🎈 Bahagian #17 | Speranza🎈

32 8 1
                                    

KEYDO dan Brina sudah sampai di sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KEYDO dan Brina sudah sampai di sekolah. Keydo mengerem sepeda begitu memasuki area parkir. Ia menyingkirkan tangan kirinya dari setang agar Brina bisa leluasa turun dari sepeda.

Brina menapakkan kaki ke tanah. Ia meringis samar saat merasakan pegal di salah satu bagian tubuhnya. Cukup menyiksa sebenarnya duduk di bagian depan sepeda. Apalagi, dalam waktu yang cukup lama. "Makasih, ya, Do."

Keydo hanya menanggapi dengan dehaman singkat. Ia memasang standar pada sepeda, lalu berdiri di dekat Brina. "Karet gelangnya bisa dilepas aja. Kan, udah sampe."

Refleks, Brina memegang rambutnya yang dikucir. Gadis itu menggeleng pelan kemudian. "Biarin aja tetep dikucir kayak gini. Biar rambutnya enggak ganggu." Ia tersenyum kemudian.

Keydo mengangkat bahu dan berjalan lebih dulu. Tanpa Brina sadari, Keydo tersenyum samar mengingat kata-kata gadis itu tadi. Namun, sesegera mungkin Keydo mengembalikan ekspresi wajahnya menjadi datar.

Brina menyusul langkah Keydo. Akan tetapi, niatnya tertahan sejenak saat ada seseorang yang menyerukan namanya. Gadis itu menoleh ke belakang dan melihat sosok Saki tengah berlari kecil ke arahnya.

"Hai, Brina!" sapa Saki di tengah-tengah napas yang memburu akibat berlari. Laki-laki berlesung pipi itu berhenti tepat di hadapan Brina. Ia membungkuk dengan kedua tangan bertumpu pada lutut.

Melihat Saki yang kelelahan seperti itu, membuat Brina tertawa geli. "Ngos-ngosan banget kamu, Sak." Gadis itu dengan penuh perhatian mengambil botol minum dari kantung sebelah kanan tasnya, lalu memberikannya pada Saki. "Nih, minum dulu biar enggak capek."

Saki mengangkat wajah, menatap Brina. "Enggak apa-apa?"

Brina mengangguk sambil tersenyum. "Enggak apa-apa. Asal enggak kena bibir, ya."

Saki tersenyum lebar. Hal itu membuat kedua lesung pipinya tercetak dengan sangat jelas. Laki-laki itu segera mengambil alih botol minum dari tangan Brina. "Makasih, ya," ucapnya seraya tersenyum.

"Sama-sama."

Saki memilih duduk di salah satu jok sepeda motor---entah milik siapa---dan mulai menenggak isi dari botol minum Brina. Ia tertegun saat merasakan manis dari cairan yang ditenggaknya. "Kok, manis, ya?" heran Saki sambil menatap Brina.

Brina tersenyum dan berkata, "Soalnya, itu air teh, makanya manis."

Saki manggut-manggut. "Sama kayak yang punya berarti," gumamnya tanpa sadar.

Brina yang mendengar hal tersebut langsung mengernyit. "Kamu bilang apa, Sak, barusan?"

Saki tercenung. Ia mengerjap beberapa kali dan terdiam. Ia tidak menyangka kalau gumamannya tadi akan sampai di telinga Brina.

Brina menatap Saki dengan raut penasaran.

Saki mengusap tengkuk. "Eum ..., enggak, enggak. Aku ... cuma bilang kalo ... minumannya enak. Gitu," kilah Saki pada akhirnya. Dalam hati, ia merapal doa agar Brina tidak curiga.

To Make You Smile [TAMAT✓] | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang