Selamat membaca:)
PART 12 - MEMORI
"Adek tunggu sini sebentar ya sama abang. Mama mau ketemu sama walikelas adek dulu."
Winter kecil yang sedang mendudukkan dirinya di kursi hanya mengangguk sambil menggoyangkan kakinya. Menunggu dengan tenang di samping Haechan yang sedang menunggu acara wisudanya selesai. Hari ini Winter merasa kurang bersemangat karena badannya sedikit tidak sehat. Membuatnya lebih banyak diam daripada biasanya.
Hari ini tepat hari kelulusan Haechan. Dimana dia nantinya akan melanjutkan ke SMP dan Winter akan naik ke kelas 6. Agenda hari ini, setelah acara wisuda akan ada penampilan-penampilan dari beberapa anak, termasuk Winter. Tentu saja dia akan menyanyi, memamerkan suaranya yang halus dan indah. Favorit semua orang.
Haechan dan Winter masih menunggu semua peserta wisuda satu persatu. Haechan mulai gelisah karena merasa dia harus melakukan sesuatu yang penting dan darurat. Menoleh sebentar kepada adiknya yang sedang memegang gelas aqua.
"Adek, abang mau ke kamar mandi. Sebentar banget. Adek jangan kemana-mana. Disini aja tungguin mama ya." ujar Haechan kecil.
"Iyaa, abang jangan lama-lama ya."
Haechan hanya mengangguk sebentar sebelum mulai beranjak menuju kamar mandi yang terletak di bagian paling belakang.
Winter masih menunggu dengan tenang sambil sesekali meminum aqua gelas yang ia pegang untuk mengusir rasa gugup karena sebentar lagi ia pasti dipanggil untuk tampil. Sampai aqua yang ia pegang habis, abang dan mamanya belum juga kembali. Karena ia tidak tau dimana mamanya berada sekarang, ia memilih menyusul abangnya yang katanya sedang ke kamar mandi.
Langkah kaki kecilnya berjalan sambil matanya berkelana mencari jalan menuju kamar mandi yang letaknya lumayan jauh. Dalam hatinya ia mulai merasa takut karena setelah keluar dari gedung, suasana mendadak menjadi sepi karena semua orang berada di dalam.
Sebentar lagi Winter sampai di kamar mandi, namun belum sempat ia memasuki area toilet, ada sebuah tangan yang menariknya dengan keras menuju ruang tembok belakang kamar mandi yang terletak di samping gudang. Badannya didorong dan tubuhnya terhempas ke tanah dengan keras. Winter meringis sebentar sebelum menolehkan kepalanya ke atas, menatap seorang laki-laki yang lebih tua dibandingkan dengannya dan seorang gadis kecil yang merupakan teman satu kelasnya.
"Emma?" Winter tidak percaya.
"Diam kamu!!!" bentak Emma.
Winter membelalak tidak percaya. Ada apa dengan Emma.
Tangan Emma terangkat untuk menjambak rambut Winter dengan keras. Membuat Winter meringis dan langsung memegang tangan Emma.
"Emm, sakit. Lepasin rambut aku." ringis Winter.
"GARA-GARA KAMU AKU KEHILANGAN SEMUANYA!!" bentak Emma.
"Maksud kamu apa Emm??" Winter mulai menangis karena rasa sakit di kepalanya.
"GARA-GARA KAMU AKU NGGAK BISA TAMPIL HARI INI!! KAMU UDAH MEREBUT SEMUANYA DARI AKU!!"
Winter hanya menangis sambil terus berusaha melepaskan tangan Emma yang menjambaknya semakin keras.
"Harusnya aku yang ikut Olimpiade Matematika!! Harusnya aku yang tampil nyanyi hari ini mewakili kelas 5!! Harusnya aku yang ikut lomba nyanyi tahun lalu!! SEMUA ITU HARUSNYA AKU!! BUKAN KAMU!!"
Tangan Emma mendorong kepala Winter dengan keras hingga Winter jatuh ke belakang dengan keras. Kepalanya pusing sekali karena jambakan Emma dan benturan keras pada tanah.
"SEMUA SERTIFIKAT KEMENANGAN ITU HARUSNYA PUNYA AKU!! SEMUA PIALA DAN PERHATIAN GURU ITU HARUSNYA PUNYA AKU!! BUKAN KAMU!!"
Winter menangis dengan keras karena bentakan-bentakan Emma padanya. Selama ini Emma selalu tersenyum dan menyapanya. Mereka terkadang berbagi bekal makanan dan pergi membeli snack bersama. Semua seleksi yang mereka ikuti bersama membuat keduanya cukup akrab. Meskipun di setiap seleksi, Winter selalu terpilih sedangakan Emma tidak.

KAMU SEDANG MEMBACA
WE ARE FAMILY!! [END]
אקראי[END] "KAMU LAMA-LAMA PAPA BALIKIN KE RAHIM MAMA YA!! " "ABANG ITU ADEKNYA KAMU APAIN KOK NANGIS??!!" "MAS SUDAH BERUSAHA SEMAKSIMAL MUNGKIN." "ABANG TEROOOOSSSSS!!" "GAUSAH BERLEBIHAN DEEEHHHH." Cerita ini murni ide aku. Kalau ada kesamaan kejadian...