Hubungan Yang Tak Sehat

1.4K 234 45
                                    

Yuhu I'm back~


Happy reading!^^



~°~°~



“Dan dia sama sekali tidak sadar aku pergi!”

Wanita itu mengerang kemudian menjatuhkan dirinya sembarangan di atas ranjang. Ia berguling ke sana kemari, mengacak-acak rambutnya dan menendang udara.

Terkadang ia membenci salah satu sifat Jeonghan yang mendarah daging, yaitu pelupa. Tapi rasa-rasanya ia akan terus membenci yang satu itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore, di mana Jeonghan biasanya sudah dalam perjalanan menuju rumah. Jika (y/n) sedang bekerja Jeonghan akan menentukan tempat bertemu—makan malam bersama. Jika (y/n) libur, biasanya Jeonghan langsung pulang untuk memakan masakannya.

Tapi lihat ... sekarang Jeonghan sama sekali belum menghubunginya. Entah pria itu mendapat lembur dan belum tahu bahwa istrinya pergi, entah lupa kalau sang istri tengah libur dan pergi ke tempat janjian seperti biasa. Apa pun itu, seharusnya Jeonghan sudah sadar bahwa sang istri kabur—pergi tanpa izin.

“Ahh jinjja ... dia membuatku gila! Kenapa aku mau menikahinya?!” sesal wanita itu setengah merengek.

Namun, ia langsung terdiam. “Ohh benar, aku terbuai dengan kata-kata manisnya. Aku juga terpana dengan gaya prince-look yang ia kenakan setiap pergi kuliah.”

Ya, balutan kemeja longgar dan celana bahan hitam sederhana membuat Jeonghan tampak seperti pangeran dari negeri dongeng. Ditambah lagi pribadinya yang murah senyum dan ramah menambah kesan pangeran impian. Siapa juga yang takkan terbuai?

Tapi, menyesali itu percuma. Jung (y/n) sudah terlilit cinta dan semakin jatuh karena kata-kata manis yang setiap hari diucapkan Jeonghan. Bahkan seringkali ia gagal marah karena ucapan manis sang suami.



Tok Tok Tok


Wanita itu menghentikan aksinya ketika mendengar suara ketukan pintu. Ia berdeham lalu duduk dan merapikan pakaiannya yang berantakan setelah berguling. Ia mengambil ikat rambut di samping tempat tidur kemudian mengikat rambutnya sembarangan—tak mengurangi kesan cantik sama sekali.

Begitu ia membuka pintu, ia melihat Minghao berdiri di sana. Sudah lengkap dengan peralatan kamera yang disimpan dalam satu tas.

“Ayo, sudah waktunya pemotretan,” ajaknya. Wanita itu menghela napas. Ia mengisyaratkan Minghao untuk menunggu kemudian membawa peralatannya.

Setelah siap, keduanya langsung turun ke bawah. Kebetulan kru-kru lain singgah di kamar lantai satu sementara mereka berdua di lantai dua bersama dengan beberapa model.

Pemotretan ini bukan untuk majalah, melainkan sebuah event. Maka dari itu model yang digunakan lebih banyak, juga memerlukan kru lebih daripada biasanya.

“Ngomong-ngomong,” ucap Minghao begitu sampai di bawah, “mobilnya tidak cukup.”

Wanita itu mengerjap. Ia langsung menoleh pada Minghao. “Jadi?”

“Jadi kau ikut mobil Jun ya?”

Sontak wanita itu menghentikan langkahnya. Tepat di depan pintu. Ia langsung mengerjap. Otaknya serasa lambat untuk mencerna kalimat itu.

Khianat [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang