07

12.4K 1.4K 62
                                    



Renjun yang baru saja pulang sekolah melihat mobil sang ayah yang berada di pekarangan rumah sederhana mereka. Lalu renjunpun berlari masuk, tapi belum sempat renjun mendekat diapun mendegar suara pertengkaran dari ayah dan ibunya.

"Apa maksud oppa?!" Teriak wanita yang kira-kira berumur 30 an itu, Tiffany Huang sembari menangis.

"Itu benar tif, aku sudah menyembunyikan kalau sebenarnya aku sudah menikah bahkan memiliki anak sebelum menikahimu." Ucap pria yang lebih tua, Lee Donghae.

"Kau jahat oppa. Kau penjahat." Ucap Tiffany menangis dan terduduk dilantai.

"Maafkan aku. Tapi, aku sudah tidak bisa hidup bersama denganmu lagi dalam kesederhanaan. Karena semua ini melelahkan tif. Maka aku akan melepaskanmu. Dan aku akan membawa renjun bersamaku. Kau tetap bersama dengan Rendi, karena aku tidak mau membawa anak penyakitan itu." Ucap Donghae.

"Tidak akan aku biarkan. Jangan pernah kau melakukan hal itu, kau tidak akan bisa mengambil anakku. Apapun yang terjadi." Ucap Tiffany menangis.

"Aku sudah memutuskan tif, biarkan aku membawa renjun." Ucap Donghae. Dan tepat saat itu, renjun yang berlinangan air mata keluar dari persembunyiannya dan menatap sang ayah dengan tatapan bencinya.

"Aku tidak akan pergi denganmu." Ucap renjun penuh penekanan pada setiap katanya.

"Renjun?" Kaget keduanya.

Lalu Donghae mendekat dan renjun terus mundur menjauh dari pria yang berstatus sebagai seorang ayah baginya. Dan dia benar-benar sangat marah dengan semua kemungkinan itu.

"Renjun. Dengarkan ayah dulu." Ucap Donghae.

"Ayah? Kau tidak pantas menjadikan dirimu sendiri ayah. Kau! Mulai detik ini kau bukan ayahku lagi. Aku bukan Lee renjun. Mulai detik ini aku adalah Huang Renjun. Dan aku tidak punya ayah. Pergi dari sini" teriak renjun dengan airmata yang berlinangan.

"Renjun. Dengarkan ayah. Ayah mohon renjun. Ini demi kebaikanmu." Ucap Donghae yang terus mencoba untuk mendekat.

"Tidak akan. Kau bukan ayahku. Ayahku telah tiada. Kau bisa pergi." Ucap renjun mendorong Donghae lalu mendekat pada ibunya dan memeluk erat ibunya.

"Tenanglah ibu. Aku tidak akan pergi kemanapun. Aku akan tetap bersama dengan ibu. Aku Huang bukan Lee." Ucap renjun sembari menenangkan ibunya yang menangis takut kalau anaknya akan pergi selamanya darinya.

Donghae merasa ini bukan saat yang tepat untuk membawa renjun bersamanya. Akhirnya diapun memutuskan pergi dari tempat itu meninggalkan renjun dan Tiffany yang menangis bersama dalam diam. Tepat saat itu, Rendi pulang dari sekolah setelah kembali dari mengerjakan tugas kelompok dan melihat sang kakak kembar dan ibunya menangis bersama lalu diapun langsung mendekat dan memeluk keduanya.

"Ada apa ibu? Ada apa hyung?" Ucapnya panik.

"Tidak ada rendi. Sekarang kau siapkan semua barang-barang mu. Kau juga injun. Kita pergi dari sini sekarang." Ucap Tiffany.

"Kemana ibu?" Ucap Rendi bingung.

"Kita akan pergi kembali ke kampung halaman ibu. Saat ini disana adalah tempat yang baik bagi kita." Ucap Tiffany.

"Baik ibu." Ucap kedua anak kembar itu, bahkan renjun menyembunyikan tentang semua keburukan ayah mereka agar adiknya itu tidak membenci ayahnya. Cukup dia yang membencinya dan menahan sakitnya selama ini.


Telah berbulan dan tahun berganti, akhirnya renjun, Rendi dan Tiffany kembali ke Korea saat diketahui kalau renjun dan Rendi mendapatkan beasiswa dari salah satu universitas terbagus di Seoul. Mereka juga sudah mengganti semuanya termasuk menggunakan nama sang adik dari Tiffany, Huang Zitao sebagai ayah dari kedua anaknya dan mengganti nama belakang kedua anak kembarnya menjadi Huang secara resmi di negara.

Semuanya berjalan lancar, hingga renjun terpaksa melepaskan impiannya dan diapun bekerja sambilan untuk memenuhi kebutuhan ibu, dan adik kembarnya yang juga sakit-sakitan sejak lama. Renjun benar-benar menahan semuanya dengan sangat baik, bahkan tidak ada yang tau kalau dia mengkonsumsi obat penenang sama sekali. Tapi, sepertinya semua hidupnya kembali hancur dengan sang ibu setelah dia mendapatkan telpon kalau adiknya mengalami kecelakaan dan meninggal ditempat. Dunianya runtuh seketika dan ibunya juga sakit-sakitan karena kejadian mengerikan itu.

Renjun terpukul, dia terus saja memandang wajah sang kembaran di rumah abu itu, disaat bersamaan ponselnya berbunyi dan diapun mengangkatnya begitu saja.

"Apa ini dengan tuan Huang Renjun?"

"Iya. Ini siapa?" Ucap renjun yang merasa sangat bingung karena dia tidak pernah memberikan nomornya pada siapapun.

"Saya hrd dari perusahaan Na. Selamat kau diterima sebagai asisten dari Presdir kami."

"Apa?" Ucap renjun kaget karena dia tidak pernah mengirimkan surat lamaran di perusahaan itu.

"Selamat tuan. Kau bisa mulai bekerja besok."

"Apa saja bisa meminta mulai bekerja Minggu depan?" Ucap renjun.

"Kenapa tuan kalau saya boleh tau?"

"Saya sedang berduka." Ucap renjun menahan tangisnya karena sekarang pikirannya mengatakan kalau sang kembaran lah yang melakukan semua ini untuknya.

"Baik tuan Huang. Maaf karena saya menghubungi disaat yang tidak tepat. Saya turut berduka cita."

Lalu panggilan terputus dan renjunpun menangis sembari bergumam kata bodoh untuk sang adik kembarnya itu.

Sepulangnya di rumah, renjunpun masuk kedalam kamar yang dia tempati berdua dengan sang kembaran dan melihat sebuah buku deary juga ijazah kelulusan adik kembarnya itu. Dan dia sangat kaget saat membuka ijazah kelulusan itu malah tertulis namanya bahkan fotonya di ijazah itu lalu diapun membuka buku diary adiknya untuk melihat apa yang sebenarnya adiknya itu coba sampaikan padanya.

"Hai Hyung, kau senang dengan hadiahmu. Aku berencana memberikannya langsung padamu. Tapi, sepertinya aku tidak bisa. Aku sengaja tidak melakukan pengobatan lagi selama beberapa bulan ini, aku belajar dengan sangat giat sekali dan membuat kakak kembarku lulus walaupun aku yang belajar. Tapi, aku yakin otak jeniusmu mampu melakukan itu semua. Hyung, jangan merasa sedih dengan ketiadaan diriku. Dan jaga ibu untukku ya. Aku juga sudah tau sebenarnya apa yang terjadi pada kita saat itu, mengenai ayah. Tapi, kau menyimpan semuanya sendiri agar aku tidak membencinya bukan? Tapi kenapa? Kenapa aku tidak bisa membencinya Hyung? Kenapa kau rela menutupi itu semua secara mati-matian? Aku salut padamu Hyung. Dan satu lagi, aku sudah memasukkan mu ke Perusahaan yang sangat terkenal itu. Semoga kau suka. Sekarang rawat ibu dan bekerja dengan baik. Apa kau ingat mengenai pemuda yang selalu memandangmu dari jauh? Kau pasti akan bertemu dengannya. Aku mendoakan kebahagiaanmu. Bye bye Hyung. Saranghe."

Melihat diary itu, renjunpun menangis tersedu-sedu dan memutuskan setelah ini dia tidak akan bersedih dan akan selalu menjaga ibunya seperti janjinya pada sang adik









--------------



maaf kalo ada typo
ini bab khusus buat flashback
tentang rendi juga ayah renjun

MY BOSS, MY LOVES - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang