13

78 4 0
                                    


Reina berjalan dengan sikap Superhero-nya meninggalkan ruangan kuliah, padahal perkuliahan belum dimulai. Dan dia setengah menyeret Arta, sahabatnya terlihat bingung, kenapa dirinya harus dibawa-bawa terlibat lebih jauh lagi ke dalam perkara yang sebenarnya tidak terlalu dimasukkannya dalam hati, kecuali Amanda yang merasa permasalahan ini telah membuatnya malu dan sakit hati karena namanya dilecehkan oleh dua cowok tengil, menurutnya.

"Rein, lepasin dong!" ucap Arta keras dan tampak sedikit marah, tangannya ditarik kasar oleh Reina. Tak biasanya temannya ini kasar padanya.

"Kamu nggak ikut?"

"Nggak ah! Kamu saja sendiri," kesal Arta. "Lagian sebentar lagi dosen datang, kamu nggak masuk."

"Sekali-kali bolos nggak masalah kan? Lagian baru kali ini aku nggak masuk, kan jatahnya ada tiga kali. Kalau melebihi dari itu baru aku nggak akan ngelakuin hal bodoh ini lagi, bisa-bisa mata kuliah yang kuambil ini jadi bermasalah, dan terpaksa ngulang tahun depan." Jawab Reina enteng tanpa terbebani dengan sikapnya yang menurut Arta tidak bangat jikalau dia melakukan hal yang sama. "Santai saja, Ta."

"Buatmu santai, tapi buatku nggak. Aku nggak mau menua di kampus ini."

"Bolos sekali nggak bakal membuatmu jadi mahasiswa abadi di kampus ini," paksa Reina.

"Tetap nggak!" Arta tak tergoyahkan.

"Ya sudah, kalau kamu nggak mau. Aku nggak akan maksa, daripada nantinya kacau dengan adanya dirimu, ini itu dilarang 'jangan Rein itu nggak baik' perkataan begitu yang akan mengusik misiku." Sindir Reina terhadap kebiasaan temannya yang selalu melarang ini itu layaknya orang tua menasihati anaknya.

"Terserah kamu berkata apa, Rein, setidaknya aku nggak menghadapi situasi buruk," ujar Arta. "Tapi nanti kasih tahu aku ya, Rein, kabar beritanya bagaimana situasi yang kamu hadapi sebentar lagi."

"Katanya nggak mau ikut, tapi rasa ingin tahu tetap bercokol di kepalamu."

"Maaf Rein, itu sudah menjadi sifatku," ucap Arta enteng. "Yang penting nggak mengganggu perkuliahan."

Reina tidak mau rugi, dia juga menginginkan temannya melakukan sesuatu untuknya agar adanya keseimbangan antara keinginan Arta yang ingin tahu apa yang nantinya terjadi ketika sahabatnya mendatangi pria-pria itu dengan permintaan Reina.

"Aku titip absen ya, Ta."

"Iya....iya....iya," jawab Arta terpaksa, ini sesuatu yang paling malas dilakukannya namun dikarenakan yang meminta Reina, sahabatnya sendiri sudah tentu nantinya berlaku curang menandatangani absensi hadir. Dia berharap di jam kuliah nanti, dosen tidak perlu repot-repot memanggil nama satu-persatu buat mengetahui apakah semua mahasiswanya hadir seperti mengabsen anak sekolahan, cukup menyodorkan buku daftar hadir ke mahasiswa yang duduk di depan hingga digilir sampai ke belakang. Dengan begini, kehadiran Reina di jam perkuliahan pagi ini dijamin aman.

Dengan sikap begini, bukan berarti Reina mahasiswa pemalas. Dia hanya ingin menyelesaikan perkara yang mengusik ketenangan temannya.

Reina dengan muka kesal, emosional serta dengan keyakinan penuh dia membolos untuk sekali pertemuan mata kuliah di pagi hari ini, segera mungkin meninggalkan ruangan perkuliahan dan kedua sahabatnya karena sebentar lagi jam perkuliahan akan dimulai, dan dia mengenakan kembali topi bucketnya

***

Saat dia berjalan melalui jalanan areal kampus dari fakultas ekonomi ke fakultas teknik, sebagian orang heran memandangi gerak gerik Reina, mereka membagikannya jalan bukan karena dia cantik, namun oleh perasaan tidak nyaman. Bingung, antara dirinya dipandang layaknya seorang putri atau orang yang aneh, sementara tidak terlihat sedikit pun sikap feminin melekat dalam dirinya.

Sepasang Topeng VenesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang