Sixteen

2.6K 233 29
                                    

Happy Reading

-||-

Membutuhkan waktu dua puluh lima menit dokter menangani pasiennya, yaitu Farah-bunda Rafael. Sekarang dokter yang telah menangani bundanya sudah keluar dari ruangan, membuat Rafael menatapnya dengan penuh tanya. Dokter tersebut mengetahui maksud Rafael, dokter segera menjelaskan apa yang terjadi dengan bundanya itu?.

"Saya minta maaf sebesar-besarnya karena kami sudah berusaha semaksimal mungkin tetapi tuhan sudah berkehendak lain. Karena didalam infusnya terdapat obat cair yang dapat mematikan seseorang dalam jangka waktu singkat, dan ternyata Nona Farah mempunyai penyakit tumor yang sudah sembuh waktu empat tahun yang lalu dan sekarang tumor tersebut tumbuh dalam kepala Nona Farah, tumor yang sekarang lebih ganas dari tahun lalu. Ditambah dengan obat cair yang dapat mematikan pada jangka waktu membuat Nona Farah tak kuat untuk menahannya. Dan kemungkinan besar ada orang yang sengaja melakukannya, soalnya dirumah sakit kami tidak ada obat cair tersebut. Semoga anda bisa mengikhlaskan, Permisi," ucap Dokter tersebut dengan tegas kepada Rafael, dan pergi dari ruangan IGD untuk mengurus lainnya.

"AKHHHH!!!" Teriak Rafael dengan tangis kencangnya.

Pada hari selasa tepat pukul dua malam Nona Farah Anindita sudah pergi selama-lamanya dan tak dapat kembali lagi. Kabar tersebut sudah sampai ke telinga ayahnya Raka Danendra.

"Bun, bunda harus bangun buat Rafa,"

"Rafa nggak bisa hidup tanpa bunda,"

"BUNDA BANGUN BUN!!"

"El sudah, biarkan bunda kamu tenang dialam sana," ucap Raka mengusap pundak anaknya.

"Kenapa bunda tinggalin Rafa yahh?" ucap Rafa yang sekarang sudah berada di pelukan ayahnya.

"Ini emang udah takdir bunda kamu, Allah lebih sayang sama banda kamu el," ucap Raka yang memeluk anaknya agar lebih tenang.

"Sekarang kamu pulang dulu, naik mobil ayah biar diantar sopir, sekarang kam istirahat dulu biar ayah yang mengurus jasad bunda kamu," lanjutnya melepas pelukannya dan memegang pundak Rafael untuk membuat Rafael tegar dan ikhlas.

"Ikhlasin bunda kamu, walaupun itu sulit," ucapnya mencoba mentegarkan anaknya itu yang sekarang dengan kondisi lemah.

"Biarkan bunda kamu bahagia di sana, dan kalau kamu sedih bunda kamu juga bakal sedih," lanjutnya dan tak dibalas apapun sama Rafael.

"Pak, tolong antarkan anak saya pulang kerumah saya dan nanti tolong bilangin ke Bi Asih dan Bi Inah untuk menyiapkan segala keperluan untuk pemakaman istri saya," ucap Raka kepada sopir pribadinya lewat telepon.

"Baik tuan," balas pak sopir dari balik teleponnya.

"El, sekarang kamu ke lobby rumah sakit dan tunggu pak komar yang akan menjemput mu," ucap Raka dan tak dijawab oleh Rafael, dan Rafael segera pergi dari ruangan bundanya, mungkin saran dari ayahnya benar bahwa dirinya harus istirahat terlebih dahulu.

Sepeninggalan Rafael, Raka baru bisa menunjukkan bahwa dirinya sekarang juga lemah dan akan berusaha tegar didepan anaknya. Sekarang Raka menangis dengan suara kecil.

"Farah, kenapa kamu tinggalin saya?"

"Farah, maafkan saya yang sudah membuat keluarga kita hancur."

RAFAEL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang