Prolog

5.8K 414 80
                                    

Yuhu~

This is my new story💕


Kali ini aku membawa Jeonghan dan Jun untuk kalian semua. Kenapa? Pertama karena banyak yang request mereka. Kedua karena aku agak sulit menemukan cerita mereka. Ketiga karena perannya cocok untuk mereka. Keempat karena Jun sering ada di ceritaku tapi baru satu kali jadi tokoh penting, itu pun porsinya dia bagi-bagi sama yang lain 😂😂😂

So ... Kuharap kalian akan menyukai dan mengikuti cerita ini seperti ceritaku yang lainnya :')


Happy reading!^^



~°~°~



Pria dengan rambut pirang yang terbelah dua dengan bagian kanan lebih tebal itu menghembuskan napas. Ia tak bisa berhenti bergerak. Tangannya sesekali ia kepalkan, lalu lepaskan lagi, lalu dikepal lagi, dan dilepas lagi. Kadang juga ia berusaha merapihkan tuxedo putih yang dikenakannya atau membenarkan bunga mawar yang digunakan sebagai penghias dalam sakunya.

Ia menarik kedua sudut bibirnya, bukan untuk tersenyum melainkan membiasakan bibirnya agar tidak kaku. Ia tidak ingin salah ucap hanya karena rasa gugup yang terlalu membuncah. Ia tidak ingin mengacaukan upacara sakral yang hanya akan ia lakukan satu kali dalam seumur hidup. Ia tidak ingin mengecewakan wanitanya. Meski ia berdebar kencang, ia berusaha keras menahan diri untuk tidak melakukan kesalahan yang memalukan.


Di sisi lain, seorang wanita dengan gaun panjang mengembang tanpa lengan duduk dengan gelisah di ruang tunggunya. Gaun putih dengan pola bunga itu membuatnya terlihat sangat anggun, ditambah lagi dengan sarung tangan panjang transparan yang menghiasi lengannya. Meski begitu, ia tak bisa tenang. Adrenalinnya berpacu mengingat hari ini ia akan mengikat janji suci dengan seorang pria yang telah dikencaninya selama satu setengah tahun. Meski umur hubungan mereka belum terlalu lama, rasa yang mereka miliki untuk satu sama lain begitu besar sehingga mereka berani memutuskan untuk melangkah lebih serius. Meski sang pria baru saja lulus kuliah beberapa bulan yang lalu dan sang wanita belum benar-benar lulus kuliah, mereka sama-sama tak keberatan. Karena mereka pikir ... cinta akan membuat semuanya menjadi mudah.

Wanita itu memukul-mukul pahanya karena gugup. Ia lagi-lagi melirik ke arah cermin untuk memeriksa riasannya yang sudah ia lakukan berulang kali. Ia merasa dirinya biasa saja karena sehari-hari, ia memang merias diri. Ia takut pasangannya telah berekspektasi begitu tinggi dan kecewa begitu melihat dirinya tak banyak berubah meski telah dirias seorang profesional dan mengenakan gaun mahal.

"Bisakah kau berhenti bercermin? Itu menggangguku," ujar Song Eunji, sahabat baik yang telah menemaninya sejak masuk universitas. Ia saksi dari seluruh kisah cinta yang dilalui wanita itu bersama pasangannya dan bagaimana mereka memutuskan untuk menikah.

Eunji yang mengenakan baju hitam berlengan panjang dengan bagian bahu terekspos dan celana putih panjang itu akhirnya beranjak dari tempat duduk dan memutar kursi sang sahabat memunggungi cermin. "(Y/n), kau sangat cantik. Lebih cantik dari aku. Kau bahkan sudah setara dengan model, aku tidak membual. Jadi, tolong hentikan itu dan tunggu dipanggil saja ya?"

Tapi, wanita bernama Jung (y/n) itu menghembuskan napas berat. Ia menggeleng pelan dan berusaha membenarkan flower crown putih yang menghias kepalanya. "Apa aku lebih cantik dari biasanya? Aku khawatir terlihat biasa saja karena memang sehari-hari berdandan. Aku takut Jeonghan Oppa akan kecewa karena tidak ada yang berubah dariku hari ini."

"Kau sudah sangat cantik, berhentilah khawatir," sahut Eunji menahan jengkel. Ia tidak mengerti mengapa wanita cantik itu sangat khawatir akan penampilannya yang tak perlu dipertanyakan lagi keindahannya. Ia bahkan iri pada sang sahabat yang sama sekali bukan tandingannya dalam hal penampilan.



Khianat [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang