Keruntuhan

1.3K 212 77
                                    

Yuhu~

I'm back! Are you ready?


Happy reading!^^



~°~°~



Tidak ada yang spesial setelah liburan pendeknya di Gimpo. Jeonghan menikmati hari-hari itu bersama keluarga besar, bersenda gurau dan tertawa bersama. Sebelum pulang kembali, mereka bahkan mengadakan pesta kecil-kecilan. Ya kapan lagi pasangan yang tinggal jauh di Seoul itu bisa pulang? Kedua belah pihak keluarga berusaha memanfaatkannya.

Sayangnya, perjalanan itu tak terlalu mulus. Sejak kejadian malam itu, (Y/n) menjadi lebih pendiam. Bahkan saat makan malam keluarga pun wanita itu tak banyak berkomentar. Pun ia tak berbicara selama perjalanan pulang.

Jeonghan tentu tahu bahwa dirinya berkontribusi akan perubahan sikap tersebut. Namun, pria itu memilih untuk memberi wanitanya waktu guna memantapkan kembali hati.

Hari ini seperti biasa, Jeonghan kembali bekerja. Ia sempat sarapan di rumah dan bahkan dibekali makan siang meski belum diajak bicara. Kendati demikian, Jeonghan adalah seorang profesional yang mampu mengenyahkan masalah pribadi selama bekerja.

“Wajahmu muram,” komentar Seungchol ketika pria itu mengantar berkas. “Istirahat sebentar sana.”

“Ohh, aku tidak papa,” balas Jeonghan. Pria itu terus menatap layar komputer dan membaca berkas yang dikirim melalui surel. Jujur ia merasa lelah. Namun ia tahu berhenti hanya akan membuatnya mengingat masalah.

Seungchol tahu persis sesuatu tengah terjadi. Yoon Jeonghan memang sangat pandai bersembunyi. Namun, bagi Seungchol yang telah lama mengenalinya pria itu sangatlah payah. Dari caranya bekerja saja Seungchol sudah tahu bahwa rekannya punya masalah.

"Tidak berjalan lancar ya?" tebak Seungchol.

Jeonghan mengangkat bahunya. "Begitulah."

"Mau minum selepas kerja?" tawar Seungchol.

Jeonghan kali ini meninggalkan layar komputernya. Pandangannya tertuju pada Seungchol yang menaik-turunkan alis.

"Sambil makan malam?" tanya Jeonghan.

Seungchol menggelengkan kepala. "Heol! Kau ini tidak menyenangkan! Ayo kita ke club!"

"Kau bercanda," sahut Jeonghan.

Seungchol mengedikkan bahu. "Kurasa tidak ada salahnya. Kan, tidak ada larangan masuk untuk orang yang sudah menikah."

Pada saat itu Jeonghan berpikir bahwa temannya sudah tidak waras. Tapi, begitu menjejakkan kaki di tempat itu, ia baru sadar betapa lamanya ia tak bersenang-senang. Sejauh ini yang dilakukannya hanya bekerja dan bekerja.



Ya ... sampai pria itu lupa waktu.


***


Jung (Y/n) menarik napas panjang ketika merebahkan tubuhnya di sofa. Akhirnya ia bisa bersantai sendirian tanpa gangguan siapa pun.

Ia menghindari semua orang demi mendapat kedamaian. Ia menolak pekerjaan dalam waktu dekat, mematikan ponsel, dan tidak memeriksa sosial media.

Khianat [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang