Siti menutup pintu ruangan Zalina pelan.
"Aahhhh...senang banget! Akhirnya Siti punya teman!" Siti memeluk Maya erat.
"Maya, tenang aja untuk keuangan lo minggu ini pasti terjamin! Siti? Jadi lo pikir gue apaan? Manekin?" Ujar Deliana.
"Hehe...canda."
"Maya lihat kan? Atasan kita tu baikkkk banget! Maya pasti betah kerja disini!" Girang Siti.
"Iya." jawab Maya seadanya, jujur saja ia masih mengantuk.
Maya menuruni tangga, disusul Siti dan Deliana yang sibuk berbincang. Mata Maya terasa berat. Kesadarannya hampir saja hilang. Sayup-sayup Maya mendengar teriakan kaget Siti dan Deliana.
Maya mengerjap-ngerjapkan matanya. Yang ia lihat pertama Kali adalah leher wait... leher? Seketika ia tersadar dan berdiri tegak. Rengkuhan di punggungnya pun terlepas. Maya hampir saja terjatuh dari tangga, untung ada seseorang yang menangkapnya tapi sayangnya Maya tidak sempat melihat wajahnya.
"Lain kali hati-hati...bahaya." ujar suara berat seorang pria dengan nada datar kemudian berlalu menaiki tangga, terdengar suara pintu yang terbuka dan tertutup setelahnya.
"Lo nggak papa kan May?" Deliana dan Siti menatap khawatir.
"Lo sakit ya? Kalau sakit pulang aja biar gue pesanin taxi online." Deliana mengeluarkan ponselnya.
"Tidak perlu, cuma ngantuk aja."
"Yuk cuci muka." Siti menuntun Maya menuju toilet karyawan, sesampainya disana Maya membasuh wajahnya dengan air.
"Nih seragamnya." Siti menyerahkan seragam yang sama dengan yang ia gunakan.
"Thanks." Maya mengganti bajunya dengan seragam yang ia terima.
Seharian ini Maya ikut membantu pekerjaan-pekerjaan kecil. Mulai dari mengantar makanan hingga mencuci piring. Pengunjung sangat ramai menjadikan suasana dapur menjadi hetic. Bahkan jam istirahat sekalipun para pekerja harus bergantian. Maya memperhatikan para pekerja mulai dari waitress, kasir, koki dan yang lainnya.
Berbicara mengenai koki, ada satu yang menarik perhatian Maya. Matanya melirik di sela-sela tangannya yang sibuk mencuci piring. Walaupun piring kotor tidak henti berdatangan, Maya tidak mengeluh asalkan ia bisa menikmati pemandangan di depannya. Gerak-geriknya yang lincah, tangannya yang sibuk mengaduk ataupun memberi bumbu.
Bahkan ketika wajahnya yang menoleh ke samping, walaupun hanya terlihat separuh entah kenapa membuat Maya tertarik. Awalnya yang membuat Maya tertarik karena koki lainnya mengenakan baju koki lengan pendek. Hanya dia yang mengenakan baju lengan panjang. Apa tidak panas? Heran Maya. Bahkan ketika jam pulang pun pandangan Maya masih tidak lepas dari sosok koki tersebut. Baju kemeja hitam lengan panjang serta celana kain berwarna senada tengah bersandar di dekat tangga.
"Lo suka?" Ucap Deliana yang tidak tahu kapan sudah berdiri di samping Maya, Maya memang menunggu Deliana dan Siti selesai berganti pakaian.
"Siti juga dulu naksir sama dia kok, ganteng kan?" Bisik Siti.
"Iya." balas Maya tanpa sadar.
"Namanya Raditya Novaldy atau biasa dipanggil Radit, koki tampan idaman pelanggan." Jelas Deliana.
"Tapi sayang, mau pelakor secantik apapun. Cinta Radit pada mbak Zal tidak akan goyah." sambung Siti.
Zalina menuruni tangga. Radit menyambutnya dengan senyum yang membuat hati Maya terketuk, sayangnya senyum itu bukan untuknya. Mereka nampak berbincang sebentar bahkan keduanya tertawa.
"Kalian belum pulang? Pulang bareng yuk!" Zalina menawarkan tumpangan sedangkan Radit nampaknya terlihat agak kesal.
"Eh, kita pulang bertiga aja mbak. Biasalah." jawab Siti.

KAMU SEDANG MEMBACA
AGENT 111 [TAMAT]
Romance*Spin-off My Baby* [Maya] Agent 111 "apa yang salah dengan jatuh hati pada target sendiri?" ~AGENT 111~ [Radit Novaldy] "Aku mencintainya dan ini bukan sekedar Obsesi...camkan itu!" ~MR.X~ Radit gagal menjadikan Zalina miliknya, ia tertangkap oleh a...