10

1.5K 109 2
                                    

Indonesia

Maya memilih rumah susun sebagai tempat tinggalnya.

Bukan! Bukan karena tidak memiliki uang! Semua pengeluaran misi akan ditanggung MI6. Bisa saja Maya memilih apartment mewah bahkan membeli rumah. Namun tidak dilakukannya, ada berbagai alasan mengapa rumah susun menjadi tempat tinggal yang pas.

Yang pertama, lokasi target belum jelas diketahui oleh karena itu Maya perlu berpindah pindah dari lokasi satu ke lokasi lain. Akan sangat merepotkan jika ia harus membeli rumah.

Yang kedua, tinggal di apartment akan memancing perhatian dalam kata lain 'terlalu mencolok'. Serta tingkat keamanan apartment yang tinggi  akan menyaksikan seluruh aktivitas Maya. Terlalu riskan jika ia melakukan aksinya di malam hari.

Alasan ketiga, selain harga kamar rumah susun yang murah. Tingkat keamanan yang rendah serta aksesnya yang berada di pusat kota. Point yang menjadi nilai plus rumah susun adalah tidak akan ada CCTV yang merekam pergerakannya, tidak akan ada yang peduli bila ia sering keluar malam.

Seperti yang saat ini Maya lakukan. Berjalan pelan menelusuri seluk beluk pinggiran kota, dengan hoodie gelap yang menutupi wajahnya. Suasana yang temaram diterangi lampu jalanan serta dinginnya angin malam tidak menjadi gangguan bagi Maya. Sudah sebulan dia berada di Indonesia, berkali Kali pindah dari rusun satu dan rusun lainnya. Jika ditotalkan sudah empat kali Maya berpindah tempat tinggal, rusun kali Ini adalah rusun ke-empatnya.

Tidak ada informasi yang berarti di sekitar rusun yang ia tinggali sebelumnya, oleh karena itu Maya kembali berpindah. Seperti yang sudah Maya kira, kepindahannya tidak sulit. Orang sekitar hanya akan menganggap bahwa Maya tidak mampu membayar sewa dan masalah selesai.

Tidak terhitung berapa banyak gelandangan atau tunawisma yang Maya temui, tidak ada satupun yang memiliki apa yang Maya inginkan.

'Informasi'

Gelandangan adalah informan terbaik. Mata mereka melihat apa yang tidak dilihat oleh orang awam, telinga mereka mendengar sisi gelap manusia lebih dari yang kalian tahu.

Penculikan, perampokan, pemerkosaan, pembunuhan, pelecehan, kematian.

Mereka menyaksikannya.

Hidup  di jalanan sama dengan berjalan di antara kehidupan dan kematian. Tanpa kalian sadari, mereka lebih kuat daripada apa yang kalian lihat. Mereka mampu bertahan di kejamnya kehidupan. 

Tubuh ringkih, pakaian yang tidak layak pakai, tidur beralaskan kardus. Maya menghampiri gelandangan itu. Maya menyibak kardus yang menutupi wajah lelaki tua. Tatapan kesal pria tua tergantikan dengan wajah cerah ketika Maya mengeluarkan selembar uang berwarna pink. Tangan ringkih meraih uluran Maya. Maya menarik uangnya kembali.

"Aku butuh mata dan telinga mu." Ujar Maya.

"Daerah sini ndak ada apa-apa selain pembegalan senin lalu." jawaban pria tua itu tidak membuat Maya puas.

"Kalau mau tahu banyak, di gang sebelah ada pereman. Mereka mungkin punya lebih daripada saya." mendengar jawaban pria itu ada secercah harapan, Maya menyerahkan uangnya pada pria tua.

Sudah menjadi pembicaraan di kalangan gelandangan bahwa ada sosok yang menginginkan 'cerita' dengan imbalan. Tidak dia sangka malam ini malam keberuntungannya, nominal Soekarno hatta bisa membuatnya bebas dari kelaparan untuk beberapa hari ke depan.

Tidak ada yang tahu pasti siapa dia karena wajahnya yang tidak pernah terlihat. Hanya ciri-ciri tubuh kecil dan Cerita 'berbayar'.

Maya melangkahkan kakinya menelisik gang sebelah. Beberapa meter di depannya terdapat Kumpulan pria berperawakan besar, botol Amer di tangan cukup membuat Maya paham bahwa mereka mabuk. Kepulan asap rokok memenuhi udara di pos kecil. Asbak, gelas kopi serta papan catur menghiasi pos.

AGENT 111 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang