Epilog

1K 137 36
                                    

Wow ... akhirnya kita sampai juga di epilog. Gak nyangka banget 😭😭😭

Hayu langsung gasss epilog❤️



~°~°~



“Sekian yang dapat disampaikan. Terima kasih atas waktu yang telah Bapak dan Ibu berikan. Jika Bapak dan Ibu tertarik, tolong tanda tangani kontrak perjanjiannya ya?”

Tepukan tangan dan kekehan geli terdengar setelah Yoon Jeonghan selesai menyampaikan presentasi. Para hadirin yang merupakan investor-investor besar berdiri, menjabat tangannya satu per satu. Mungkin sikap Jeonghan tidak biasa, tapi itulah daya tariknya. Jeonghan mampu menarik investor dengan keramahan dan kelucuannya.

“Aku menantikan kesuksesanmu, Yoon Daeoyeonim,” ucap salah satu investor ketika menjabat tangannya.

Jeonghan terkekeh geli. “Terima kasih. Akan kupastikan kau tidak menyesal telah berinvestasi padaku.”

Satu per satu audiens keluar dari ruang rapat, termasuk sekretarisnya. Hanya ada satu orang yang tinggal. Choi Seungcheol, sahabat karibnya.

“Wah, wah, wah, Yoon Daeoyeonim,” ucapnya sambil bertepuk tangan. Pria itu berdiri kemudian menghampiri Jeonghan yang berdiri di dekat pintu. “Keren sekali sekarang julukanmu. Dari public relations jadi founder perusahaan digital. Belok sekali bidangnya. Kau luar biasa.”

“Berkat siapa?” tanya Jeonghan sambil mengangkat tangan.

Seungcheol menyambut tangannya sambil terkekeh. “Berkat pria tertampan abad ini, Choi Seungcheol. Beruntung sekali kau punya sahabat yang relasinya tidak di situ-situ saja.”

“Terima kasih mau mengorbankan karirmu di perusahaan untuk bergabung denganku, Pak Wakil,” balas Jeonghan sambil terkekeh.

Kedua manusia itu keluar bersama untuk makan siang. Perjalanan diisi dengan percakapan yang sangat beragam. Terkadang berbobot, membahas masa depan perusahaan yang mereka bangun bersama-sama. Kadang juga membahas hal tak penting seperti mengapa kecoak bisa mati kalau tubuhnya terbalik.

Setelah pengadilan mengetuk palu dan meresmikan perubahan status Jeonghan, pria itu mengambil cuti dan melakukan solo traveling. Tak jauh-jauh, ia hanya pergi ke Jepang. Berkelana selama satu bulan untuk menemukan hal baru. Di sana tidak hanya liburan, Jeonghan juga menemukan teman dan ilmu baru. Berkatnya ia mendapatkan ketertarikan di dunia digital. Membantu Jeonghan untuk menemukan impian baru ... yang dapat menghantarkan kebahagiaan untuknya.

Baru setelah empat tahun, Jeonghan memberanikan diri untuk merealisasikan mimpinya. Bersama dengan Seungcheol, ia berhenti dari pekerjaan yang lama dan membangun perusahaan dari nol. Butuh waktu satu tahun untuk mereka menstabilkan perusahaan baru itu. Berkat kepintaran Seungcheol dan kelihaian Jeonghan dalam bernegosiasi, progres perusahaan mulai meningkat. Memang masih riskan. Namun Jeonghan tak khawatir karena memiliki orang-orang baik di sekitarnya.

“Cih, sudah jadi Daeoyeonim tapi masih mengajakku makan di tenda,” ledek Seungcheol sambil mendudukkan diri.

Jeonghan memutar bola mata. “Tenda juga lumayan, tuh, ada televisi untuk hiburan.”

Giliran Seungcheol yang memutar bola mata. Pria itu akhirnya bungkam dan memesan makanan tanpa protes.

Jeonghan tersenyum lebar. Ia menggulung lengan kemeja kemudian memakan jjajangmyeon pesanannya. Sebenarnya Jeonghan tak terlalu suka mie saus kacang hitam itu. Namun entah mengapa ia merasa ingin memakannya.

“Lihat tuh siapa yang ada di televisi,” celetuk Seungcheol sambil menyuap tteokboki ke mulutnya.

Jeonghan sontak menolehkan kepala ke arah televisi yang dipasang di atas meja, di sisi kanan tenda. Netranya menangkap dua orang familier duduk berdampingan di sebuah sofa panjang. Keduanya duduk berhadapan dengan seorang pewara yang duduk di sofa single.

Khianat [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang