Roda Kehidupan

490 142 75
                                    

Gak tau lagi harus ngomong apa sama kalian 😭😭😭

Makasih sebanyak-banyaknya udah bersedia meluangkan waktunya buat komen di lapak aku yang alakadarnya ini, semoga kalian sehat dan bahagia selalu. Aku terharu banget sumpah dukungan dari kalian sebesar ini ya ampun, curhat sedikit ya malah kadang aku merasa dukungan dari kalian jauh lebih besar dari yang orang-orang di lingkunganku kasih. Jadi dukungan kalian berarti banget banget banget buat aku 😭❤️

Semoga ke depannya tulisanku bisa terus menjadi penghibur buat rasa sedih kalian, penyemangat buat rasa lelah kalian, dan yang pasti bisa bermanfaat untuk kehidupan kita semua❤️❤️❤️


Bismillah baku hantamnya semoga gak terlalu mengecewakan 😭👍


Happy reading!^^



~°~°~


Satu jam ... dua jam ... tiga jam.

Waktu berlalu begitu cepat. Roda kehidupan terus berputar. Namun bagi Jung (Y/n) waktu terasa begitu lambat. Ia tak bisa berhenti memperhatikan waktu yang terpampang di atas pintu ruang operasi. Menanti dengan cemas kabar mengenai sang ibu di dalam sana.

“Minum dulu.”

Wanita itu memalingkan wajah ketika mendengar suara lembut itu. Jun berlutut di hadapannya. Pria itu tersenyum tipis. Tangan kiri menggenggam tangannya, sementara tangan kanan menyodorkan botol air mineral yang tutupnya telah dibuka.

“Jun, aku tidak—”

“Minum, Sayang. Kalau kau tidak mau makan paling tidak minum sedikit. Kau bisa dehidrasi. Bagaimana bisa kau merawat Eomeoni kalau kau ikut sakit?”

Kelembutan Jun meluluhkan hatinya. Wanita itu mengusap wajah secara kasar dan menarik napas panjang. Kemudian ia meraih botol itu dan meminumnya.

“Terima kasih, Jun. Sungguh kalau tidak ada kau aku tidak tahu lagi apa yang akan ....”

Suaranya tertahan di tenggorokan. Wanita itu kembali minum untuk menutupi kegundahannya. Namun Jun mengerti sehingga tanpa berucap pun ia sudah tahu apa yang ingin disampaikan.

“Kalau kau lelah istirahat sebentar ya? Aku akan mencari selimut yang bisa dipinjam,” ucap Jun sambil mengusap kepalanya.

Pria itu hendak beranjak. Namun dengan cepat wanita itu menahan tangannya. Begitu Jun menoleh, ia menggelengkan kepala. Mengisyaratkan bahwa ia tak siap ditinggalkan Jun meski sebentar saja.

Jun menghela napas lalu mengangguk. “Baiklah, aku tidak ke mana-mana.”

Pria itu meraih kantung keresek yang dibawanya dari mini market di bawah, mengeluarkan segulung kimbab dan air mineral. Kemudian Jun memberikannya pada Mingyu yang duduk di atas lantai, berseberangan dengan wanitanya.

Eomeoni bilang kau belum makan. Ini ... makanlah. Maaf, aku hanya menemukan ini di mini market,” ucap Jun.

Mingyu menatap Jun sejenak. Kemudian tangannya bergerak meraih kimbab dan botol air mineral sambil membungkuk.

“Terima kasih ... Hyung?” sahut Mingyu tak yakin.

Jun tersenyum dan mengangguk. “Aku akan senang kalau kau memanggilku Hyung.”

Khianat [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang