41. Stay with you!

52.8K 7.8K 6.3K
                                    

yahh kalah kalian yg bisa bikin tembus 6k vote padahal yg yg baca belasan ribu ckckck 👎🏼

5k vote + 5k komentar for next okayy!
•••••

Aeris menggendong tas berwarna pastel nya menuju luar sekolah. Saat ia berjalan keluar gerbang, seseorang menghentikannya. Orang itu menarik tasnya hingga membuatnya hampir terjungklang kebelakang. Tadinya Aeris tersenyum karena mengira Altarel yang menarik tasnya namun ketika ia berbalik badan, ternyata orang itu bukan suaminya.

"Kenapa Nat?" tanya Aeris.

Natha membuka tasnya lalu mengambil buku laporan keuangan kelasnya. Ia memberikannya pada Aeris. "Kenapa dikasi gue? Biasanya lo yang bawa," ujar Aeris. Ia mengecek buku tersebut yang sudah dipersiapkan dengan garis garis baru agar Aeris tak perlu menggaris lagi.

"Besok ada pemungutan uang kas. Gue besok nggak sekolah, jadi biar lo yang jalanin," sahut Natha.

Aeris mengangguk menyanggupi. Ketika ia hendak pergi, Natha kembali menyodorkan bucket bunga berukuran kecil pada Aeris. Bunga itu terdiri dari bunga mawar berwarna merah gelap cenderung ke arah hitam. Aeris termenung memperhatikan bunga tersebut. Ia teringat akan masa lalu mereka karena hanya Natha yang mengetahui jika ia menyukai warna bunga mawar bergradasi merah hitam tersebut. Bahkan Altarel tak mengetahuinya.

Lama ia terbengong sampai Natha memanggilnya kembali. "Ambil, Ris. Itu sebagai permintaan maaf gue," ujar Natha.

"Dimana lo nemu bunga ini? Bukannya susah dicari?" tanya Aeris lalu menerimanya. Ia memandangi bunga tersebut lalu menyentuhnya. Natha sedikit senang ketika hadiah yang ia cari dengan susah payah akhirnya diterima dengan baik. Walaupun Aeris hanya menerima hadiah darinya bukan lagi cintanya, namun ia merasa cukup senang.

"Gue nyari di setiap toko bunga. Ketemu tapi Cuma dikit makannya bucket nya kecil. Di dalemnya ada coklat. Lo suka kan?" tanya Natha.

Aeris mengangguk singkat. Ia menghirup aroma mawar tersebut namun terasa berbeda dengan wangi mawar pada bunga biasanya. Ia mengingat wangi ini. Akhir akhir ini ia hanya menghirup wangi Altarel karena ia selalu berada di dekat cwok itu namun kini ia menghirup wangi parfum berbeda. "Ini parfum lo kan ya?" tanya Aeris.

Natha tersenyum singkat. "Iya gue semprotin parfum." Aeris memandang heran kemudian mengangguk, ia baru saja membalikkan badannya. Tiba tiba saja Natha kembali menarik tangannya lalu memeluknya namun tak terlalu dekat seperti ia berpelukan dengan Altarel. Natha hanya memegang kepala belakangnya kemudian membisikkan sesuatu.

"Gue bakal pergi kalau lo udah bener bener serius sama orang lain. Maaf kalo gue ganggu lo dan kalo dulu lo nggak bahagia sama gue. Itu mungkin hadiah terakhir gue," ujarnya.

Aeris masih terdiam. Ia fokus mendengarkan Natha akibatnya ia tak sadar jika dirinya masih dipeluk. Memang seharusnya Natha bisa pergi darinya. Ia bisa saja kehilangan banyak kesempatan hanya karena mengharapkannya yang sudah menjadi milik orang lain. "Gue mau nanya satu hal," ujar Natha lalu melepaskan pelukannya.

"Lo bahagia sama Altarel?" tanya Natha.

Tanpa berpikir panjang, Aeris meengangguk. "Gue...lebih dari bahagia sama dia. Dia cowok yang gue cari selama ini. Gue sayang sama dia," sahutnya. Aeris menepuk bahu Natha sebanyak dua kali. "Lo harus move on dan menangin hidup lo sendiri, Nat. Bertahan nggak bikin lo baik baik aja," ujar Aeris.

Sementara diseberang jalan, seseorang mengamati dari dalam mobilnya. Raut wajahnya terlihat tak ramah seperti biasanya. Altarel sudah berada disana semenjak Natha memberikan buku kelas. Ia harusnya melewati gerbang depan untuk mencapai jalanan belakang sekolah namun ketika melihat pemandangan itu, ia refleks meminggirkan mobilnya. Ia rasa dirinya akan meledak sebentar lagi namun ia menahannya karena ia sudah sangat malas berkelahi dengan Natha.

ALTAREL versi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang