Pertemuan Pertama

2.5K 311 52
                                    

Hello~

Cerita ini kulanjutkan❤️


Happy reading!^^



~°~°~



Wanita dengan rambut merah yang diikat satu itu terus berkutat pada kameranya. Ia memfokuskan kameranya lalu menguji coba untuk memotret latar putih di depannya. Setelah usai, ia memeriksa hasil jepretannya.

“Pas,” gumamnya diikuti senyuman tipis.

“Heh, Jung (y/n)!”

Wanita itu langsung menoleh ketika dipanggil. Pria dengan gaya rambut mullet menghampirinya dengan senyuman tipis. “Hari ini pemotretannya akan berlangsung sangat panjang. Kalau kau lelah beritahu aku, kita bergantian saja."

“Baiklah kalau begitu, gomawo Minghao-ya,” sahutnya. “Ngomong-ngomong, katanya hari ini kita kedatangan model baru ya untuk cover majalah?”

“Ya, begitulah.” Pria bernama Minghao itu menggantungkan kamera yang dipegangnya pada leher. “Aku sudah pernah bekerja dengannya di sebuah project. Agak menyebalkan. Dia banyak berkomentar dan terkadang tidak mau diatur. Tapi hasilnya selalu bagus. Ya, mau bagaimana lagi? Wajahnya memang tampan.”

Wanita itu terkekeh geli. Ia menyikut lengan Minghao dan menaik-turunkan alisnya. “Hati-hati ketika memuji seseorang, nanti kau jatuh cinta.”

“Heh! Aku berbicara berdasarkan fakta!” protesnya. Minghao menyipitkan matanya. “Aku masih menyukai wanita dan masih banyak wanita yang menyukaiku. Jadi, sebelum reputasiku runtuh di sini aku akan pergi ke bagian kostum. Bye!”

Tawa wanita itu semakin pecah ketika Minghao mulai meninggalkannya. Ia senang menggoda rekan kerjanya yang satu itu. Ia sangat manis ketika kesal seperti tadi.

“Jung (y/n).”

“Ya, Pak?” Ia langsung menghentikan tawa ketika atasannya memanggil. Pria berusia pertengahan tiga puluh itu tersenyum tipis dan mengisyaratkannya untuk mendekat.

“Kita mulai pemotretan di latar hijau itu. Model wanitanya sudah siap. Kau yang pegang,” ujarnya seraya menunjuk setting di sebelah kiri.

Wanita itu tersenyum lebar dan mengangguk. “Siap Pak!” sahutnya bersemangat. Detik selanjutnya, wanita itu melangkah sesuai arahan dan mengerjakan tugasnya.



Jung (y/n) memotret dengan cepat dan tepat. Ia tak hanya mengambil di satu titik, ia terkadang berpindah tempat guna menemukan sisi terbaik dari modelnya. Ia sesekali memberi saran gaya, terkadang memperagakannya dengan tepat. Empat tahun bekerja sebagai fotografer membuatnya tak lagi kaku dalam bekerja. Ia sudah profesional, bahkan bisa melampaui beberapa seniornya.

“Seperti biasa, hasilnya sangat memuaskan.” Pujian lagi-lagi menjadi hal yang didengarnya ketika memperlihatkan hasil kerjanya. “Kau boleh istirahat sekarang, Minghao akan menggantikanmu.”

Kamsahamnida,” sahutnya lalu melangkah menuju kursi-kursi yang disediakan untuk beristirahat di sudut ruangan. Minghao masih membereskan sisa makanannya di sana.

“Giliranmu, Hao.” Pria itu menoleh dan tersenyum. “Sekarang aku yang akan beristirahat.”

“Makanlah, ini jjajangmyeon pesananmu.” Minghao memberikan kotak makanan dan sebotol air untuk Jung (y/n). Ia kemudian berbisik, “Jangan bilang pada yang lain kalau aku yang membedakan menu makan siangmu.”

Wanita itu terkekeh pelan dan mengangguk. “Laksanakan, gomawo ne?”

Minghao menepuk pelan bahu wanita itu sebelum melangkah menuju setting biru untuk melaksanakan tugasnya. Wanita itu akhirnya mengaduk-aduk kotak makannya untuk membuat mie dan saus kacang hitam di dalam kotak itu menyatu. Setelah yakin sempurna, ia membuka kotaknya dan mulai makan.


Khianat [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang