11. Biang Onar

60.9K 10.3K 9.2K
                                    

Aeris berjalan cepat di trotoar sekolahnya. Sesekali ia melirik jam tangan hitamnya. Ia berdecak akibat terlambat bangun, ia harus berlarian kesekolah karena pintu gerbang sudah ditutup 3 menit yang lalu. Aeris mendengus, ia mengusap wajahnya dengan raut wajah panik.

Aeris menengok kesekitar, tidak ada orang yang berpakaian seragam sepertinya. Ia merasa seperti menjadi siswi termalas karena hanya dirinya yang terlambat pagi ini.

"Biasanya banyak yang telat, ini kenapa gue doang?" gerutu Aeris.

Gadis dengan rambut panjang tang terkepang rapi itu mendekati pagar sekolah. Pos penjaga sekolah sepi. Ia berusaha membuka pagar namun terkunci. Aeris berdecak frustasi. Dari arah dalam, ia melihat Natha mendekat kearah pagar. Laki laki itu baru saja datang dari arah kantin.

"Natha?" gumam Aeris.

Laki laki itu ternyata sudah masuk sekolah walau dahinya terdapat tempelan perban dan sedikit luka pada wajahnya. Natha terlihat tak jera untuk mendekat pada Aeris lagi.

"Ris? Kelas belum mulai! Belakang sekolah Ris, ntar gue tungguin disana. Gue bantuin, ayo cepet!" ujar Natha.

"Gimana Nat??" tanya Aeris panik.

"Kebelakang seolah Ris, ntar tembus di toilet cowok. Ayo cepet kesana, gue bantuin," ujar Natha.

Aeris mengangguk, ia berlari cepat kearah belakang sekolah. Sesampainya disana, ia menepuk jidatnya saat ada beberapa laki laki yang membolos di warung yang sering Altarel kunjungi. Aeris tak mengenali siswa itu, juga tak ada Altarel disana.

"Mampus gue sekarang," gumamnya.

Aeris membuka ponselnya. Ia menghubungi membuka blokirnya pada kontak Natha kemudian menekan icon telepon. Sambungan telepon terhubung hingga terdengar suara Natha diseberang sana. Natha sudah menduga di bagian belakang sekolah pasti ramai oleh murid laki laki yang membolos. Apalagi melakukan kegiatan memanjat didepan mereka, itu hal yang tidak mungkin Aeris lakukan.

"Nat? Lo bisa kesini? Rame banget," ujar Aeris panik. Ia melirik jam tangannya.

"Guru udah masuk belum Nat?" tanya Aeris.

"Mana gue tau, Ris, gue aja masih diluar kelas," balas Natha.

Natha mengintip dari tembok toilet laki laki. Ia menjadi sedikit ciut ketika melihat keberadaan Altarel yang baru saja datang dari arah utara. Laki laki itu nampak mengenakan pakaian bebas.

"Nat? Cepet dong! Kesini bantuin!" ujar Aeris mendesak.

"Gue gak bisa, Ris," balas Natha.

"Lah?! Nat-"

Sambungan telepon terputus sepihak. Aeris bertambah panik ketika sambungan telepon itu terputus. Ia menghujat Natha denga berbagai hujatan kasar. Aeris mengendus sesuatu yang sangat familiar di indra penciumannya. Sepertinya ia kenal wangi ini. Aeris berbalik badan, dalam jarak 5 meter, ia memukan laki laki dengan hoodie hitam tengah mengobrol dengan seseorang siswa sekolahnya. Cowok itu menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

"Altarel?" gumamnya, ia menelesik dan berjalan lebih dekat.

Aeris mendelik saat ia ketahuan oleh teman mengobrol laki laki itu. Sontak cowok berhoodie hitam itu menengok kearah Aeris. Benar dugaannya, itu adalah Altarel. Entah kenapa, Aeris merasa lebih tenang akan kehadiran Altarel disini, ia lebih merasa aman. Altarel membuang rokoknya ke tanah lalu menginjaknya.

"Ngapain disini? Mau bolos?" Altarel mendekat padanya, laki laki itu memasukkan tangannya pada kantong hoodie miliknya.

"Lo ngapain disini?"

ALTAREL versi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang