8. Perkelahian

63.8K 9.3K 2.8K
                                    


Altarel memutar tas waist bag didadanya menuju kebelakang karena ia akan mengangkat dus aqua yang ada di bagian ruang belakang dan akan diangkut ke pinggir area tanding. Pertandingan siang ini sudah selesai. Waktu menunjukkan pukul setengah satu siang. Altarel sebenarnya menahan emosi sedari tadi akibat Natha selalu mondar mandir dibagian panitia dengan alasan ia sedang mengecek tim kelasnya.

Dirga datang dari arah luar dengan Dion yang ada disebelahnya sambil membawa 2 cup es teh yang barusan mereka beli. "Napa muka lo gitu?" tanya Dion, ia memberikan satu cup es teh ditangannya pada Altarel.

"Kita menang Rel, ngapa muka lo ditekuk gitu?" tanya Dirga.

"Gerah, bangsat!" ketus Altarel, ia menenguk es teh itu hingga tandas lalu membuang cup bekas itu ke tempat sampah didekatnya.

"Yunda mana?" terdengar suara Rifki berteriak diujung pintu yang menghubungkan bagian dalam gedung olahraga dengan bagian halaman luar. Laki laki itu berlari kecil keluar hanya untuk menemui pacarnya.

"Bucinn!" ejek Dion melihat kepergian Rifki yang ternyata menemui Ayunda yang sedang makan nugget seribuan di salah satu dagangan.

"Nanti nongrong gimana? Tempat biasa," ujar Haikal, ia membuka ponselnya saat ada pesan masuk di layar notifikasinya. "Gue duluan," ujarnya lalu segera pergi begitu saja.

"SI bangsat! Badan paling gede, giliran ngangkat ngangkat cabut duluan!" maki Altarel.

"Badan doang gede mainannya cooking mama tuh," ujar Dirga.

Altarel menggeleng sambil tertawa melihat kelakuan teman temannya. Ia membuka tas waist bag hitam yang ia kenakan untuk mengambil rokok dalam tasnya. Altarel melihat sekeliling sebelum menyalakan rokoknya, setelah situasi aman, barulah ia membakarnya.

"Di gep anak osis mampus lo Rel," ujar Dion.

Altarel tertawa ia menghembuskan asap rokoknya ke wajah Dion dengan tidak sopannya. "Gak takut," ujarnya santai. Dion menggaplok kepala Altarel lantaran kesal karena dirinya disembur dengan asap rokok.

"Gak sehat, mas. Jahat kamu mas," ujar Dion sok menye menye. Perkataan Dion itu membuat Altarel jijik. Ia menendang pantat Dion dengan keras.

"Partner gay lo, Rel," ujar Dirga, ia meminjam korek api pada Altarel untuk menyalakan rokoknya.

"Bangsat jijik!"

Fadila sang ketua osis tiba tiba saja masuk ke dalam ruangan yang dihuni Altarel, masanya sangat pas saat Altarel menghisap rokok sambil menduduki dus dus aqua yang ditumpuk. Gadis itu memegang satu ht di tangannya, ia memandang malas kearah Altarel yang masih asik menghembuskan asap rokoknya. "Matiin rokoknya, Rel," ujar Fadila dengan nada malas.

"Bentar lagi udah mau habis," balas Altarel dengan nada yang masih saja santai.

Fadila menghembuskan napasnya lelah. "Angkatin tuh aqua bawa kedepan," ujarnya lalu pergi. Berurusan dengan Altarel membuat dirinya darah tinggi.

Altarel membuang rokoknya kearah luar, ia bersiap mengangkat 2 dus aqua yang tadi ia duduki. Baru saja akan mengangkat, seseorang dengan sengaja menabrak bahunya. Altarel menatap tajam kearah sang pelaku yang berlari keluar dan berbicara dengan seseorang. Natha adalah pelakunya, ia sengaja menabrak bahu Altarel. Altarel yang geram akhirnya hendak menghampiri dan menarik baju Natha namun Dirga menghalangi dengan memegangi Altarel.

"Sabar anjir!" ujar Dirga menahan dada Altarel agar tak terjadi perkelahian.

"Senggol dikit ngamuk lo Rel," cibir Dion lalu membawa 1 dus aqua keluar dari ruangan.

Altarel menghembuskan napasnya. Laki laki itu masih dibaluti kekesalan pada Natha, diyakini jika Altarel ddisenggol lagi pasti akan meledak. Altarel melepaskan tangan Dirga dari dirinya, ia kembali mengangkat dus aqua itu menyusul Dion yang sudah sedari tadi keluar ruangan.

ALTAREL versi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang