Masalah

645 153 82
                                    

Aaaaa seneng banget banyak yang ngerespon cerita ini huhu 😭😭😭 thank you guys!❤️


Happy reading!^^



~°~°~



“Hallo, Eomma? Apa kabar?”

“Aigoo anakku, tentu saja Eomma baik. Bagaimana denganmu, eoh? Kau pasti sangat sibuk sekarang.”

Wanita itu terkekeh geli. Ia menunduk, melihat pekarangan dari balkon apartemen. Kemudian ia menengadah, menatap langit biru yang cerah.

“Tidak sibuk, kok. Aku malah sudah beberapa minggu tidak mengambil pekerjaan,” balasnya.

“Kenapa? Apa kau sakit? Ada masalah? Apa Eomma harus pergi ke Seoul dengan Mingyu?”

Eomma...,” sahut wanita itu sambil tertawa. “Aku baik-baik saja, kok. Justru karena aku sangat bahagia, aku jadinya istirahat dulu karena tidak mau diganggu.”

“Syukurlah ....” Helaan napas terdengar dari seberang sana. “Ada baiknya juga kau tidak terikat kontrak. Jadi kau lebih leluasa.”

Wanita itu menarik napas panjang. Punggungnya ia sandarkan pada bantal di ayunan bulat yang didudukinya. “Sepertinya begitu kembali bekerja, aku akan terikat kontrak, Eomma.”

“Tiba-tiba?”

Eomma ..., apa Eomma tahu aku mengisi majalah?” tanya wanita itu hati-hati.

Sang ibu menjawab, “Bukankah kau selalu menjadi fotografer majalah?”

“Bukan,” balasnya, “aku sudah dua kali jadi model. Tadinya tidak sengaja. Tapi Eomma, aku ingin sekali menjadi model sungguhan. Bagaimana menurut Eomma?”

“Aigoo, benarkah? Ya ampun, Eomma senang sekali mendengarnya. Akhirnya kau tahu apa yang ingin kau lakukan. Tidak papa, belum terlambat untuk memulai. Hanya saja bukankah menjadi publik figur itu sulit?”

Suara langkah kaki memasuki indra pendengarannya. Wanita itu menoleh, mendapati pria yang sudah dua minggu ini merawatnya datang dengan dua gelas jus. Pria itu, Jun, duduk di sebuah kursi kecil di seberangnya dan tersenyum.

“Jangan khawatir, Eomma,” balas wanita itu sambil tersenyum pada Jun. “Ada seseorang yang membantuku. Dia sangat berpengalaman, baik, dan banyak sekali membantuku.”

“Syukurlah .... Tapi, Jeonghan tidak masalah, kan?”



Deg!


Nama itu. Ia teramat tidak ingin mendengarnya. Nama itu hanya menorehkan luka baginya. Segala sesuatu yang telah ia coba tutupi terbuka begitu saja. Memuakkan. Dirinya merasa terjebak dalam lingkaran api. Rupanya sekalipun api itu padam, sisa asapnya masih bisa terhirup dan membakar pernapasannya.

Eomma ....”

Uhuk! Uhuk! Uhuk!”

Wanita itu membulatkan mata ketika mendengar suara batuk tak henti dari seberang sana. “Eomma! Eomma sungguh baik-baik saja?!”

Suara batuk belum berhenti. Jawaban tak wanita itu dapatkan. Jantungnya berdebar-debar. Padahal belum lama ia berkunjung ke rumah sang ibu dan melihat kondisinya yang baik-baik saja. Mengapa tiba-tiba seperti itu?

Eomma? Apa aku perlu kembali ke Gimpo sekarang?” tanyanya panik. Ia menatap Jun yang masih duduk tenang di depannya namun bersiaga.

Wanita itu sudah hampir beranjak ketika suara batuk berhenti dan suara sang ibu kembali terdengar, “Aigoo, kau ini berlebihan sekali. Eomma tidak papa. Kemarin malam sempat makan aprikot. Tenggorokan Eomma jadi agak gatal.”

Khianat [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang