39

4.9K 500 54
                                    

Disaat Donghae dan jeno pergi ke kediaman haechan, renjun tengah bersantai di rumah bersama dengan jaemin. Bahkan mereka saat ini tengah duduk di ayunan depan rumah itu. Ntah apa yang membuat renjun mendadak ingin duduk disana. Tapi, jaemin hanya mengikutinya. Karena dia yakin itu mungkin karena keinginan janinnya.

"Nana?" Ucap renjun yang menyandarkan kepalanya pada dada bidang suaminya itu.

"Hmm." Ucap jaemin sembari mengelus kepala suami mungilnya yang sangat manja karena hamilnya itu.

"Aku senang semuanya berakhir dengan indah. Walaupun aku sempat marah pada ayah, tapi aku berpikir marah dengannya tidak akan menyelesaikan masalah dan tidak akan membuat ibu ataupun Rendi kembali. Aku hanya mencoba melepaskan semuanya dan menerima kedatangan ayah, saat aku tau itu sangat tidak mungkin." Ucap renjun.

"Hmm, kau sudah melakukan yang terbaik. Suamiku ini sangat baik hati." Ucap jaemin.

"Nana, bagaimana dengan nama calon anak kita? Apa kau sudah menyiapkannya?" Ucap renjun.

"Aku akan segera mencari nama yang bagus untuk anak kita. Aku janji, lagian sekarang usianya masih sangat muda. Dan cukup banyak waktu yang tersisa untuk memikirkan nama yang indah baginya." Ucap jaemin tersenyum.

"Nana, aku mau masuk." Ucap renjun.

"Baiklah. Ayo." Ucap jaemin lalu berdiri dan mengulurkan tangannya pada suami mungilnya itu tapi renjun malah merentangkan tangannya pada jaemin lalu tersenyum hingga puppy eyesnya muncul dan membuat jaemin menahan rasa gemasnya pada suaminya itu.

"Apa maksudnya itu?" Ucap jaemin yang memang berniat menggoda suaminya.

"Gendong Nana." Rengek renjun lalu mempoutkan bibirnya hingga terlihat berkali-kali lipat sangat lucu sekali.

"Baiklah " Ucap jaemin yang tidak tahan dan takut dia akan kehilangan kewarasannya dan malah menerkam suaminya yang sedang hamil itu.

Renjun yang telah berada dalam gendongan suaminya itu langsung tertawa senang lalu melingkarkan tangannya pada leher jaemin dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher suaminya itu.

"Kenapa kau tidak ingin jalan sendiri?" Ucap jaemin sembari berjalan kedalam rumah.

"Malas Nana, kaki injunie rasanya sangat lemas sekali." Ucap renjun dengan nada mengadu yang lucu layaknya anak-anak yang mengadu mengenai kakinya yang terluka karena jatuh.

Jaemin tertawa mendengarnya lalu diapun merasakan suami mungilnya mengusak pada ceruk lehernya. Dan sedetik kemudian hanya terdengar dengkuran halus pada suami mungilnya itu. dan jaemin tersenyum mendengarnya. Dia paham kenapa renjun sangat lelah sekali, itu karena dia baru saja pulang dari makam ibunya bersama Donghae dan jeno beberapa jam yang lalu.

Didalam kamar, jaemin berniat untuk meletakkan renjun secara perlahan keatas tempat tidur agar bisa tidur dengan nyaman tapi renjun malah mengeratkan pelukan tangannya pada leher jaemin dan semakin mengusakkan wajahnya pada leher jaemin.

"Ada apa sayang? Ayo tiduran di tempat tidur saja." Ucap jaemin sembari mengelus punggung sempit suaminya itu.

"Tidak mau Nana. Aku ingin tidur seperti ini saja." Racau renjun.

"Nanti tubuhmu sakit sayang. Kasihan anak kita." Ucap jaemin.

"Tidak mau Nana. Aku. Mau seperti ini. Kau boleh melakukan apa saja tapi tidak dengan menurunkan ku." Ucap renjun.

"Baiklah." Ucap jaemin lalu menimang renjun layaknya anak bayi yang akan tidur dan ntah kenapa renjun sangat tenang dan kembali tidur dengan sangat mudah.




Tok...tok...tok...




Ceklek.



"Maaf tuan muda. Di bawah ada bodyguard baru untuk nyonya." Ucap salah satu maid.

"Baiklah saya akan segera kesana. Kau bisa pergi." Ucap jaemin dan maid itu pergi lalu jaeminpun mengambil selimut untuk menutupi bagian belakang suami mungilnya itu lalu segera turun kelantai bawah.



Di lantai bawah...



"Jadi kamu bodyguard baru itu?" Ucap jaemin.

"Iya tuan. Nama saya Leon Huang." Ucap pria dengan setelan hitam itu sembari memandang lekat renjun dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan.

"Baiklah. Kau saya terima. Tapi, ingat jangan sampai suami saya kenapa-napa selama dalam pengawasan darimu. Mengerti?" Ucap jaemin datar.

"Baik tuan. Saya akan melakukan tugas dengan baik,
Untuk menjaga gegeku" lanjutnya dalam batinnya.

"Baiklah sekarang kau bisa berkeliling mansion ini. Karena suami saya aman dengan saya. Pergilah." Ucap jaemin dan Leon pun pergi seketika setelah membungkuk pada jaemin.

Tak lama setelah itu, Donghae dan jenopun pulang dan melihat jaemin yang menggendong renjun.

"Kenapa renjun?" Ucap Donghae cemas seketika.

"Tidak kenapa-kenapa ayah. Hanya saja dia ingin tidur dengan cara seperti ini. Makanya aku menggendongnya." Ucap jaemin.

"Hyungku benar-benar sangat menggemaskan. Aku tidak tau kalau orang hamil akan sangat menggemaskan seperti ini." Ucap jeno tersenyum.

"Dia mengingatkan ayah pada ibu kalian. Saat ibu kalian hamil kalian bertiga, dia juga semanja itu dengan ayah. Ayah benar-benar sangat merindukannya. Kalau bukan karena Kakek aku tidak akan menikahi Jessica, wanita jahat itu." Ucap Donghae menyesal sembari melihat renjun dan mengelus kepala renjun.

"Sudahlah ayah. Tidak baik menyalahkan diri terus menerus. Sekarang kita hanya harus fokus dengan pernikahan jeno dan haechan 3 hari lagi. Pasti akan sangat menyenangkan." Ucap jaemin.

"Hmm. Setelah jeno menikah. Maka ayah juga akan pergi dari rumah ini karena ayah sudah membeli apartemen yang cukup untuk ayah tinggali sendiri." Ucap Donghae.

"Hmm. Terserah ayah saja." Ucap jaemin.



































Di penjara...





Mark datang setelah mendapat kabar kalau ibunya dibawa oleh polisi dan dia benar-benar langsung datang dengan sangat terburu-buru hanya untuk melihat ibunya itu.

"Mommy?" Ucap Mark tidak menyangka.

"Mark. Tolong bebaskan mommy dari sini." Ucap Jessica menangis.

"Mommy tenanglah. Mark akan segera membebaskan mommy dari sini. Mark janji." Ucap Mark.

"Mommy percaya padamu Mark. Dan satu lagi, balaskan dendam mommy pada ayahmu, jeno, dan renjun anak dari wanita penghancur rumah tangga mommy itu." Ucap Jessica.

"Bukannya jeno adikku mom?" Ucap Mark kaget.

"Jeno bukan adikmu. Dia adalah anak kembar dari Tiffany dan ayahmu. Kau harus menghancurkan mereka semua sehancur-hancurnya." Ucap Jessica.

"Aku akan menghancurkan mereka. Aku janji pada mommy. Mereka semua akan hancur. Bahkan lebih hancur lagi." Ucap Mark.

"Kau harus melakukannya. Dan yang perlu kau hancurkan adalah kelemahan jeno, dan ayahmu. Renjun. Hancurkan dia sehancur-hancurnya maka kita akan berhasil sepenuhnya." Ucap Jessica.

"Kau bisa memegang janjiku mommy. Aku akan membuat hidupnya menderita dan hancur." Ucap Mark sembari mengepalkan tangannya dengan wajah menahan amarahnya.
















--------

Maaf kalo ada typo

Mahen.... kamu...

MY BOSS, MY LOVES - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang