Matahari bersinar menyinari kamar mereka yang semula gelap kini menjadi terang. Aeris memeriksa jam, menunjukkan pukul 7 pagi. Semalam ia sudah mengirimkan surat online pada wali kelasnya bahwa untuk hari ini, ia tidak sekolah dengan alasan izin.
Perempuan itu menggulung rambutnya. Ia memperhatikan Altarel yang masih tidur dengan tenang di sebelahnya. Aeris menyentuh dahi cowok itu dengan tangannya, Altarel mengalami demam.
"Jagoan sakit lagi," gumam Aeris. Ia menuruni ranjang nya. Gadis itu berdiri menghadap Altarel serta terus memperhatikan jendela. Ia mengambil kain pantai miliknya di kamar baju untuk menutupi jendela agar Altarel tak terganggu oleh sinar matahari.
Ia menempelkan dan berusaha mengaitkan kain itu pada sisi jendela untuk menghadang matahari agar tak menerpa wajah Altarel. Aeris memperhatikan wajah tenang suaminya ketika tertidur. "Aku nggak tau apakah ini keputusan yang bagus untuk....jatuh cinta sama kamu," ujar Aeris. Ia mengusap kening Altarel menggunakan tissue karena ada beberapa bulir keringat.
"Pantesan banyak cewek yang suka sama kamu, Rel, walaupun kamu nakal banget. Tingkah kamu yang kayak gitu buat banyak cewek suka kamu. Kamu selalu punya banyak kejutan untuk perempuan mu, aku iri karena kamu pernah dimiliki seseorang selain aku."
Aeris mengusap mata cowok itu yang masih menutup dengan rapat. "Aish! Kenapa gue berani bilang waktu dia tidur?! Coba aja pas dia buka mata, langsung mlempem kayak bolu!" dumelnya yang ditujukan pada dirinya sendiri.
"Ish gemes banget pengen nonjok," Aeris mengusap pipi cowok itu. Altarel tetap tak menunjukkan gerak untuk bangun.
Aeris langsung panik ditempatnya. "Rel! Kamu mati Rel?! Rel kita belum punya anak!" ujarnya. Aeris mendekatkan dirinya pada dada cowok itu. Ia mendengarkan detak jantung Altarel namun ia kesusahan mendengarkan jadilah ia menempelkan pipinya pada dada cowok itu.
Beberapa detik setelahnya, tangan kekar tersangkat untuk mengusap lembut rambut perempuan yang kini menempelkan kepalanya di dadanya. "Kamu kenapa?" suara berat itu mengagetkan Aeris. Jantungnya bergerak lebih cepat dari kecepatan normal. Beranikah ia menengok pada manusia tampan ini? Ia takut ia akan mati ditempat begitu melihat Altarel bangun tidur.
"Emm...Rel?" gumam Aeris.
"Hmm?"
"Kamu bisa jangan ngomong dulu nggak?"
"Kenapa sayang?"
"Aku deg degan denger suara kamu. Serius! Jangan ketawa! Nanti aku jatuh cinta lagi!" ujarnya dengan panik alias salting. Ia memejamkan matanya dan menyesali telah mengatakan itu.
"Hah...? Kenapa?" Altarel baru saja bangun tidur. Ia masih belum bisa mengerti apa yang diucapkan Aeris. Ia juga merasakan napasnya panas serta tubuhnya yang hangat.
"Gak jadi Rel, untung kamu lagi loading."
Aeris bangun dari posisinya. Ia memperhatikan Altarel yang masih setengah sadar. Cowok itu terlihat mengijapkan matanya lalu kembali merubah posisi tidurnya. "Bangun Rel jangan tidur lagi," ujar Aeris. Ia menarik narik baju hitam yang dikenakan Altarel.
"Kayaknya aku harus kasi kamu penghargaan deh....ini pertama kalinya kamu tidur make baju. Biasanya nggak pake," ujar Aeris sambil tertawa.
"Hmm..." Hanya satu kata itu yang dilontarkan Altarel karena ia masih sangat mengantuk. "Kamu gak sekolah?" tanya nya.
"Nggak. Terlalu nadak, jadi aku mau ngurusin kamu dulu. Besok aku sekolah," ujar Aeris.
Aeris beranjak dari ranjang, ia memperhatikan dirinya di cermin. Ia cukup terkejut dengan wajahnya yang terlihat cemong akibat pewarna lipstik yang digunakannya terlihat cemong keluar dari area bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAREL versi 2
Teen FictionALTAREL versi 2. Tokoh, latar, alur, tema, serta garis besar cerita sama. Hanya beberapa bagian cerita yang ditambah dan yang kurang berguna dikurangi. happy reading!