Penyelamat

1.2K 219 54
                                    

Yuhu~

Are you ready?


Happy reading!^^



~°~°~



Wanitu itu terpaku pada bayangannya sendiri di cermin. Ia menyentuh bibirnya yang masih hangat. Ia bisa merasakan detak jantungnya yang begitu cepat.

Ketika ingatan mengenai Lee Sooyeon, Wen Junhui, dan juga ciuman di depan mobil muncul, ia berteriak dan menjatuhkan dirinya di ranjang dengan frustasi.

“Ohh, Tuhan! Aku mencium seorang pria selain suamiku!” jeritnya tertahan oleh bantal. Namun, segera ia membulatkan mata dan berbalik. Memosisikan dirinya untuk menatap langit-langit.

“Tidak ... aku tidak mencium pria lain, aku dicium!”

Wanita itu menghela napas. Ia memejamkan mata dan menyentuh dadanya yang masih bergemuruh.

“Ini bukan tanda apa-apa, kan? Aku berdebar karena terkejut saja, kan?”

Sesaat kemudian ia menghela napas. Untuk mendinginkan kepala wanita itu memutuskan untuk mandi. Lalu, ia bisa tidur dengan nyaman. Mungkin.

Wanita itu memilih untuk memakai pakaian ternyaman yang ia bawa. Sebuah kaus putih longgar dengan gambar dan tulisan Phuket serta celana pendek. Rambutnya ia ikat satu di bagian bawah.

“Saatnya untuk tidur,” gumam wanita itu kemudian berbaring di ranjang. Ia mencoba menutup mata dan bersiap tidur. Namun, ingatan itu kembali menghantamnya sehingga ia terpaksa membuka mata dan kembali duduk.

“Ohh tidak, apa yang harus kulakukan?” tanya wanita itu, frustasi dengan diri sendiri. Ia menendang udara dengan kesal, berusaha melampiaskan amarahnya.

“Aku memarahi suamiku, menutup telepon dengan kasar dan merusak ponsel, lalu dicium pria lain tanpa perlawanan.”

Wanita itu menghela napas kasar. Ia menyentuh bibirnya dan memejamkan mata.

“Astaga, kenapa aku membiarkannya? Kenapa tidak kudorong saja? Kenapa aku malah memejamkan mata ketika Lee Sooyeon tepat berada di sampingku?!”



Tok Tok Tok


Ocehan itu diinterupsi dengan suara ketukan pintu. Ia berdeham pelan, berusaha mengembalikan emosinya yang normal sebelum membuka pintu.

Namun, senyuman yang coba ia tunjukkan luntur ketika melihat Wen Junhui—alasan mood-nya berantakan—muncul di depan pintu. Pria itu melirik ke arah lain. Antara memeriksa keadaan dan gugup. Hal tersebut membuat wanita itu ikut merasa gugup.

“Mau keluar sebentar?” tawar Jun. “Aku ... hmm ... sepertinya berhutang banyak padamu.”

Wanita itu menghela napas. Ia sungguh ingin menghindari semua orang dan pergi tidur. Tapi percuma saja, meski ia mencoba tidur bayangan itu selalu mengganggunya. Mungkin keluar sebentar takkan jadi masalah. Supaya ia bisa biasa juga terhadap Jun untuk pemotretan besok—seharian penuh ia akan bersama Jun lagi.

“Bir? Soju?” tanya wanita itu.

Jun menggeleng pelan. “Aku tidak bisa minum, juga tak bisa mengajak seorang wanita minum.”

Khianat [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang