CHAPTER 10

2.3K 486 173
                                    

"Ayah Menginginkan Aku Sukses, Tapi Ayah Tidak Menemani Ku Untuk Meraih Kesuksesan Itu."
-Stella Allisya Qirani
[IB: Tikt*k]

[HAPPY READING]

Zergan Mendongakkan kepalanya untuk menatap ayahnya Stella, saat melihat wajah itu Zergan langsung sedikit terkejut "Elo! Lo Ayahnya Stella Van?" Tanya Zergan dengan terkejut dan Zidan hanya menyimak dan memasang wajah bingung nya.

Vano, adalah ayahnya Stella. Yang dulunya adalah musuh bebuyutan anggota Zathuree angkatan ke 2.

Yang sudah baca cerita Zergan pasti tau hihi.

Vano juga sedikit terkejut karna orang di depannya ini adalah musuh nya saat dirinya masih memimpin geng Jervanos, namun sekarang sudah di gantikan oleh seseorang yang jauh lebih muda dari nya.

"Iya Kenapa?" Tanya Vano dingin

Tiba tiba suara langkah kaki dari tangga yang menghubungkan lantai atas dan bawah, dan terlihat seorang gadis penampilan nya terbilang tidak baik.

Mata yang merah akibat menangis, rambut acak-acakan, dan terdapat warna hitam di kantong matanya.

Gadis itu adalah, Stella.

"Zidan?" Gumam Stella

"Pengharum mobil? Gue makin merasa bersalah pas liat penampilan dia kagak gitu." Batin Zidan

"Masuk ke kamar!" Titah Vano pada anak sulung nya

"Stella mau minum pa," Jawab Nya sambil menundukkan kepalanya.

"Masuk ke kamar!!" Gertak Vano

"I-iya Pa..." Stella meninggalkan Yang lain lalu menuju ke kamar nya kembali, padahal tenggorokan nya sekarang terasa sangat kering akibat terlalu lama menangis.

"Tolong jangan kasar sama anak Van! Disini anak Gue yang salah, dan kita bisa menyelesaikan secara baik-baik!" Celetuk Zergan setelah Stella kembali ke kamarnya.

"Dia anak gue! Jadi terserah gue mau berbuat apa!" Balas Vano

"Anak Hanya titip tuhan Van! Yang harus Lo Jaga, bukan jadiin pelampiasan marah Lo!"

"Gue bilang terserah gue, ya terserah gue lah!!"

"Terserah Lo, gue yakin kalo Lo kehilangan dia. Lo bakalan nyesel Van! Kita pulang, orang kayak dia gak bisa di jelasin dengan lemah lembut," Ucap Zergan lalu merangkul pundak Zidan dan berjalan ke arah pintu keluar rumah Stella.

Tiba Tiba Zergan dan Zidan berhenti "Kalo Lo masih berbuat kasar ke gadis itu, gue gak segan segan bawa dia pergi jauh dari Lo!" Ucap nya tanpa membalikan badannya nya menghadap Vano lalu pergi dari halaman rumah Stella.

Di balik pagar rumah Stella, Zergan dan Zidan belum pulang karna Zidan masih meragukan kalo ayah nya Stella tidak akan menyakiti gadis nya (?)

"Ayah, Pengharum mobil gak bakal di sakitin lagi kan?" Tanya Zidan pada ayah nya.

"Ayah juga gak tau,"

"Huft"

***

Beralih ke rumah Stella, Stella menatap luar kamar nya dengan pandangan kosong. Rasa nya ia ingin ke lantai bawah untuk meminum, tapi takut ayah nya akan merah seperti tadi.

Rasa bosan melanda dirinya, Stella memilih untuk duduk di kursi meja belajar nya dan mengambil buku diary dari laci meja.

Di sampul buku itu terdapat gembok kecil agar seseorang tidak membaca buku diary nya sembarangan, dan kunci nya ia jadikan kalung biar tidak hilang.

Tangan mungil nya mulai menulis di buku itu.

10 Oktober 2021
Stella Kembali menulis di Buku Ini.

Tuhan, Apa Stella tidak punya hak untuk bahagia? Mengapa Stella tidak pernah bahagia tuhan? Kenapa papa tidak sayang sama Stella, Apa Stella punya salah sama nya? Stella iri sama Zidan yang selalu mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua nya, memiliki keluarga yang utuh, dan terselimuti sama kebahagiaan. Sedangkan Stella? Malah kebalikannya.

Mama Stella di mana tuhan? Kenapa dia tinggalin Stella di sini? Stella mau curhat banyak hal padanya, eum... Boro-boro mau curhat, melihat wajah nya aja Stella belum pernah. Papa gak ada niatan mau kasih foto mama ke Stella yaa? 

Stella mau bahagia tuhan, entah itu bahagia dari sebuah prestasi ataupun dari keluarga. Stella pernah bahagia, tapi hanya berlangsung beberapa jam saja, dan langsung di hancurkan oleh papa ku sendiri.

I just want to be happy....

Stella Capek:)

-Stella Allisya Qirani

Bertepatan saat Stella selesai menulis buku diary nya, pintu rumah nya di ketok 3 kali, dan ia yakin itu adalah papa nya. Dengan capat ia menutup dan mengunci buku nya dan ia masukkan kembali ke dalam laci.

"Masuk aja pa, pintu nya enggak Stella kunci." Ucap Stella seraya menghapus sisa air mata nya.

"Nih minum, kalo air di teko habis langsung isi. Jangan di tunda-tunda!" Ujar Vano sembari menyerahkan botol minum yang besar.

Stella mengambil botol itu dari tangan sang ayah "Makasih pa," Ucap Stella sambil tersenyum manis ke arah ayah nya.

Sedangkan ayah nya hanya memasang wajah datar lalu keluar dari kamar Stella.

Huftt

"Kapan Aku bisa merasakan pelukan hangat dari sekarang ayah?" Batin Stella

[TO BE CONTINUE]

Target Nya Tembus 60 VOTES Dan 100 Komentar!

ZIDAN AL-ATHAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang