setelah renjun merasa lebih tenang, ia kini duduk dengan jaemin yang ada disebelahnya, mata renjun sembab karena menangis. renjun sedang menunggu operasi ibunya selesai dengan jaemin yang senantiasa menemaninya.
"jangan takut, ibu mu pasti akan sembuh" ujar jaemin mengelus kepala renjun dengan lembut
"t-tapi saya merasa tidak tenang presdir"
"tetaplah optimis dan positive, jangan biarkan hal hal yang menakuti mu membuat diri mu menjadi resah"
"maaf presdir, karena saya menangis baju anda menjadi sedikit basah"
"tak apa, saat kita berada di liar kantor panggil aku jaemin saja"
"tapi saya merasa tidak enak"
"jangan berbicara formal"
"baik, untuk administrasi akan ku ganti nanti" ujar renjun, saat dokter menyuruhnya untuk segera membayar administrasi, jaemin yang mengurusnya
"jika kau ingin mengganti, kau hanya perlu menjadi anak yang berbakti pada ibu mu dan terus menjaganya"
"itu pasti akan ku lakukan"
"dan satu lagi... suatu saat aku akan meminta kejujuran mu huang renjun"
"kejujuran?" bingung renjun
"ya... kejujuran yang harus aku ketahui dan aku minta kamu untuk tidak berbohong saat aku meminta kejujuran mu"
"baik, aku tidak akan membohongi mu"
"ayo ke kantin rumah sakit, kamu pasti lapar kan?" ajak jaemin
"tapi nanti tidak ada yang menjaga ibu"
"tak apa, nanti aku akan menyuruh salah satu anak buah ku untuk menjaga ibu mu"
jaemin menarik tangan renjun, ia menuntun renjun menuju kantin bersamanya. jaemin menggenggam sedikit erat tangan renjun, lembut dan hangat yang jaemin rasakan, mungkin tangan renjun akan menjadi salah satu favoritenya.
saat sampai jaemin dan renjun duduk bersebelahan, mereka juga sudah memesan makanan mereka, hanya perlu menunggu sampai diantar kan ke meja mereka.
"untuk besok kamu libur bekerja saja, untuk menjaga ibu mu"
"tapi jika aku libur siapa yang akan mengurus jadwal dan berkas berkas?"
"ada haechan, lagi pula besok jadwal ku hanya rapat bukan?"
"iya, aku baru tau jika haechan sama presdir jeno itu sepasang kekasih"
"mereka memang sepasang kekasih, sudah dari lama. hanya menunggu mereka menikah saja"
"tapi haechan bilang jika mereka menunggu mu menemukan orang yang kamu cintai"
"memang, aku harus menemukan orang yang aku cintai" ujar jaemin menatap renjun "dan itu kamu sendiri renjun, aku akhirnya menemukan mu. aku hanya perlu menunggu waktu yang tepat" batinya
"jika boleh tau siapa orang itu?
"seseorang lelaki mungil dan manis"
"apa kamu sudah bertemu denganya?"
"dulu, aku hanya pernah melihat tapi aku tidak mengajaknya untuk berkenalan"
"ahh sayang sekali, mungkin jika kamu mengajaknya berkenalan pasti sekarang sudah menjalin hubungan atau malah bertunangan"
"benar kan? aku saja yang bodoh waktu itu tidak mengajaknya berkenalan"
"sabar saja, semoga kamu bisa bertemu denganya secepat mungkin"
"terimakasih"
---------------
setelah makan dikantin, orang suruhan jaemin yang menjaga ibu renjun menghampiri mereka dan berkata jika ibu renjun sudah sadar. tanpa menunggu lama renjun dan jaemin segera menuju ruang inap ibunya.
"ibu..." lirih renjun menggenggam tangan ibunya
"k-kenapa menangis?" ujar ibu renjun susah payah karena masih lemas
"ibu jangan berbicara dulu, ibu harus beristirahat dulu"
ibu renjun diam, matanya melihat kearah jaemin yang berdiri di samping renjun. renjun paham apa yang ibunya pikirkan, pasti ia bertanya siapa jaemin
"perkenalkan bu, ini jaemin boss ku di kantor" jelas renjun
"ibu merasa lebih baik?" tanya jaemin lembut dan ibu renjun hanya mengangguk
"jangan khawatir bu, jaemin sangat baik pada ku"
"anak ibu sangat manis, ia juga anak yang penurut" ujar jaemin
ibu renjun tersenyum saat mendengar perkataan jaemin, dalam hatinya ia bersyukur karena jaemin terlihat sangat ramah atau bahkan menyayangi renjun.
----------------
maaf kalo ada typo
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOSS, MY LOVES - END
FanfictionMengenai HUANG RENJUN yang terpaksa menggantikan posisi kembaranya yang tiada karena sebuah kecelakaan untuk menjadi asisten pribadi seorang NA JAEMIN Lalu bagaimana kelanjutan kisah keduanya? Apa mereka hanya akan sebagai atasan dan bawahan? atau...