Dunia Yang Hancur

698 141 58
                                    

SUMPAH INI LEBIH PANJANG, SAMPE 4000+ 😭😭😭

Kalau aku bagi dua, kemarin udah janji ya sisa 2 chapter aja. Terus kasian kalian nanti digantung lagi wkwkwk

Semoga gak bosen aja deh ya❤️


Happy reading!^^



~°~°~


Shin Minri. Wanita bersurai pendek itu menatap kosong meja resepsionis. Ia tak tahu mesti bereaksi seperti apa. Terlebih karena ia tak tahu apakah telinganya menangkap pesan itu dengan benar.

Mengurus perceraian?

Perceraian siapa?

Seketika genggaman tangan Minri melonggar. Wanita itu mundur satu langkah dan menatap Jeonghan yang seolah enggan menoleh ataupun memberi penjelasan.

“Silakan ke ruangan di ujung kanan. Tuan Kim sudah menunggu.”

Perkataan resepsionis menarik Minri dari lamunan. Jeonghan mengucap terima kasih, kemudian melangkahkan kaki menuju ruangan yang disebutkan.

Ada terlalu banyak hal yang mesti dicerna. Minri merasa sel-sel di otaknya enggan bekerjasama sehingga ia tak bisa memahami situasi yang ada. Seperti orang bodoh, Minri mengikuti Jeonghan tanpa bicara.

“Kukira kau tidak jadi bercerai.” Adalah sapaan yang menyambut ketika memasuki ruangan.

Minri terkejut karena pertanyaan itu terdengar lancang untuk diutarakan. Namun melihat reaksi Jeonghan yang biasa saja, Minri menduga bahwa pria bernama Kim Yoo itu adalan kenalannya.

“Butuh waktu yang sangat lama untukku memberanikan diri,” balas Jeonghan kemudian duduk di sofa, berhadapan dengan Yoo.

Pria yang dua tahun lebih tua dari Jeonghan itu melirik Minri. Memberi senyuman sebelum akhirnya berdiskusi dengan Jeonghan masalah perceraian.

Jika sebelumnya Jeonghan adalah orang yang tidak menyimak persidangan karena larut dalam pikirannya, kali ini Minri yang tidak mendengarkan percakapan Jeonghan dan Yoo. Wanita itu hanya mampu menatap Jeonghan. Masih berusaha mencerna. Namun, satu kalimat keluar dari mulut Kim Yoo. Satu kalimat yang menyakiti hatinya.

“Jung (Y/n) ... kau akan melepaskannya.”

Seolah tak cukup menyakitinya, kalimat itu masih berlanjut. Benar-benar menghancurkan hatinya.

“Aku masih ingat kau melamarnya di lapangan kampus. Aigoo ... semua orang sampai menyebutmu budak cinta. Gila kalau kuingat-ingat.”

Jung (Y/n) ... lamaran ... budak cinta.

Tiga kata kunci saja sudah cukup menyadarkan Minri akan situasi yang dihadapinya saat ini. Pada akhirnya Minri tak bisa menyembunyikan air mata. Namun seolah dirinya tak ada di sana, dua pria itu terus berbicara.

“Sidang pertamanya kemungkinan bulan depan. Kalau mau cepat selesai, kalian berdua harus hadir. Biasanya sidang perceraian terhambat karena salah satu atau kedua pihak tidak mau dipertemukan di sidang,” ucap Yoo.

Khianat [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang