*Spin-off My Baby*
[Maya] Agent 111
"apa yang salah dengan jatuh hati pada target sendiri?" ~AGENT 111~
[Radit Novaldy]
"Aku mencintainya dan ini bukan sekedar Obsesi...camkan itu!" ~MR.X~
Radit gagal menjadikan Zalina miliknya, ia tertangkap oleh a...
Maya berdiri menghadap jendela, matanya menelisik tajam sedangkan pikirannya sibuk berpikir.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Berjam jam setelah kepulangannya dari night club. Maya Masih betah berdiri menatap Kumpulan petunjuk, mencari apakah ada detail yang ia lewatkan. Getaran ponsel di sakunya. Siapa lagi Kalau bukan panggilan dari Dom.
"Mr. X bukan hanya penyebar kokain. Dia juga berkerja dibalik penyeludupan senjata api. Kau sudah membaca E-file yang kukirim?" Ucap Dom.
"Aku sudah menyelidikinya, kau tahu? Rumor bahwa korban memiliki ciri yang sama. Rambut hitam, tubuh kecil dan payudara besar. Sepertinya Mr.X maniak atau mungkin ia memiliki fetish. Motif penculikan Masih belum diketahui, kondisi korban kemungkinan sudah tidak bernyawa lagi. Pihak club berusaha menutupi fakta tentang kasus itu. Tapi kau tahu kan jika uang sudah berbicara?" Jelas Maya.
"Kau benar! Itu sebabnya aku mengirimkan mu E-file. Mr. X dan menghilangnya para jalang memiliki benang merah yang sama." Maya mengangguk paham.
"Bagaimana Perkembangan lokasi target?" Tanya Maya.
"Masih dalam proses, tapi jangan khawatir. Lokasi tepatnya memang belum ditemukan tapi berkata kau, pemetaan wilayah target sudah dipersempit, kau sudah berada di dalam wilayahnya. Ini hanya masalah waktu, secepatnya lokasi target akan ketahuan."
"Fine, temukan sarangnya secepat mungkin." Maya memutuskan panggilannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 4 dini hari. Maya menutup jendela dengan tirai, tubuhnya bergerak menuju ranjang.
Time to sleep.
--- Tidur Maya terusik. Tembok tipis yang memisahkan antar kamar membuat Maya bisa mendengar musik yang diputar.
'Cause I-I-I'm in the stars tonight So watch me bring the fire and set the night alight (hey) Shining through the city with a little funk and soul So I'ma light it up like dynamite, whoa oh oh
Maya menutup kedua telinganya. Penghuni kamar terdengar ikut menyanyikan lagu. Tingkat kesabaran Maya diuji. Belum cukup satu lagu yang menganggu waktu tidur Maya. Kini penghuni kamar di sebelah Kiri pun ikut memutar lagu, bedanya jika kamar kanan memutar lagu k-pop Maka di sebelah Kiri memutar lagu dangdut.
Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu Cintaku tanpamu, ya sayang bagai malam tiada berlalu Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu Cintakutanpamu, ya sayang bagai malam tiada berlalu.
Maya menutupi kepalanya dengan bantal, tapi usahanya Sia-sia. Bantal yang ia gunakan tidak mampu meredam kerasnya musik. Bayangkan ketika kedua musik diputar bersamaan sedangkan bahasanya berbeda jauh, mau tidak mau telinga Maya terpaksa mendengar bahasa campuran.
'Cause I-I-I'm in the stars tonight So watch me bring the fire and set the night alight (hey) Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu Shining through the city with a little funk and soul Cintakutanpamu, ya sayang bagai malam tiada berlalu So I'ma light it up like dynamite, whoa oh oh Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu.
Kira-kira seperti itulah musik yang terdengar di kuping Maya. Pusing? Tentu saja!
"Owh...come on!" Maya membanting bantal yang menutupi wajahnya. Kekesalannya menumpuk, ingin sekali rasanya mengirim drone penembak untuk tetangga kanan dan kirinya.
Maya melihat jam tangannya. Pukul 7 pagi, ia bahkan baru terlelap tiga jam. Mencoba mengabaikan kebisingan. Maya memaksakan matanya untuk terpejam. Musik terhenti, Akhirnya Maya bisa melanjutkan tidurnya yang terganggu.
Tok...tok...tok... (Ketukan pintu kamar)
"Again?" Maya terduduk dengan kesal.
Maya mengacak rambutnya kesal, dengan malas dia berjalan menuju pintu. Dibukanya pintu dengan kesal hingga terciptalah bunyi bantingan pintu yang menghantam dinding. Muka tanpa dosa kedua wanita yang tersenyum lebar berdiri di depan kamarnya.
'Mereka siapa?'batin Maya
"Hai tetangga! Kenalin aku Siti!" Siti memasuki kamar Maya dengan percaya diri, tangannya membawa kotak makanan. Mengabaikan Maya yang menatap tidak percaya dengan tindakan tamu tidak diundangnya ini. Perempuan satunya meraih tangan Maya dan menjabatnya.
"Gue deliana, Deli...Deliana. bebas mau panggil yang mana."
"Maya." Maya membalas.
"Sorry ya, Siti memang manusia nggak tahu diri." Deliana tersenyum tidak enak.
"Buruan masuk! Ngapain di depan pintu! Kita sarapan sama-sama!" Siti benar-benar bertingkah layaknya pemilik kamar. Kamar Maya yang gelap membuat Siti berjalan menuju jendela, tangannya meraih tirai ingin menyibaknya agar cahaya matahari pagi masuk ke kamar. Dengan secepat kilat Maya berlari menghalangi Siti.
"Jangan!" Maya berdiri membelakangi tirai, bisa bahaya jika Siti dan Deliana melihat apa yang tersembunyi dibalik tirai.
Maya terpaksa duduk berhadapan dengan tetangga- tetanganya yang menyebalkannya. Setelah obrolan panjang tiada henti, Siti dan Deliana ternyata tetangga kanan dan kirinya. Which is sumber keributan di pagi hari ini. Mereka memang membawa makanan untuk dimakan bersama, tapi ayolah! Maya tidak butuh makanan! Ia butuh tidur! Malam ini Maya harus pergi lagi.
"Maya, walaupun pengangguran jangan dibawa stress! Cari kerja sekarang memang susah. Sabar aja nanti pasti lamarannya diterima." ucapan Siti membuat Maya kebingungan.
"Benar tu Maya, walaupun masih nganggur tetap semangat kirim lamaran kerja. Di bawa happy aja, ngebangke di kamar sambil dengarin lagu juga oke kok." sambung Deliana.
Pengangguran? Cari kerja? Jadi mereka berdua pikir Maya pengangguran? Hai...jadi selama tiga bulan ini Maya ngapain jika bukan bekerja? Jalan-jalan? Apa lagi study tour?
"Makanya kita kesini bawain makanan, hitung-hitung membantu memperbaiki gizi anak kos." ujar Siti, Maya heran tapi ia lebih memilih menyuapi dirinya daripada mereka curiga.
"Kita pamit kerja dulu ya."
"Dadah Maya." Siti melambaikan tangannya, akhirnya tamu tidak diundangnya pergi. Maya kembali bergelung di atas kasur bersiap menuju alam mimpi. Baru saja dirinya memejamkan mata, pintu kamarnya digedor kencang.
"Apa-apaan!" Maya membanting pintunya, wajah Deliana dan Siti tersenyum lebar. Siti menarik Maya menyuruhnya mandi, Deliana memberikannya baju formal yang ia dapatkan di lemari.
'Here I am' batinnya.
Maya ditarik paksa oleh Siti dan Deliana, sebenarnya bisa saja Maya menghajar keduanya hingga pingsan, tapi Maya tidak ingin membongkar identitasnya dan menimbulkan keributan. Disinilah Maya berdiri diapit Siti dan Deliana. Berdiri di hadapan Sebuah restaurant bernama Merlion. Siti menyeretnya memasuki restaurant yang belum buka, sepertinya ini tempat Siti dan Deliana berkerja. Karena seragam yang digunakan mereka sama dengan karyawan yang sedang bersih-bersih di dalam.
--- "Jadi gitu mbak Zal, Siti sama Deli jarang banget liat Maya keluar kamar. Boleh kan Maya kerja disini? Sampingan aja gitu lumayan lah buat makan sambil nunggu lamarannya diterima." rayu Siti.
"Terima aja mbak, Deli takut tiba-tiba ada mayat di kamar sebelah." Bisik deli.
"Hahaha...ada-ada aja deh kalian. Yasudah, Maya boleh trial dulu disini seminggu." Zalina tersenyum memaklumi tingkah pekerjanya.
"Mbak Zal memang terbaik!" Siti mengancungi kedua jempolnya.
"Terima kasih." Maya sebenarnya bingung apakah ia harus berterima kasih atau justru mengumpat.