22

1.5K 138 22
                                    

Ting...ting...
(Bunyi pintu terbuka)

"Ehm...ehm...pantesan nggak mau barengan, dijemput ayang beb ternyata." Goda Deliana ketika melihat Maya dan Radit yang datang bersamaan.

"Ahh apaan sih!" Bantah Maya, Radit berlalu begitu saja, meninggalkan mereka dengan tatapan bingung.

"Kenapa tu laki lo?"

"Nggak tahu, lagi pms kali." Ujar Maya mengangkat kedua bahunya.

"Gue ganti baju dulu, bye." Maya melambai pergi.

Maya menutup pintu ruang loker, berlalu menaiki tangga menuju ruangan Zal. Karena ia harus mengurus bagian keuangan sementara Zalina absen.

Ceklek
(Bunyi handle pintu yang dibuka paksa, membuat Maya terhentak kaget.)

Maya menatap pelaku yang tidak lain adalah Radit. Sedang apa pria itu disini? Pandangan Maya turun ke arah tangan Radit yang membawa piring berisi makanan.  Apa pria itu lupa jika orang yang ia cari tidak ada di sini?

"Bawa aja, mbak Zal nggak ada." Ujar Maya menyuruh Radit membawa kembali makanan yang ia bawa, Ia kembali fokus ke layar laptop.

Sebuah tangan melipat laptop, Maya menatap Radit kesal.

"Ada masalah apa sih dit?" Kesal Maya.

"Makan!" Titah Radit, Maya menatap piring yang Radit letakkan di tempat laptop nya tadi.

"Nggak perlu, gue nggak lapar. Kembaliin nggak laptopnya! Gue mau kerja Radit!"

"Makan!" Ujar Radit dengan wajah datarnya.

"Nggak!" Bantah Maya.

"Makan Ay!" Paksa Radit.

"Nggak!" Maya menutup mulutnya dengan kedua tangan dan menggeleng.

"Makan! Atau lo yang gue makan! Tahu kan maksud gue?" Radit menatap Maya dengan penuh arti.

"Lo gila! Ini di restaurant!" Maya menghempas tangannya ke meja.

"Gue memang gila, pilihannya ada di tangan lo Ay. Makan masakan gue atau gue yang makan lo. Atau lo mau yang lain?" Radit merendahkan tubuhnya mendekati wajah Maya, menatapnya tepat di kedua mata. Napas hangat keduanya bahkan bersinnggungan.

"Y-yang lain?" Tanya Maya terbata-bata.

"Gue kasi lo makanan yang lain, satu sosis dan dua telur. Gue jamin lo kenyang 9 bulan Ay, gimana?" Senyum Radit terlihat menyeramkan bagi Maya.

Maya menyuapkan dirinya sendiri, sangat terburu-buru hingga tersedak.

"Uhuk...uhuk..."

"Pelan-pelan Ay!" Radit menyodorkan air.

Maya meneguk hingga tandas, matanya merah berkaca-kaca.
Radit menggenggam wajah Maya dengan telapak tangan kanannya.

"look at this face! i wonder if this is the same face that you'll show me when i choke you with my fucking dick." Ujar Radit menyeringai.

"Mimpi aja sana!" Maya melepaskan cengkraman Radit.

"Hahahahaha." Radit tertawa meninggalkan ruangan Maya. Wajah Maya terasa hangat, benar saja ketika ia berkaca wajahnya memerah. Entah karena tersipu  atau karena marah, Maya tidak bisa membedakan yang mana.

---

Maya mengunci pintu Merlion. ketika Maya berbalik, Radit sudah bersandar di samping mobilnya.

"Ayo pulang Ay!" Radit tersenyum manis.

AGENT 111 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang