🎈 Bahagian #58 | Egois🎈

23 5 2
                                    

Well, vote dulu, yuk, sebelum baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Well, vote dulu, yuk, sebelum baca

Thanks and enjoy the story!
🙃❤️

🎈

BUGH!

Saki melempar sebuah bola tenis ke dinding kamar, lalu menangkapnya kembali. Ia lakukan hal tersebut berulang-ulang. Posisi Saki saat ini berbaring di atas tempat tidur dengan kedua kaki terangkat, bersandar pada dinding.

BUGH!

"Aku ... makasih banget karena kamu udah mau jujur tentang perasaan kamu ke aku. Aku pun ... suka sama kamu, Saki."

"Aku suka sama sikap kamu yang baik ..., hangat, dan ... ngasih pengaruh positif. Itu kenapa ... aku suka ketika kamu nganggep aku sebagai sahabat kamu."

"Kayaknya, lebih baik kita jalani hubungan kita yang kayak gini aja, Sak. Alangkah lebih baiknya juga kalo ... kita fokus sama sekolah aja dulu."

BUGH!

"AW!" aduh Saki karena bola tenis yang ia lempar gagal tertangkap dan malah berakhir menyerang dahi. Hal itu terjadi karena Saki tidak fokus, terbayang akan percakapannya bersama Brina beberapa hari lalu, tepatnya saat peringatan Hari Ibu di sekolah. Laki-laki itu meringis dan mengusap-usap titik perkenaan bola.

Saki mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk di atas tempat tidur. Ia mengambil bola tenis dan menatap benda tersebut selama beberapa saat. Tangannya berubah menggenggam bola tersebut. Sekuat tenaga, laki-laki itu mengayunkan tangan ke belakang, lalu melempar bola tenis ke arah pintu. Tak diduga, saat itu juga pintu kamar Saki terbuka, menampakkan seorang wanita paruh baya. Alhasil, wanita tersebut terkejut oleh bola tenis yang mengarah kepadanya. Untung saja ia masih sempat untuk mengelak.

"SAKIII!" Si wanita menatap Saki dengan raut geram.

Saki meringis tanpa suara mendengar teriakan Sania. Ia segera turun dari tempat tidur dan berjalan menghampiri sang bunda.

Sania berkecak pinggang dan menatap Saki dengan tajam. Napasnya sedikit sesak, menahan emosi.

"M-maaf, Bun," ucap Saki, meraih tangan kanan Sania dan mencium bagian punggung tangan.

"Kamu, tuh, apa-apaan, sih, lempar-lempar bola ke pintu? Ngagetin Bunda aja, deh. Untung enggak kena," tegur Sania. "Kalo mau main tenis, di lapangan. Jangan di sini."

Saki mengangguk patuh dan menjawab, "Iya, Bun."

Sania mendengkus pelan. "Omong-omong, tumben kamu di rumah aja. Enggak ada rencana mau main ke rumah Ido sama Brina?" Wanita itu mengalihkan topik pembicaraan berhubung emosinya sudah sedikit reda.

Raut muka Saki langsung berubah begitu mendengar nama kedua sahabatnya disebut. Laki-laki itu memutar bola mata malas. "Ngapain ke sana?" tanyanya enggan.

To Make You Smile [TAMAT✓] | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang