"Kenapa cowok itu yang perbaiki mobil Reina?" tanya Amanda bingung, Dia merasakan suatu keganjilan.
"Aku juga mikir begitu, Manda," jawab Arta ikutan bingung.
"Janjinya mau ngerjain dua cowok yang ngeledekin kita tadi pagi," ujar Manda masih dengan kebingungannya. "Eh.....malah dia akrab dengan cowok satunya lagi."
Kedua gadis itu belum juga beranjak dari dalam mobil. Mereka masih penasaran dengan keberadaan pria itu, di dekat mobil Reina. Arta dan Manda terus memandangi Reina dari dalam mobil.
"Apa sebenarnya yang terjadi?" ujar Amanda dengan beribu perkiraan menyapa otaknya, "atau jangan.....jangan.....Reina jatuh cinta, secara cowok itu tampan."
"Penyakitmu kumat lagi, Manda," ledek Arta. "Tadi, janjinya nggak bakalan membahas paras cowok itu, kok sekarang tiba-tiba."
"Terpaksa Ta," jawab pasrah Manda dengan wajah kesal. "Lagian Reina membingungkanku, biasanya dia geregetan kalau diajakin ngomongin cowok tampan. Sekarang malah dekat sama itu cowok, aku jadi kesal!"
"Sabar Manda, itu cowok bukan jodohmu," canda Arta.
"Aku kesal bukan karena Reina dekat sama cowok itu. Kesalnya aku, teman kita gampang bangat terpedaya."
"Apa bedanya denganmu, belum kenal sudah kegatelan ngomongin cowok," lagi-lagi sindir Arta.
"Ya bedalah, Ta. Itu kan sifatku," jawab Manda bangga dengan sifat buruknya. "Sementara Reina, sejak kapan dia punya sifat yang sama denganku. Biasanya dia kepanasan kalau diajak ngegosip ngomongin cowok."
"Eh Manda, itu menurutmu. Belum tentu apa yang kamu pikirin, benar. Seharusnya kita berbuat sesuatu untuk Reina, bukannya berpikiran yang aneh-aneh, dan hanya diam serta merungut dalam mobil ini," ujar Arta.
"Maaf Ta, begitu gampangnya aku menilai sesuatu dari jauh, tanpa melihatnya lebih dekat."
"Kan, itu sudah sifat burukmu yang lain. Suka ngomongin orang kayak host infotaiment gosip tanpa cek and ricek."
"Berarti..... aku cocok dong jadi host infotaiment."
"Jangan halu."
"Biarin!"
"Sudah ah, kalau ngomongin orang nggak bakalan ada habisnya, mendingan kita keluar." Ucap Arta, berusaha agar dirinya tidak tertular penyakit sifat buruknya Manda.
Kedua gadis itu akhirnya keluar dari mobil, namun sebelum mendekati Reina, Arta dan Manda baru sadar ternyata selain mereka berdua, ada orang lain yang memperhatikan temannya, seorang pria dengan tubuh tinggi dengan wajah blasterannya sedang memperhatikan Reina.
"Aku lagi nggak mimpikan, Ta?" ucap Manda, seolah kepalanya berada di atas bantal yang empuk, atau kepalanya baru ketindih buah kelapa hingga membuat kepalanya sedikit berkunang-kunang bahkan pikirannya sedikit kacau.
"Memangnya, kenapa Manda?"
"Selain kita, itu cowok juga ngelihatin Reina."
"Iya, aku tahu."
"Ta.....cowok itu, sepertinya aku kenal, tapi siapa, ya?" Amanda mulai berjalan mondar-mandir mengelilingi mobilnya tiga kali putaran, berusaha mengingat-ingat kapan dia melihat pria itu, kemudian dia terhenyak, ingatannya tiba-tiba menjadi jelas dalam kepalanya.
"Manda, kamu kenapa sih, mondar-mandir.....mondar-mandir seperti orang gila?" sewot Arta.
"Aku ingat, Ta! Itu bukannya cowok yang....." tiba-tiba Arta memotong pembicaraan temannya.
"Aku tahu! Maksudmu cowok blasteran yang diomelin Reina di bandara Soekarno Hatta beberapa hari yang lalu," jelas Arta.
"Iya Ta," jawab Manda dan tiba-tiba kembali genit. "Ada apa dengan hari ini, kenapa kedua cowok itu ada di sini, apakah ini pertanda baik atau buruk buat Reina. Tapi, kalau ini kejadian terhadapku, ini pertanda baik secara kedua-duanya cowok tampan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Topeng Venesia
General FictionSetiap orang punya cara yang berbeda untuk menemukan cintanya. Ada dengan cara yang aneh dan unik namun berkesan, begitulah yang dirasakan seorang gadis muda setelah pulang dari liburannya di Venesia. Meski dia hanya memiliki sebuah topeng karnaval...