama pria itu jelas memiliki darah blasteran, Italia yang segarkan mata. Jelas terlihat dari parasnya yang tampan dengan hidung mancungnya dan kulitnya yang putih, serta perawakan tubuhnya yang tinggi besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Topeng Venesia
General FictionSetiap orang punya cara yang berbeda untuk menemukan cintanya. Ada dengan cara yang aneh dan unik namun berkesan, begitulah yang dirasakan seorang gadis muda setelah pulang dari liburannya di Venesia. Meski dia hanya memiliki sebuah topeng karnaval...