Aduh, udah lama banget, ya, “To Make You Smile” enggak update😥
I’m so sorry for that karena enggak tau kenapa, mendekati akhir malah writer’s block makin menjadi-jadi dan akhirnya break selama seminggu (lebih beberapa hari)So, ini dia kelanjutannya
Panjang, tapi semoga bisa mengobati penantian kalian selama seminggu lebih ini
(kalo ada)Well, vote dulu, yuk, sebelum baca
Thanks and enjoy the story!
🙃❤️🎈
DINGIN. Itulah yang Brina rasakan tatkala memegang jari-jemari milik laki-laki yang terbaring lemah di atas brankar. Sudah sepuluh hari lamanya laki-laki itu terjebak dalam koma---keadaan tidak sadar sama sekali dan tidak mampu memberi reaksi terhadap suatu rangsangan---akibat kecelakaan parah yang dialami. Secara logis, seharusnya bukan laki-laki itu yang mengalami kecelakaan, melainkan Brina.
Brina menunduk dan secara otomatis membuat air matanya mengalir dengan mulus. Hampir setiap hari gadis itu menangis karena merasa bersalah terhadap si laki-laki. Penyesalan seperti tiada akhir muncul di benaknya. Tak jarang juga, Brina terbayang bagaimana nasib si laki-laki ke depannya. Gadis itu amat khawatir jika terjadi sesuatu yang buruk. Ia ... tidak siap kehilangan orang tersayangnya untuk ke sekian kali. Sungguh. Andaipun harus ada yang hilang, Brina berharap jika itu adalah dirinya.
Tarikan dan embusan napas berat dari Brina terdengar jelas di ruangan. Brina menatap wajah si laki-laki yang tampak pucat dengan beberapa luka lecet yang sudah mengering. Bagian dahi dililit oleh perban putih. Tak terlupa, nasal canul terpasang di bagian hidung, membantu mengalirkan oksigen untuk si laki-laki agar tetap dapat bernapas dengan baik. Suara detak jantung yang terdengar melalui alat elektrokardiogram juga masih terdeteksi. Setidaknya, hal tersebut membuat Brina sedikit tenang dan yakin jika si laki-laki akan baik-baik saja. Harus.
Brina menatap si laki-laki dengan sendu. Wajah gadis itu sembap. Ia menelan ludah dengan berat. “Ido ...,” lirihnya. Gadis itu memejamkan kedua mata sejenak. “Kamu udah terlalu lama tidur. Kamu tau, ‘kan, kalo itu enggak baik? Aku ... emang salah atas kejadian ini, Do, tapi ... aku mohon .... Bangun, ya. Aku ... pengin liat senyum kamu lagi. Senyum ... seorang kakak terhadap ... adiknya.”
Perih sekali hati Brina saat mengungkapkan hal tersebut, terutama di bagian kalimat terakhir. Kakak dan adik. Ya, memang itulah hubungannya dengan Keydo yang sebenarnya. Hubungan yang telah lama mengendap sebagai rahasia. Cukup berat memang untuk menerima kenyataan tersebut. Namun, Tuhan telah menciptakan hati agar manusia dapat merasa ikhlas dan sabar.
Brina kembali memegang tangan Keydo. Secara otomatis, rasa dingin pun menyapa. Brina menunduk dalam. “Kak ..., bangun, ya. Adek mohon ...,” cicit Brina diiringi isak samar. Ia menunduk, membiarkan air matanya mengalir dengan deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Make You Smile [TAMAT✓] | @penaka_
Ficção Adolescente[Fiksi Remaja] - [Tamat] ❨Cerita ini diikutkan dalam ajang High Future Books Writing Competition (HICOM)❩ Keydo itu laki-laki yang dingin, cuek, tertutup, dan tidak terlalu banyak bergaul dengan orang lain. Sedangkan Brina itu gadis yang ceria, mura...