Aku kembali~
Happy reading!^^
~°~°~
Wanita itu terkejut ketika membuka mata. Cahaya matahari langsung masuk melalui jendela yang tak ditutup tirainya. Ia menengok ke samping, ke tempat di mana seharusnya seseorang terlelap. Namun, tempat itu kosong.
“Ohh sial, aku mengunci pintunya!”
Dengan panik, wanita itu turun dari ranjang dan berlari ke arah pintu. Ia membuka kunci pintunya yang masih menggantung kemudian keluar dari sana dengan cepat.
Langkahnya terhenti ketika ia sampai di dapur. Dilihatnya ada banyak sekali piring kotor. Makanan yang semula ia tata di meja untuk makan malam lenyap.
Ia mengerjap pelan. Bingung melihat meja makan kosong dan piring kotor bertumpuk di wastafel.
“Oppa! Eodiya?”
Ceklek ...
Ia langsung menoleh begitu pintu rumahnya terbuka. Dilihatnya sang suami muncul dengan mantel tebal dan dua kantung jinjing di tangannya.
“Ohh jinjja ... kau mengejutkanku,” keluhnya. Ia langsung menghampiri pria berambut pirang itu, mengambil alih jinjingan di tangannya. “Kau dari mana? Kenapa tidak bilang?”
“Aku membeli sarapan,” jawabnya, “habis kau mengunci pintu.”
Wanita itu menghela napas. Ia merasa bersalah karena sudah bertingkah kekanakan hanya karena ia kesal. Harusnya ia menunggu Jeonghan pulang. Atau, paling tidak ia tak mengunci pintu sehingga pria itu bisa tidur di kamar.
“Aku mau mengambil barang lagi di mobil. Siapkan sarapannya ya?”
Wanita itu mengangguk. Ia segera berbalik menuju dapur, menata makanan yang Jeonghan bawa pada piring dan menyiapkan meja makan untuk sarapan. Ia menaruh piring makan di depan kursi. Di sampingnya mangkuk nasi sudah terisi penuh. Sumpit dan sendok disiapkan di samping piring dan segelas air mineral dijadikan sebagai pelengkap.
Suara pintu terbuka kembali terdengar. Wanita itu tersenyum. Masih sibuk di meja makan ia bertanya, “Semalam tidur di mana?”
“Aku tidak tidur.”
“Wae? Kau pasti-” perkataannya terhenti ketika tubuhnya berbalik. Matanya terbuka lebar ketika melihat sebuket mawar putih berada tepat di depan wajahnya.
Suara kekehan geli terdengar setelah itu. Membuat hatinya meleleh begitu saja. “Mian ... lain kali aku akan menghubungimu lebih dulu. Kau tidak masak sia-sia, kok. Aku sudah memakan semuanya semalam. Enak.”
“Ish,” umpatnya, “aku tidak bisa lebih marah dari ini. Menyebalkan.”
Ia mengambil buket bunga itu dengan senang hati. Senyuman lebar Jeonghan menyambut setelah itu.
“Kau sungguh pria paling manis yang pernah kutemui,” ujarnya.
Jeonghan mengedipkan sebelah matanya. “Pria paling manis ini adalah suamimu. Kau mesti bersyukur.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Khianat [Seventeen Imagine Series]
Short StoryHighest rank - #114 on short story 211109 Dikhianati pasangan mungkin menjadi hal yang biasa. Tapi, bagaimana jadinya jika kedua belah pihak saling mengkhianati satu sama lain ketika mereka terikat dengan sebuah ikatan sakral yang mereka pilih sendi...