37. Don't hurt her #2

52.8K 6.5K 5.4K
                                    

sebutkan satu kata yang menggambarkan
karakteristik Altarel??


happy reading. 4k komentar for next!


•••••

Altarel memarkirkan mobilnya didepan sebuah gedung kosong yang aad didekat sekolah lama nya. Berjarak sekitar 200 meter dari sana. Langkah kakinya berjalan masuk ke dalam gedung itu. Begitu melihat target yang masih diawasi teman temannya, cowok itu melepaskan jaket serta baju seragam yang berisikan identitas sekolah. Hingga meninggalkan baju kaos berwarna hijau army yang ia kenakan.

Altarel memutar pisau lipat yang dibawanya kemudian memasukkan kembali pada saku belakangnya. Cowok itu menendang tong serta kayu yang menghalangi jalannya hingga membuat semua orang terkejut.

Rifki memperhatikan temannya yang sudah berhasil menemukan mereka. Ia juga melihat Altarel mengeluarkan pisau lipat lalu memutarnya menggunakan tangan kanannya. "Mati tuh orang sekarang," gumam Rifki.

"Woi bro!" sapa Dion.

Natha menatap Altarel dengan tatapan nyalang. Entah mengapa hal itu sangat menggelitiki perutnya hingga membuat Altarel tertawa. "Aeris ngadu sama lo?" tanya Natha ketika Dirga melepaskan lakban yang menutupi mulut cowok itu.

Altarel menduduki satu kayu yang dirangkai hingga membentuk kubus. Ia membuka dan menutup pisau lipatnya kemudian melemparkan pada sasaran. Ia sengaja melemparnya dengan meleset hingga hanya menggores ujung kecil telinga Natha. Cowok itu tertawa sinis ketika telinga bagian ujung lawannya tergores pisau.

"Iyalah dia ngadu sama gue. Gue cowoknya. Masa ngadu sama bapak lo," sahut Altarel dengan santai.

"Tajem juga tuh pisau," gumam Altarel lalu menaikkan alisnya pada teman temannya.

Haikal membalas lirikan Altarel dengan tawaan. "Punya Aeris," bisik Altarel kemudian disambut suara tertawa mereka kecuali Natha. Jika bisa digambarkan, ia sangat tampan dan cool dalam keadaan seperti ini.

"Gue ambil tuh pisau dari laci dapur." Altarel mendekati Natha kemudian mengambil kembali pisaunya. Cowok itu menggoreskan pisaunya pada ikatan tali yang mengikat tubuh Natha. Lawannya terlepas dari ikatan dan juga lakban pada mulutnya.

Altarel mengkode pada teman temannya agar keluar dari ruangan ini. Ia menatap Natha dengan tatapan tajam. Cowok itu mengangkat pisau dan kepalan tangannya. "Kalo gue pake ini," ujarnya menunjukkan pisau lipat itu. "Lo mati sekarang," sambungnya.

"Kalo gue pake ini," Ia menunjukkan kepalannya. Semua orang tau badan serta lengan cowok itu dipenuhi otot jadi pukulannya akan terasa lebih keras dari yang lainnya. "Lo sekarat," desisnya. Altarel membuang pisau lipat itu kesamping.

"Lo apain dia?" tanya Altarel lalu mulai mendekat. Natha mengangkat wajahnya. Cowok itu seperti terpojok karena memang ia salah dalam masalah ini. Perkataan Aeris terlalu membuatnya emosi sampai melayangkan tangannya agar Aeris diam.

"Gue minta maaf. Gue salah karena nampar Ae-"

Bughhh....

Belum sempat melanjutkan perkataannya. Ia sudah lebih dulu mendapatkan pukulan terkeras yang Altarel berikan pada bagian wajahnya. Altarel menghantamnya dari sisi depan hingga membuat sensasi kepala yang sangat pusing dan kliengan. Ditambah dengan darah mengalir pada bagian hidung.

"Lo paksa dia hah? Setelah dia nolak, lo tampar?"

Altarel melayangkan satu tendangan hingga lawannya terjatuh di lantai. "Kalo lo pukul gue, lo nggak akan dapet balasan sekeras ini," gumam Altarel sedikt berbisik dengan senyuman devilnya.

ALTAREL versi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang