Malam Yang Salah

1.5K 213 83
                                    

I'm back~

Ada yang nunggu?

Btw itu gif harusnya masuk di chapter kemarin bagian pemotretan Jun. Tapi gif-nya gak ke-upload 🤧


Happy reading!^^



~°~°~



“Hey! Restoran jjangmyeon sudah terlewat!” seru (y/n) begitu mendapati bahwa Jun secara sengaja melewati tempat makan yang hendak dituju.

Dari balik kacamata hitamnya Jun melirik wanita itu. Dengan santai ia menanggapi, “Kita memang akan makan jjangmyeon, tapi bukan di situ.”

“Itu tempat terdekat,” sahut (y/n).

Jun menaikkan kacamata hitamnya kemudian menoleh. “Siapa bilang aku mau membawamu ke tempat terdekat? Kalau bisa aku mau membawamu ke tempat terjauh.”

“Hah?” Wanita itu mengerjap. Bingung dengan sikap Jun yang tiba-tiba menunjukkan kepercayaan diri. Ia melipat tangan di depan dada kemudian menatap lurus ke depan. “Terserahlah ....”

Meski begitu, ia membiarkan Jun membawanya pergi. Toh ia juga ingin refreshing. Siapa tahu saja Jun punya tempat menarik. Selain itu ada sedikit perasaan ingin menghabiskan waktu lebih panjang dengan model itu.

“Perjalanannya cukup panjang. Kalau sudah lapar tidur saja,” ucap Jun seraya menyalakan radio untuk mengisi perjalanan.

Namun, musik yang terputar di radio tidak membuat wanita itu mengantuk. Ia justru bergerak, menikmati lantunan musik yang sangat disukainya. Dan begitu ia menemukan lirik yang diketahui, dirinya mulai bernyanyi.

Jun yang juga menyukai lagu itu mulai bernyanyi di bagian yang sama dengan (y/n). Mereka sempat terkejut namun kemudian tertawa dan mulai bernyanyi bersama.

“Wah, aku tidak menyangka seorang Wen Junhui yang berkelas suka lagu up-beat seperti ini," ucap (y/n) setelah lagunya berganti. Senyuman lebar terukir di wajahnya.

Jun menunjukkan senyuman yang tak kalah lebar. “Aku juga tidak menyangka kita punya selera musik yang sama.”

Wanita itu tersenyum. Kini perjalanan itu terasa lebih hangat. Mereka memang tak banyak bicara, namun musik membuatnya lebih hidup. Mereka bernyanyi bersama, terkadang tertawa karena nada yang sumbang.

“Woah!” Wanita itu berseru ketika melihat pemandangan indah di depan sana. Tebing dengan pohon-pohon rindang di sisi kiri sedang hamparan laut di sisi kanan—cukup jauh.

Ia tak menyia-nyiakan pemandangan itu. Ia segera mengeluarkan kamera dari tas khusus yang dibawanya. Segera ia memasang lensa dan mengatur setting kamera untuk menangkap pemandangan itu. Jun sedikit memperlambat laju mobil. Membiarkan wanita itu mengambil potret sebanyak yang diinginkannya.

Mobil hitam itu berhenti di lahan kosong dekat pantai. Wanita itu turun dengan antusias sebelum Jun. Kamera masih berada di tangannya. Melihat bagaimana wanita itu tampak senang membuat Jun bersyukur menemukan tempat yang tepat.

“Jun, ayo kita ke sana!” Wanita itu langsung menarik Jun pergi begitu keluar dari mobil.

Karena musim gugur sudah tiba, tak banyak orang yang mengunjungi pantai. Selain udara dingin dan angin kencang, euphoria musim panas—saat yang tepat mengunjungi pantai—sudah berlalu.

Wanita itu baru melepas Jun begitu sampai di tengah-tengah pantai. Ia melanjutkan langkah sendiri menuju tepi pantai. Membiarkan ombak menyapu kakinya.

Sensasi tak biasa didapatkan wanita itu. Ia menggunakan perasaan itu untuk mengambil banyak potret. Rasa lapar mendadak tak terasa olehnya.

Jun tersenyum melihatnya. Sama seperti wanita itu, ia enggan melepas kesempatan untuk mengabadikan momen tersebut. Ia mengeluarkan ponsel kemudian mulai memotret wanita yang asyik dengan kamera itu.

Khianat [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang