Hancur

504 138 49
                                    

HAI APA KABAR SAYANG-SAYANGKU? Semoga baik selalu ya 🥰


Happy reading!^^



~°~°~



Jun berusaha keras mempertahankan kesadarannya. Sejak tadi ia memaksakan diri untuk tetap terjaga. Beberapa kali kepalanya terantuk sandaran kursi besi di depan ruang tunggu karena mengantuk. Namun Jun tidak menyerah. Ia meyakinkan diri bahwa ia harus tetap siaga kalau-kalau Jung (Y/n) membutuhkannya.

Apalagi karena Minghao sudah pulang beberapa waktu lalu.



Duk!


Sekali lagi kepalanya terbentur sandaran kursi. Kali ini ia benar-benar mengantuk sehingga benturan itu sama sekali tak menyakitinya. Namun pintu ruangan di sampingnya tiba-tiba terbuka. Menyentakkan Jun untuk bangun.

Jun langsung duduk tegak. Kepalanya menoleh ke arah pintu dan menemukan seorang wanita berdiri di sana sambil memegangi tiang infus.

“Jun?” panggil wanita itu bingung—tepatnya berpura-pura bingung. Ia sudah tahu Jun ada di sana dan sengaja keluar untuk menemuinya.

Jun langsung tergagap, “Hmm ... i—itu, Minghao meneleponku dan—”

“Jun,” potong wanita itu. Membuat Jun langsung diam. “Maukah kau menemaniku di dalam?”

Jun terdiam sejenak. Mungkin karena waktu sudah lewat tengah malam dan ia mengantuk, jadi otaknya butuh beberapa saat untuk mencerna kalimat tersebut.

“Kau mau aku ...?” Jun menunjuk dirinya sambil mengernyitkan dahi.

Wanita itu terkekeh geli kemudian berbalik. “Ya sudah kalau tidak mau.”

“E—ehh! Tunggu!”

Jun menyambar tas karton di dekatnya dan menyusul ke dalam. Wanita itu sudah kembali ke ranjang. Dengan hati-hati naik ke atas ranjang agar infusan di tangannya tidak tertarik.

“Tidak papa kalau aku di sini?” tanya Jun memastikan sebelum benar-benar duduk di sisi ranjang.

Wanita itu tersenyum tipis. “Kenapa tidak boleh? Kau, kan, menyelamatkanku.”

“Bukan aku, tapi Minghao—”

Wanita itu memotong, “Minghao tidak akan bisa menemukanku, apalagi masuk ke dalam rumah kalau bukan karenamu. Syukurlah aku memberimu password rumahku dan kau mengingatnya.”

“Ingatanku bagus, Nyonya. Aku ini mantan CEO,” Jun mengingatkan.

Wanita itu tersenyum. Senang Jun mulai nyaman seperti biasanya. Seolah tidak pernah ada masalah di antara mereka.

“Baik, Tuan CEO. Aku tidak jadi meragukanmu,” balasnya sambil terkekeh.

Jun tersenyum. Ia menyerahkan tas karton yang dibawanya pada wanita itu. “Aku sempat kembali ke rumahmu untuk membawa barang yang sekiranya kau perlukan. Ada ponsel, pengisi daya, dan pakaian ganti.”

“Apa dia ...?” tanya wanita itu menggantung. Masih ragu apakah ia berhak menanyakan itu pada Jun.

Namun Jun langsung menyahut, “Tidak ada. Ohh ... aku juga menyalakan beberapa lampu untuk berjaga-jaga.”

“Sudah kuduga,” balas wanita itu sambil menghela napas. “Terima kasih banyak, Jun. Aku tidak tahu lagi bagaimana aku harus mengungkapkan rasa terima kasihku padamu.”

“Istirahat yang benar, pastikan kau tetap makan dan minum obat, ikuti kata-kata dokter, dan cepatlah sembuh. Kalau kau seberterima kasih itu, maka buatkan aku makan malam sepulang dari sini,” balas Jun sambil mengedikkan bahu.

Khianat [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang