20

1.9K 124 4
                                    

"Siapa bajingan itu?" Radit bertanya dengan nada rendah namun berat miliknya, wajahnya memerah, rahangnya mengeras. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya hingga baku jari jarinya memutih.

"Aku tidak tahu."

"KATAKAN PADAKU SIAPA BAJINGAN ITU!"

"I don't know! How many time do i have to tell you? I don't know...i don't know who this baby's father is..." Zalina terisak isak menjawab pertanyaan Radit.

"Tidak tahu? Kau tidak tahu siapa ayahnya? Kalau begitu aku ganti pertanyaannya. Sudah berapa banyak pria yang mencicipi tubuh mu? HAH!!! JAWAB AKU!!! KAU MENOLAK SETIAP KALI AKU MENYENTUHMU DAN BERLAGAK SEPERTI WANITA SUCI!!! TAPI LIHAT SEKARANG, KAU HAMIL TANPA TAHU SIAPA AYAHNYA!"

"STOP IT JERK...I SAID STOP IT!!!" Riller mencekram kerah kemeja Radit dan membentak di depan wajah Radit.

"Who do you think you are man?" balas Radit.

"It's should be me, saying that words to you black human! You wanna khow who's the father baby? It's ME, I AM THE FATHER OF THE BABY. SO SHUT YOUR FUCKING MOUTH AND GET OUT OF HERE!" Riller menekankan bahwa ia adalah ayah dari bayi yang di kandung oleh Zalina.

Radit tidak terima akan ancaman pria kaukasia yang menarik kerahnya, Radit menghantamkan tinju nya ke wajah Riller. Riller pun tidak mau kalah hingga terjadilah baku hantam antara keduanya.

"STOP IT! I SAID STOP IT...BOTH OF YOU!"

"Jadi benar? Pria kaukasia ini bajingan itu? Bajingan yang telah menodaimu?" tanya Radit dengan menggebu gebu

"It's none of your businness!" jawab Zalina

"It's none of my businness? Really?" Radit menatap tidak percaya.

"Yeah, we just Friend...aren't we?"

"Jadi bagimu...selama ini aku cuma teman? FINE!" Radit tertawa, jadi selama ini perlakuan special yang ia berikan pada Zalina hanya dianggap teman? Radit berbalik meninju tembok lalu keluar dari kamar Zalina.

Sedangkan tanpa ada yang menyadari ada sesosok pria yang menguping di balik tembok kamar Zalina, lalu berlalu pergi dari sana.

---

Maya menatap dari kaca luar Merlion, gelap tanpa penerangan namun pintu belum terkunci. Sebenarnya tadi sore Maya memang menunggu kedatangan Radit karena motornya masih tertinggal. Ketika Radit pulang dari rumah sakit, ia hanya berlalu melewati Maya tanpa sepatah kata pun. Maya tahu ada yang salah, karena Radit terlihat sangat kacau. Maya memilih memberikan Radit waktu untuk menenangkan diri, oleh karena itu Maya pulang meninggalkan Radit. Disinilah Maya, di depan Merlion. Kekhawatiran ya tidak dapat ia tutupi lagi. Sekarang sudah pukul 22.35. Benar saja tebakannya, Radit masih berada di Merlion. Maya memasuki Merlion, ia menghidupkan lampu karena tidak dapat melihat apapun tanpa penerang.

"Matikan!" Ujar Radit dengan suara serak.

Kondisi Radit terlihat mengenaskan. Seragam kokinya terbuka beberapa kancing. Rambut acak-acakan, mata merah sembab. Radit duduk bersandar di lantai dengan empat botol akohol yang sudah kosong dan satu botol lagi yang ia pegang. Maya mematikan lampu tapi tidak semuanya, hanya menyisakan satu lampu saja. Maya ikut duduk bersandar di samping Radit.

"Sialan! ANJING LO! BULE ANJING! BABI! BANGSAT LO! CUIH!" maki Radit diakhiri dengan meludah.

"Iuh..." Keluh Maya yang mau tidak mau harus membersihkan ludah di lantai menggunakan tissue.

"DASAR LONTE!" Radit melempar botol alkohol yang kosong ke dinding tepat di samping tempat sampah.

"ANJ! kaget gue BANGSAT! Lo Kalau mau lempar botol ya lihat-lihat dulu lah bego!" Teriak Maya kaget.

AGENT 111 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang