Aeris mengusap wajahnya. Ia merasakan hembusan napas panas yang menerpa lehernya. Ia masih tetap memejamkan matanya dan belum menyadari posisi mereka. Ketika otaknya bekerja, ia langsung melotot, didalam pelukannya, Altarel tengah tertidur tenang. Cowok itu tidur diatas dada sampai lehernya. Tangan Altarel melilit tubuhnya dan memeluknya dengan erat. Aeris mencoba menyingkirkan tubuh Altarel dari atas tubuhnya namun sumpah, berat sekali.
"Rel...bangun Rel!" Aeris mengguncang guncangkan punggung Altarel. Ia bernapas lega ketika ada pergerakan dari Altarel namun cowok itu malah semakin menduselkan wajahnya pada dada Aeris.
"Rel!!! GAK SOPAN!" teriak Aeris spontan mendorong Altarel sampai terguling dan hampir saja terjatuh dari ranjang.
Laki laki itu mengusap matanya lalu berdecak. Sepertinya Aeris telah membuat Altarel badmood untuk pagi hari ini. "Apa sih?!" bentak Altarel lalu kembali menarik selimut untuk menutupi badannya.
"Lo gak sopan sama gue!" bentak Aeris tak mau kalah.
"Ck! Ribut!" teriaknya lalu kembali tidur. Altarel merubah posisi tidurnya hingga kini membelakangi Aeris. Gadis itu memperlihatkan ekspresi meremehkan, ia mengintip Altarel dari arah belakang. Tangannya memegang lengan cowok itu yang masih tertidur. Pahatan wajah Altarel ketika tidur adalah mahakarya Tuhan yang paling sempurna. Rasanya Aeris ingin menyentuhnya.
"Lo marah Rel?" tanya Aeris.
"Hm," Altarel hanya bergumam menanggapinya. Aeris mengabaikan orang itu, ia bangun dari tidurnya kemudian menuju kamar mandi untuk mandi karena pagi ini, ia mendapatkan jadwal olahraga jadi harus berangkat sekolah lebih pagi.
....
Aeris keluar dengan wangi yang sangat menyengat dari aroma sabun bercampur farfum. Hal tersebut cukup mengganggu tidur nyenak Altarel di jam 6.30 pagi ini. Aeris berdecak saat melihat Altarel masih tergulung selimut. Dengan emosi, ia menarik selimut Altarel membuat cowok itu terbangun. "Rel! Kok lo masih tidur sih?! Udah lambat Rel!!" omelnya.
Altarel mengucek matanya. "Baru jam setengah tujuh etdah!" bela Altarel tak mau kalah. Aeris menghembuskan napasnya kasar. Ia meraih tasnya. "Terserah lo Rel!" setelahnya iberlalu pergi namun sebelum itu, ia sempat mengatakan sesuatu. "Gue berangkat duluan," ujar Aeris namun hanya mendapat respon anggukan dari Altarel.
Aeris mengutak atik ponselnya. Kebetulan seseorang menawarinya jemputan, ia mengiyakan ajakan orang tersebut. Aeris tak memberikan alamat rumah Altarel ini, namun ia menunggu didepan gang agar lebih cepat. Ia menutup pintu gerbang besar itu kemudian berjalan cepat meninggalkan rumah.
......
Altarel mengepulkan asap rokoknya di belakang sekolah. Anak itu baru saja berhasil kabur dari kelas senibudaya. Pasalnya, ia sedang malas dalam pelajaran seni rupa jadilah ia membolos bersama teman temannya di belakang sekolah. Altarel sebenarnya sedang panas akibat mengetahui Aeris tadi berangkat sekolah dengan Natha, mantan cewek itu. Ia mengethaui ketika Dirga melihat Aeris bersama dengan Natha tadi pagi. Ia menyesali dirinya yang bangun siang. Namun amarahnya semakin jadi ketika mengetahui kenyataan bahwa mereka masih dekat.
Altarel terkekeh kecil dengan senyuman miring. Entah mengapa ia merasakan panas menjalari hatinya. Ia masih berusaha tak memikirkan itu dan pastinya akan menanyakan hal ini pada Aeris nanti.
"Rel, lo tidur berdua sama Aeris?" tanya Dion. Cowok dengan baju yang kini sudah rapi itu berdiri disebelah Altarel yang tengah merokok dengan santai.
"Sekampung. Sama seluruh keluarga besar dia!" ujar Altarel dengan ketus karena pertanyaan tidak berguna yang dilontarkan Dion. "Pertanyaan lo kaga berguna," sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAREL versi 2
Teen FictionALTAREL versi 2. Tokoh, latar, alur, tema, serta garis besar cerita sama. Hanya beberapa bagian cerita yang ditambah dan yang kurang berguna dikurangi. happy reading!