"Hueekk...hueekk." Radit Masih menunduk di westafel, perutnya sudah terasa kosong. Tidak ada lagi yang bisa dimuntahkan, namun rasa mual belum berkurang. Maya menatap prihatin. Dengan menyingkirkan egonya, Maya mendekat berniat menggosok punggung Radit.
"Makanya jangan sok kuat." Oceh Maya, tangannya menepuk pelan punggung Radit. Tapi Radit menangkap pergelangan tangan Maya dengan tangan kirinya.
"Mau ngapain lo?" Dengan mata merah berkaca-kaca pun Radit masih sempat marah.
"Bantuin lah." Ketus Maya.
"Nggak butuh!" Radit mencekram kuat pergelangan tangan Maya.
"Akh..." Maya meringis pelan.
"Jangan ikut campur!" Radit menghempas tangan Maya, Maya menggosok pergelangan tangannya. Cengkraman Radit yang kuat meninggalkan bekas. Maya berjalan menjauhi dari Radit.
"Mau kemana lo Ayam?"
"Jangan ikut campur, oh ya satu lagi. Nama gue Maya bukan Ayam. Kalau lo masih salah lagi berarti lo budek!" Maya mengembalikan kalimat kasar Radit.
"Lo!" Radit marah namun tubuhnya lemas menjadi terhuyung ke depan. Hanya Maya yang berada di dekat Radit, jika Maya tidak menahan tubuh Radit Maka ia akan menubruk lantai.
"Menyebalkan!" Mau tidak mau Maya menahan Radit yang hampir pingsan.
Maya yang kecil menahan Radit dengan tubuh besarnya. Dengan posisi memeluk, Maya membawa Radit menempel ke dinding supaya berat yang ia tanggung tidak terlalu besar. Kepala Radit bersandar di pundak kanan Maya, kepalanya yang berat ia biarkan bersemayam di cerucuk leher Maya. Menghirup aroma Maya membuat pusing dan mualnya berkurang.
"Radit! Berat banget woy!" Maya menepuk punggung Radit.
"Se-bentar...Lima menit lagi." Mohon Radit.
"Keram ini! Gue kasi waktu dua menit."
"Tiga menit." Hembusan napas Radit yang hangat menerpa leher Maya membuat Maya resah.
"Dua menit, titik. Atau gue lepasin, biar lo jatoh ke lantai!" Ancam Maya, karena posisi mereka saat ini sangat bahaya. Bahaya jika ada yang memergoki mereka dan bahaya bagi kesehatan jantung Maya.
"Tiga menit Ay." Radit semakin menempel ke leher Maya, bahkan Maya bisa merasakan ketika hidung Radit yang menggosok-gosok pelan lehernya.
Tubuh Maya menegang ketika bibir Radit tidak sengaja menempel di lehernya. Apa-apaan pria ini! Derap Kaki mendekati dapur membuat Maya dengan reflek mendorong tubuh Radit hingga terhempas ke dinding.
"Akh..." Radit mengaduh sakit, Benar saja ternyata para karyawan tengah berkumpul. Maya kabur menyelinap diantara karyawan lainnya meninggalkan Radit seorang diri.
"Perhatian semuanya." Zalina bertepuk tangan tiga kali guna mendapatkan perhatian setiap orang agar tertuju padanya dan Juna.
"Perkenalkan, ini mas Juna Koki baru kita." Riuh karyawan bertepuk tangan menyambut Juna.
"Nama saya Arjuna...mohon bantuannya " Juna tersenyum tipis.
"Nah sudah kenal kan? Kenalan lebih dekat bisa di lakukan nanti karena sekarang waktunya kembali berkerja." semua karyawan pun kembali pada tugasnya.
"Mas Juna yang itu Raditya Koki utama di sini, kalau ada yang ingin di tanyakan bisa tanya ke Radit aja ya." Maya mencari ke arah yang Zalina tunjuk, ternyata Radit berdiri tepat di belakang Maya.
"Mengerti mbak Zalina."
"Ayo mas Juna saya antar ke loker. Nah yang ruangan kanan loker perempuan kalau ruangan kiri loker laki laki. Pintu di tengah itu kamar mandi khusus karyawan kalau mau mandi bisa di sini, nah mas Juna silahkan ganti seragam di ruangan loker yang kiri yah! Biar nanti saya suruh Maya ambil seragam yang baru." Ujar Zalina mengarahkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
AGENT 111 [TAMAT]
Romance*Spin-off My Baby* [Maya] Agent 111 "apa yang salah dengan jatuh hati pada target sendiri?" ~AGENT 111~ [Radit Novaldy] "Aku mencintainya dan ini bukan sekedar Obsesi...camkan itu!" ~MR.X~ Radit gagal menjadikan Zalina miliknya, ia tertangkap oleh a...