Sakit dan Lelah

569 148 64
                                    

Hello, I'm back!

How are you guys? Aku cukup baik dan aku harap kalian juga sama✨


Happy reading!^^



~°~°~



"Terima kasih sudah mengantarku, Jun."

Jun tersenyum tipis. Ia melirik ke arah rumah yang masih gelap padahal hari sudah malam.

"Sepertinya dia belum pulang," ucap Jun sambil meneliti rumah itu.

Jung (Y/n) bergumam sangat pelan, "Kuharap dia pulang."

"Barusan kau bilang apa?" tanya Jun sambil menatapnya.

Wanita itu tersenyum. "Ahh ... tidak. Dia suka lembur di kantor. Jadi, mungkin belum pulang."

"Kau yakin tidak jadi menginap di tempatku?" tanya Jun hati-hati. "Aku khawatir kau stres kalau sendirian. Banyak hal yang kau pikirkan bukan?"

"Tidak papa. Aku sudah menahannya selama sebulan ini. Sendirian sebentar saja tak kan jadi masalah," balas wanita itu pedih. Ia menarik napas panjang kemudian membuka pagar rumah. "Kau mau mampir dulu?"

"Tidak. Kurasa tidak pantas kalau aku mampir. Aku takut dia pulang dan keadaan menjadi semakin rumit untukmu," balas Jun setengah hati.

Pria itu ingin sekali masuk dan menemaninya. Ia ingin sekali memeluk (Y/n) sampai tidur untuk memastikan wanita itu aman. Ia ingin membuatnya merasa tenang, hangat, dan nyaman. Jun ingin menunjukkan bahwa apa pun yang terjadi, meski berat untuk keduanya, mereka akan baik-baik saja selama menjalaninya bersama.

Wanita itu menangkap kekhawatiran Jun dengan baik. Ia meraih tangan Jun dan mengusapnya pelan. "Kau akan memanggil manajermu atau ...?"

"Tidak, aku akan naik taksi. Ohh iya, ini kunci mobilmu," ucap Jun sambil memberikan kunci.

Wanita itu meraihnya, namun enggan melepas tangan Jun. Ia mendongak, menatap Jun dengan senyuman tipis di bibirnya. "1-7-5-3-4-8."

"Apa?" Jun mengerjap ketika wanita itu secara tiba-tiba menyebutkan angka-angka.

Ia terkekeh geli kemudian melepas tangan Jun. "Kode rumahku."

"K—kenapa kau memberitahuku kode rumahmu?" tanya Jun bingung.

Wanita itu tersenyum. "Aku juga tahu kode rumahmu."

"Tapi itu karena kau pernah tinggal di sana dan—"

"Aku tahu kau khawatir," potongnya. "Anggap saja ini hadiah karena kau sudah menolongku hari ini. Jika kau sangat khawatir ... jika kau punya firasat buruk dan aku tidak bisa dihubungi ... masuklah. Aku mungkin membutuhkan pertolonganmu."

Setelah memberikan senyuman hangat kepada Jun, wanita itu memasuki rumah. Ia menyalakan seluruh lampu, menutup gorden, dan membersihkan diri.

Berhubung waktu sudah malam dan tubuhnya kelelahan, wanita itu memutuskan untuk memesan makanan. Sambil menunggu ia beristirahat di kamar tamu yang sebulan ini telah beralih fungsi menjadi kamarnya.

Wanita itu memejamkan mata. Bermaksud untuk tidur sebentar. Namun alih-alih masuk ke alam mimpi, berbagai bayangan tak menyenangkan muncul di kepalanya.

Akar masalah pertama adalah Yoon Jeonghan. Mereka telah memutuskan jalan keluar. Berpisah dengan damai. Bukankah seharusnya seperti itu?

Sayangnya tidak. Jeonghan yang telah berjanji untuk memegang perannya sebagai seorang suami sampai perceraian mereka selesai tidak memegang janji itu. Dia jarang sekali berada di rumah. Ya, mungkin memang bekerja. Namun rupanya tak hanya itu ia juga masih sibuk menemui Minri.

Khianat [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang