🎈Bahagian #9 | Kisah Brina🎈

37 10 6
                                    

MALAM harinya, Keydo menghabiskan waktu di taman belakang rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MALAM harinya, Keydo menghabiskan waktu di taman belakang rumah. Laki-laki berkaus hitam itu tengah duduk di sebuah ayunan sambil membaca buku. Kedua telinganya tersumpal earphone yang mengalunkan musik dari ponsel. Keydo merasa begitu bebas karena bisa melakukan hal yang membuatnya merasa nyaman dan tenang.

Di lain sisi, Kay yang berada di dalam rumah tak sengaja melihat Keydo. Wanita itu berhenti berjalan dan menatap putranya selama beberapa saat. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk senyuman.

Kay baru saja pulang dari tempat kerja, tepatnya kantor penerbitan majalah. Ia merasa lelah sebenarnya. Ingin segera istirahat, merebahkan diri di kasur kamar yang empuk. Namun, begitu melihat Keydo, rasa lelahnya secara otomatis menguap begitu saja. Keydo bagai penawar lelah baginya.

Tergerak hati Kay untuk menemui sejenak putranya. Ia berjalan ke arah pintu kaca untuk menuju taman belakang. Ia mendorong pintu tersebut dan tersenyum pada Keydo yang masih sibuk membaca buku. “Bacaannya asyik, nih, kayaknya.”

Mendengar suara tersebut, Keydo mengangkat wajah. Ia menemukan Kay yang sedang berjalan ke arahnya. Laki-laki itu menutup buku setelah membatasinya menggunakan sticky notes kecil. “Mama?”

Kay tersenyum. Ia duduk di ayunan kosong sebelah kanan Keydo. “Kok, enggak dilanjut baca bukunya?”

Keydo melepas kedua earphone agar bisa mendengar suara mamanya lebih jelas. “Kan, lagi ada Mama di sini. Masa Ido sibuk sendiri.”

Kay tersenyum simpul mendengar jawaban Keydo. Tangannya terangkat, mengusap puncak kepala laki-laki di samping kirinya. “Oh, ya. Tadi siang, kalian makan apa?”

“Kalian?” Keydo terdiam beberapa saat. Ia akhirnya paham mengapa Kay menanyakan ‘kalian’ bukannya ‘kamu’. Keydo baru ingat kalau ada Brina di rumah ini. “Tadi, makan mi kuah pake telur, Ma.”

“Bikin sendiri?”

“Enggak. Ido masak bareng Brina.”

Kay manggut-manggut. “Kalo makan malem udah belum? Kalo misal belum, biar Mama masakin, nih.”

“Enggak perlu, Ma,” tolak Keydo dengan sopan. “Mama, kan, baru aja pulang. Pasti capek. Lagian, tadi Ido sama Brina udah makan, kok, order online. Tadi Keydo juga pesen satu lagi, khusus buat Mama.”

Kay terdiam. Ia merasa tersentuh dengan perhatian Keydo. “Ya ampun. Anak mama, kok, baik gini, sih? Makasih banyak, ya.”

Keydo hanya menanggapi dengan senyum tipis.

“Syukurlah kalo misal kalian udah makan malem. Bahaya kalo sampe kalian mati kelaperan.”

Keydo geleng-geleng mendengar celetukan mamanya yang agak berlebihan. Ia menurunkan pandang, menatap sekilas buku bacaan di pangkuan.

“Oh, ya. Besok, Brina udah mulai sekolah, di sekolah yang sama kayak kamu, Do. Untung, tadi pihak sekolah enggak keberatan nerima Brina karena nilai rapornya dia bagus-bagus,” tutur Kay. “Dia juga bakal satu kelas sama kamu.”

To Make You Smile [TAMAT✓] | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang