"Trus lo mau pindah ke mana?" tanya Bita.
"Ke Solo."
Beberapa hari lagi papa dan mama Chloe akan datang menjemput dirinya dan saudara kembarnya. Oleh karena itu, ia sengaja mengumpulkan teman-temannya untuk terakhir kali, sebelum ia pindah ke Solo.
Sayang sekali, Vernon, Jungwoo, dan Chanwoo ada kesibukan yang tak bisa ditinggal sehingga kali ini yang hadir hanyalah teman-teman perempuannya.
"Dari kecil gue udah tumbuh di sini. Terlalu banyak memori yang ada di rumah gue. Kalo sekarang gue harus pindah, jujur aja gue belom siap."
"Iya, Bek. Kita semua paham, kok." Varel merangkul pundak Chloe.
Untung saja kali ini mereka berkumpul di bagian pojok cafe. Jadi dengan adanya Chloe yang menangis, hal itu tak menjadi pusat perhatian para pengunjung.
"Gue gak siap, Rel. Pisah dari kalian, kak Taeyong, jauh dari tetangga-tetangga gue yang selama ini udah baik banget ke gue. Belum lagi gue harus adaptasi di lingkungan sana."
"Kalo gue bisa bantu udah pasti gue bantuin. Gue juga gak mau jauh-jauh dari lo."
"Yang sabar, ya?" lanjut Silfi sambil memeluk Chloe.
"Lo udah cerita ke kak Taeyong tentang ini?"
"Belom, Bit. Mama nya lagi sakit, pasti dia lagi sedih banget. Gue gak mau bikin kak Taeyong tambah sedih."
Di saat seperti ini, Chloe bimbang akan berpamitan dengan kekasihnya atau tidak. Ia sama sekali tak ingin menjadi beban pikiran Taeyong. Tapi di saat yang bersamaan, jika Chloe langsung pergi tanpa berpamitan, pria itu pasti akan sangat kecewa kepadanya.
Di hidupnya, Chloe selalu saja dihadapkan dengan pilihan-pilihan sulit yang membuatnya menjadi serba salah. Bukan sekali atau dua kali, hal itu selalu saja terjadi seperti tak ada habisnya.
Benar-benar melelahkan.
"Mustahil gue masih bisa tinggal di sini. Jual organ juga gak secepet itu prosesnya."
"Gak ada yang gak mungkin, Bek. Jangan ngomong gitu ah."
"Gue harus berharap apa? Berharap tiba-tiba ada orang ngetuk pintu rumah gue, ngasih duit dua miliar tanpa alasan? Kocak."
"Udah udah. Kalo sekarang lo mikirnya gitu, mending kita have fun daripada sedih-sedihan mulu. Kita gak bakal tau kapan kita bisa kumpul lagi kayak gini, kan?" ajak Varel.
Mereka semua berusaha menghibur Chloe, kecuali Tara. Sedari tadi ia diam saja, sebab masih kaget dan merasa sangat sedih.
Ia merasa sangat sedih karena bukan hanya dia saja yang akan kehilangan sosok sahabat, namun pamannya juga akan kehilangan sosok yang sudah memberi warna baru di hidupnya.
Dari latar belakang keluarganya saja, sudah pasti Tara mampu membantu Chloe. Tapi mengingat Chloe hanyalah teman baiknya, tak mungkin Tara meminta uang sebesar itu ke kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Gorilla
Novela Juvenilmengisi waktu lapang dengan mencari uang haram ⚠️ harsh words⚠️