Kepercayaan

469 141 284
                                    

Duh pada excited kan aku juga jadi gatel pengen update lagi :')

Gimana yang kemaren pada ikut PO alat perang? Udah siap popcorn, sarung, pisau, atau celuritnya? 😭🤣

Belum waktunya sih karena ternyata ini lebih panjang dari dugaanku, tapi segera siapkan!


Happy reading!^^



~°~°~



Jun baru sadar betapa cintanya ia pada wanita yang saat ini berada di sisinya. Ia tak menduga, bahkan setelah disakiti beberapa tahun silam, dirinya masih bisa mencintai seorang wanita begitu dalamnya.

Saat ini Jun berani mengatakan bahwa dirinya berada di kondisi terburuk. Sakit melihat air mata keluar tanpa henti dari sudut mata wanita itu. Hancur rasanya mengetahui betapa hancurnya hati wanita itu. Setiap isakan yang keluar dari bibir tipisnya meretakkan hati Jun. Rasanya ia siap memerangi segala hal yang berani-beraninya melukai Jung (Y/n). Namun Jun sadar betul betapa wanita itu membutuhkannya dalam kondisi ini. Dengan kuat ia bertekad untuk menjadi orang yang bisa diandalkan.

Matahari sudah mengintip ketika mobil Jun menyentuh kota Gimpo. Perjalanan yang dilalui memakan waktu sangat lama padahal mereka hanya punya sedikit waktu. Sebisa mungkin Jun mempercepat laju mobilnya agar tiba tepat waktu di tempat tujuan.

Sebenernya Jun buta arah di daerah tersebut. Untung saja waktu mulai menjernihkan pikiran wanita di sampingnya sehingga mampu kooperatif untuk menunjukkan jalan.

Beberapa waktu lalu, wanita itu sempat melakukan panggilan telepon dengan Kim Mingyu, sepupu yang merawat ibunya. Menurut penuturan Mingyu, wanita paruh baya yang sudah dilarikan ke rumah sakit sejak kemarin itu mengalami kerusakan hati. Keadaannya sudah darurat sampai-sampai kulitnya berubah menjadi kuning.

Semalam kondisinya memburuk, sempat hilang kesadaran. Maka dari itu diperlukan operasi darurat. Beruntung sesaat sebelum telepon itu berlangsung, sang ibu mendapat donor yang cocok sehingga saat ini tengah persiapan untuk menjalani operasi. Hanya tinggal satu jam lagi sebelum jadwalnya.

“Di depan.” Suara serak di sampingnya membuat Jun tertarik dari lamunan. Ia segera memarkirkan mobilnya di basemen rumah sakit. Kemudian perlahan-lahan menuntun wanita itu untuk berjalan menuju lantai sembilan. Tempat di mana sang ibu dirawat.

Kondisi wanita itu sendiri masih lemah. Meski bukan terkena penyakit parah, tetap saja tubuhnya masih hangat. Sesekali ia juga bersin dan batuk. Dokter bahkan sempat tidak mengizinkan pergi. Namun berkat bujukan Jun, akhirnya mereka diizinkan pergi dengan janji temu tiga hari lagi.

“Kim Mingyu!”

Wanita itu berhenti sejenak ketika melihat seorang pria tinggi berdiri di depan sebuah ruangan. Kulitnya eksotis. Dengan rambut hitam bergaya koma dan setelan sweater abu-abu serta celana bahan hitam, ia tampak seperti model. Wajahnya juga sangat tampan bahkan di mata Jun yang juga seorang pria. Namun saat ini ia tampak pucat dan gelisah. Ada jejak air mata di pipi, matanya pun merah.

Begitu pria itu menoleh, tangis wanita itu kembali keluar. Ia melepaskan tangan Jun dan berlari ke arah Mingyu. Namun sekali lagi, kondisinya masih sangat lemah sehingga ia hilang keseimbangan. Untungnya Jun sigap menyusul dan memeluknya tepat waktu sebelum jatuh ke tanah.

Sadar bahwa kakak sepupunya tidak dalam kondisi baik, Mingyu berinisiatif untuk mendekat. Namun pria itu tak bisa menyembunyikan kebingungannya ketika melihat wanita itu berada dalam pelukan Jun. Wajar ... karena seharusnya bukan Jun yang berada di sana.

Khianat [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang