Bughh....
Suara pukulan terdengar keras. Suasana kantin yang tadinya kondusif berubah berantakan akibat seseorang terjatuh karena satu pukulan pada bagian wajahnya. Semua orang yang ada disisi mereka yang didominasi oleh perempuan langsung mencari tempat aman dan menyingkir agar tak sampai terkena masalah.
Dengan wajah yang bringas serta kilat amarah. Altarel menyeret Natha hingga kembali bangun. Namun disini keadaannya mereka sama sama kuat. Amarah membuat setiap orang merasa kuat. Natha membalik keadaan, ia memiting tangan Altarel kebelakang lalu menendang bagian punggung cowok itu hingga jejak sepatu Natha tercetak jelas pada baju seragam Altarel.
Altarel hampir hilang keseimbangan dan hampir terbentur lantai. Ia kembali bangkit setlah beberapa detik menarik napas. Mereka sama tak peduli tentang siapa saja atau berapa banyak pasang mata yang mengawasi mereka.
Pukulan bertubi tubi dilayangkan oleh Altarel serta tendangan sebanyak dua kali dalam waktu tak terputus atau dalam satu bersamaan. Hal tersebut membuat dirinya lebih unggul saat ini karena Natha berhasil terjatuh. Altarel menyugar rambutnya yang sedikit basah menuju belakang. Ia merendahkan dirinya untuk kembali menghajar Natha yang terbaring di lantai.
"Daritadi gue sabar sama kelakuan lo. Tapi lo sebut dia yang enggak enggak, gue bisa habisin lo disini, ngerti lo?!" bentak Altarel dengan suara keras. Hal tersebut membuat beberapa orang terkejut sampai sampai jantung mereka berdebar kencang.
Suasana kantin menjadi panik setelah melihat Natha yang sudah berdarah pada bagian wajahnya. Altarel mencekek bagian leher cowok itu, bertepatan dengan itu, Aeris muncul dan langsung berlari kearah mereka. Ia rasa ia sudah terlambat untuk menghentikan hal ini.
"Rel stop!" teriak nya.
"Ck! Altarel!" Aeris menarik narik tangan cowok itu berusaha melepaskan cekikan tangan besar Altarel pada leher Natha.
Cowok itu bahkan tak mau menengok kearahnya. Aeris mengacak rambutnya sendiri memikirkan cara agar bisa menghentikan semua ini. Ia berdecak memandangi semua orang yang malah menonton mereka bukannya memisahkan. "Altarel! Stop Rel!" Aeris memegang bagian rahang cowok itu dan masih berusaha melepaskan cekikan tangan Altarel pada leher Natha.
"Rel stop...lo bisa dihukum lagi. Natha kehabisan napas Rel!" ujar Aeris dengan lembut.
Dua orang manusia berbadan besar, Dion dan Haikal berlari secepat mungkin menuju mereka. Tadinya kedua cowok itu sedang berada di area kelas. Memang tadi Altarel sendiri yang berada di kantin. "Woi Rel! Lo apa apaan anjir!" Haikal memiting bagian leher cowok itu dan menariknya mundur dan bangun dari badan Natha.
Altarel menghempaskan pegangan teman temannya. Bahkan sampai dua orang yang memeganginya juga tak mempan menahan tubuhnya. Aeris yakin jika ia yang terkena pukulan Altarel tadi, pasti ia akan langsung mati ditempat.
Altarel menghembuskan napasnya lalu menatap Aeris yang terlihat ketakukan di pinggir area. Gadis itu menunduk ketika mata mereka bertemu. Altarel berdecak lalu menghampirinya. Tanpa basa basi, ia menarik tangan Aeris dengan lembut menuju luar area kantin. Cewek itu hampir terkejut karena detak jantungnya yang memompa dengan cepat.
Altarel membuka pintu toilet pria dengan keras hingga menimbulkan bunyi yang kencang. Pintu itu menabrak dinding Aeris yakin dinding ataupun pintu pasti akan rusak. Gadis itu meneguk ludahnya dengan susah karena ketakutan. Cengkraman tangan Altarel pada pergelangan tangannya semakin menguat. Ia masih tak tahu kenapa cowok didepannya ini sangat marah.
Tautan tangan mereka terlepas. Altarel berdiri didepan cermin kemudian menghadap dan menatap dirinya sendiri disana. Aeris yang canggung tak mampu mengeluarkan sepatah kata hingga akhirnya ia memutuskan untuk memanggil nama cowok itu. "R-rel?" panggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAREL versi 2
Teen FictionALTAREL versi 2. Tokoh, latar, alur, tema, serta garis besar cerita sama. Hanya beberapa bagian cerita yang ditambah dan yang kurang berguna dikurangi. happy reading!