"Sebenarnya, masalahnya seperti ini......" Martin berusaha menjelaskan ketika Manda dan Arta sudah mendekati mereka. Namun, Manda tidak terima jikalau kedua pria itu menjelaskan terlebih dulu, takutnya mereka berbohong dan yang disalahkan nantinya kedua gadis itu, dengan terpaksa Manda memotong perkataan Martin, padahal pria itu hanya ingin meluruskan titik permasalahannya walaupun nantinya dia dan Mario dipersalahkan karena telah memulai pertengkaran tadi pagi.
"Biar aku yang menjelaskan. Takutnya, kau dramatisir kejadian tadi pagi, terus yang disalahkan nantinya, aku dan Arta."
"Terserah.....mau situ yang menjelaskannya lebih dulu," ucap Martin agak jengkel karena perkataannya tiba-tiba dipotong Amanda.
"Ceritanya begini, seperti biasanya setiap pagi aku dan Arta kalau ketemu saling sapa. Tapi, tumben-tumbenan pagi ini Arta meneriaki namaku dari jauh, biasanya mendekat dulu baru menyapaku. Kebetulan waktu itu, aku lagi lipstikin bibir karena kaget mendengar teriakan Arta akhirnya kena mukaku," jelas Manda. "Lalu, tiba-tiba kedua cowok ini nongol, mereka mendengar Arta meneriaki namaku, lantas mereka ngeledekinku, katanya namaku sesuai dengan mukaku yang terkena coretan lipstik. Sementara Arta mereka ledekin juga dengan menyebutnya 'cewek culun'."
"Aku minta maaf," Martin langsung mengakui kesalahannya, tanpa menentang perkataan gadis itu atau membuat sebuah pembelaan.
"Kenapa kau minta maaf, Tin. Mereka juga ngeledekin kita, terutama Marcel, katanya trauma dipukuli nenek-nenek....." ucap Mario, sepertinya dia mendapat sebuah serangan karena perkataannya. "Auuught.....ada apa sih Marcel, kenapa kamu injak kakiku."
"Nggak perlu juga kau ceritakan kejadian kemarin, semua sudah pada tahu, kecuali Aldo," kesal Marcel. "Dan, dia juga nggak perlu tahu."
"Aku sudah tahu semuanya," tiba-tiba Aldo kembali buka suara.
"Tahu apa? Kamu itu orang luar yang nggak tahu perkara. Pakai ngaku-ngaku pacar Reina." Gertak Marcel, membuat Arta, Manda dan Reina bingung. Apa mungkin Marcel dan kedua temannya sudah saling kenal dengan pria blasteran ini, buktinya mereka tahu namanya.
"Aku ada di bandara Malpensa saat dirimu dipermalukan nenek-nenek. Aku nggak bisa membayangkan kalau itu terjadi padaku.....pastinya, sangat malu." Ucap Aldo turut emosi karena dipancing Marcel, Aldo keluar dari sifat aslinya yang sedikit kalem. Entah kenapa dia selalu emosian ketemu Marcel begitu juga sebaliknya. Apakah mungkin mereka berdua musuh bebuyutan.
"Sudah....!" lerai Reina dan dia tampak marah. "Kenapa jadi kalian berdua yang bertengkar." Meski Reina sudah menghentikan pertengkarannya kedua pria itu, namun Marcel tetap naik darah. Ternyata dia pulang kampung ke rumah moyangnya, kesal Marcel dalam hati, ingin rasanya dia menghajar pria itu, tapi untung saja amarahnya masih bisa dikendalikan.
Reina minta permasalahan kedua temannya segera diselesaikan agar tidak ada lagi kesalahpahaman, "lanjut Manda, bagaimana kejadian tadi pagi. Biar semua permasalahan kelar hari ini, agar jangan ada lagi kesalahpahaman, dan sebentar lagi gelap."
"Pokoknya, mereka berdua yang memulai duluan.....titik," tegas Manda.
"Nggak seperti biasanya kamu punya sifat buruk begini, Tin," kesal Marcel tiba-tiba tampak bijak. "Biasanya, selalu berhati-hati dalam bersikap, bahkan sering mengingatkanku. Ada apa denganmu, Tin?"
"Aku terpengaruh dengan sifatnya Mario."
"Kok aku yang disalahkan," Mario tak terima. Namun, Reina berusaha menyelesaikan dengan caranya sendiri karena sebenarnya dia jenuh dan capek, ingin segera pulang.
"Sudah, nggak usah memperpanjang masalah," ucap Reina dan bertanya pada kedua temannya. "Setidaknya, aku sudah tahu perkara sebenarnya. Dan, tadi pagi Marcel sama sekali nggak ikutan meledek kalian berdua, Manda, Arta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Topeng Venesia
General FictionSetiap orang punya cara yang berbeda untuk menemukan cintanya. Ada dengan cara yang aneh dan unik namun berkesan, begitulah yang dirasakan seorang gadis muda setelah pulang dari liburannya di Venesia. Meski dia hanya memiliki sebuah topeng karnaval...