43. Balcony

57.2K 6.7K 4K
                                    

•••••

asalnya dari daerah mana??

•••••

Satu minggu berlalu setelah kejadian tersebut, apa yang terjadi di dalam sekolah ini masih belum berubah. Adriel masih saja membuat ulah. Altarel telah memberitahu Lana mengenai apa yang harus mereka perbuat. Siang ini, Lana dalam jiwa yang berapi api karena satu masalah mungkin dua masalah.

Cewek itu menabrak bahu Altarel kemudian berjalan cepat keluar kelas. "Wis! Santai aja kali," gumam Altarel kemduian memperhatikan Lana yang sudah menghilang dibalik pintu. "Emosi mulu, gak ada anggun anggunnya jadi betina," lanjutnya kemudian memasuki kelas dan duduk di tempat duduknya.

Lana menggeprak pintu kayu kelas Adriel kemudian masuk ke dalam kelas itu tanpa permisi. Banyak anak laki laki yang mengejeknya lantaran ia kurang sopan dan terkesan kurang ajar. Adriel langsung menengok ketika suara keras tersebut terdengar di bagian depan kelas. Ia langsung berdiri dari kegiatan duduk diatas meja nya kemudian menghampiri Lana yang sibuk di halangi agar tak bisa masuk ke dalam kelas.

"Diem ya lo! Gue nggak ada urusan sama lo!" bentak Lana.

Adriel menghampirinya. Ia menyuruh teman temannya untuk mundur dan membiarkan Lana masuk. Gadis itu langsung mencengkram bagian kerah seragam Adriel. Cowok itu terlihat heran dan tak mengerti apa masalah nya kali ini. "Kenapa, Na?" tanya nya dengan nada yang sedikit tak terima.

Lana melepaskan cengraman itu lalu menarik tangan Adriel dengan kasar untuk keluar dari kelas. "Mau kemana?" tanya Adriel. Lana sedikit kesusahan untuk menarik orang ini namun itu dipermudah karena Adriel mau mengikuti Lana pergi.

"Diem lo! Gue muak sama lo!" bentaknya.

Adriel memikirkan apa salahnya kali ini? Ia sudah membatalkan semua rencananya terhadap Salvathrucaa karena tak disetujui kepala sekolah. Lalu apa masalahnya? Lana berhenti di sebuah tempat yang sudah sepi oleh siswa berlalu lalang. Ia menghempaskan tangan Adriel begitu saja, wajah perempuan itu bahkan lebih marah dari biasanya.

"Gue salah apa, Na?" tanya nya.

Lana menatapnya dengan nyalang seakan akan ia ingin memakan manusia di hadapannya ini. Adriel masih berdiri disana dengan wajah kebingungan. "Lo emang bangsat ya! Brengsek!" teriaknya kemudian memukul bagian dada cowok itu, terasa sedikit sakit.

Adriel berdecak ringan, ia memegang kedua pergelangan tangan perempuan di depannya. Adriel sungguh tak mengerti apa masalahnya kali ini? "Kenapa, Na? Gue salah apa?" tanya nya. Lana memaksa untuk melepaskan tangannya.

"Lo kemana kemarin malem?" tanya Lana dengan sedikit bentakan.

Adriel langsung terkejut ketika pertanyaan itu ditujukan padanya. Ia tak tahu mengapa bisa Lana mengetahui hal ini. "Gue? Dirumah, Na. Nggak kemana mana," ujarnya. Sebenarnya itu adalah kalimat bohong yang diucapkannya. Kemarin malam ia pergi dengan seorang perempuan sekolah ini. Orang itu adalah teman sekelas Lana. Ia terpaksa menyetujui untuk jalan bersama karena perempuan itu mengaku ada satu hal penting yang harus disampaikannya pada Adriel malam itu.

Lana berdecih. Ia melepaskan tangan Adriel dengan sekuat tenaga. Adriel berdecak karena ia sudah mengancam perempuan itu agar tak memberitahu Lana mengenai apapun. "Brengsek lo. Setidaknya lo tanggung jawab setelah ajak dia jalan! Jangan ditinggal gitu aja. Cowok nggak lo?" Nada suaranya sedikit bergetar ketika mengatakan kalimat terakhirnya.

Adriel menunduk lalu menghela napasnya. Ia memaki perempuan itu karena ia sudah berjanji untuk tidak memberitahu siapa pun. "Lo marah gara gara gue tinggalin dia atau gara gara gue jalan sama dia?" tanya Adriel.

ALTAREL versi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang