Berakhir

678 168 77
                                    

HELLO EPERIBADEH 🤗

Mungkin udah basi aku minta maaf terus gara-gara telat update, tapi serius memang kesibukan mahasiswa akhir tuh gak nanggung-nanggung :')

Aku buat ini panjang banget, lebih dari 3000 kata. Semoga setidaknya bisa mengobati kerinduan kalian. Kalau komennya banyak, menunjukkan kalian kangen banget sama cerita ini, ohh jelas bakal diprioritasin buat update cepet. Jadi komen yang banyak ya sayang-sayangku sekalian~


Happy reading!^^



~°~°~

Jeonghan tidak ingat apa yang terjadi dalam dua puluh detik terakhir. Ia mendapati dirinya mematung ketika Jun melempar segala yang dipegangnya dan berlari ke arah pantai.

Jeonghan ingin berlari ke sana. Ia pikir ialah yang seharusnya menerjunkan diri untuk menyelamatkan wanita itu ... wanitanya. Namun tak satu pun anggota geraknya menurut. Alih-alih berlari, ia malah berdiri menyaksikan adegan itu di depan kedua matanya.

Jun menceburkan diri dan menarik (Y/n) ke permukaan. Minri yang tidak bisa berenang bahkan menunggu di tempat yang tinggi dan membantu Jun membaringkan wanita itu.

“(Y/n)! Kau mendengar suaraku?!” teriak Jun sambil menepuk-nepuk wajah wanita itu.

Wanita itu masih sadar. Ia mengangguk sambil terbatuk-batuk. Jun membantu menepuk punggungnya, berusaha mengeluarkan air yang mengisi paru-paru wanita itu.

Sekarang Jeonghan tak berdaya. Ia sadar dirinya telah menghancurkan segalanya. Di detik ia menghentikan langkah, di detik itu pula ia tidak berhak memanggil seorang Jung (Y/n) sebagai wanitanya dan ia merasa takut.


.
.
.


Jun mengembuskan napas lega ketika wanita itu berhasil mengeluarkan air dari paru-parunya. Dengan sigap ia memeluk wanita itu, mencoba memberi sedikit kehangatan.

“Ohh Tuhan! Terima kasih,” ucapnya sambil memejamkan mata. Ia lalu melapas pelukan dan meraih pipi wanita itu. “Kau tidak papa?”

Wanita itu menganggukkan kepala. Napasnya masih tersengal-sengal. Ia memejamkan mata sejenak, berusaha mengumpulkan tenaga, kemudian duduk secara mandiri. Enggan membebani Jun lama-lama.

“Apa yang terjadi? Kukira kau pandai berenang,” tanya Jun, masih terdengar panik.

Wanita itu menjawab, “Aku pernah masuk sepuluh besar kompetisi renang di sekolah dasar. Tapi, ya, tadi itu aku kurang memperhatikan ombak. Aku sedang berenang seperti biasa tetapi kalungku lepas, jadi aku berusaha mengambilnya tanpa tahu ombak datang.”

“Kalung?!” pekik Jun. “Kau hampir tenggelam karena sebuah kalung?!”

Jun tidak bermaksud berteriak. Pria itu hanya terlampau khawatir ... dan takut. Dalam kepalanya ia tak berhenti memikirkan skenario terburuk yang mungkin terjadi jika ia terlambat sedetik saja.

“Ini bukan hanya kalung,” sahut wanita itu tak terima sambil menunjukkan kalung berliontin kupu-kupu di tangannya. “Ini pemberianmu! Aku tidak bisa melepasnya begitu saja!”

“Aku bisa membelikan yang baru, kenapa kau membahayakan diri seperti itu?!”

“Karena kalung lain tidak akan sama dengan ini! Momennya, tujuanmu memberikan ini, segalanya akan berbeda! Bagaimana bisa aku langsung menyerah?!”

“Cukup.”

Baik Jun maupun (Y/n) sama-sama menolehkan kepala. Jeonghan berdiri di belakang mereka sambil menyodorkan dua buah handuk.

Khianat [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang