Well, vote dulu, yuk, sebelum baca
Thanks and enjoy the story!
🙃❤️🎈
MALAM hari, Keydo dan Brina tengah berada di taman belakang rumah. Hari ini adalah Hari Ibu, tak mungkin jika Brina tak merindukan mendiang mamanya. Maka dari itu, ia memutuskan untuk melampiaskan perasaannya dengan mengukir permukaan pohon trembesi di taman belakang rumah Keydo. Tentu, ditemani langsung oleh sang pemilik.
Keydo berdiri tepat di sebelah kanan Brina. Agar tidak jenuh, ia menemani Brina sambil mendengarkan musik melalui earphone.
"Keydo," panggil Brina.
Keydo membalas dengan dehaman singkat. Walaupun kedua telinganya tersumpal oleh earphone, ia masih dapat mendengar suara di sekitar.
"Nama yang aku tulis di tangan kiri udah nambah, lho," ungkap Brina sambil fokus mengukir permukaan pohon menggunakan cutter.
Kedua alis Keydo terangkat mendengar perkataan Brina tersebut. "Oh, ya?"
Brina mengangguk sambil tersenyum. Ia menghentikan aktivitasnya sejenak. Gadis itu mengangkat tangan kiri dan menyingsingkan lengan kaus panjang. Terlihatlah permukaan tangan kiri Brina secara jelas.
Keydo menjeda musik yang terputar dan melepas earphone yang semula menyumpal kedua telinga. Laki-laki itu menatap tangan kiri Brina dengan intens.
"Namanya nambah, 'kan? Pertama, kan, aku nulis Mama, habis itu Papa. Nah, sekarang aku tambah ada Mama Kay, mamanya kamu," tutur Brina dengan senyum manis yang tak lekang sedikit pun dari bibir.
Mata Keydo memindai nama-nama yang tertulis di tangan kiri Brina. Sudut bibir Keydo tertarik samar ke atas, tersenyum. "Itu artinya, Mamaku adalah salah satu orang tersayang versi kamu?"
Brina tersenyum dan mengangguk.
Keydo ikut tersenyum, tipis saja. Laki-laki itu kembali menatap tangan kiri Brina. Ia tersadar akan sesuatu. Keydo baru sadar jika bekas luka sayat di tangan kiri Brina mulai memudar, walaupun beberapa masih terlihat membekas. "Bekas luka sayat kamu ...," gumamnya.
Brina refleks mengikuti arah pandang Keydo. Gadis itu segera paham. "Iya, bekas luka sayatnya udah mulai ilang."
Keydo beralih menatap Brina. Ada perasaan lega mendengar perkataan Brina tersebut. "Baguslah," ucapnya pelan.
Brina tersenyum tipis dan kembali lanjut menyelesaikan ukiran di permukaan pohon. Sementara itu, Keydo kembali menunggu. Ia menatap pohon trembesi di depannya dan tak sengaja memandang ke satu titik, yaitu ukiran buatannya saat masih kecil dulu. Walaupun ukiran tersebut tidak terlihat jelas, Keydo hapal letaknya.
Laki-laki itu melirik Brina yang tampak asyik mengukir. Brina melakukan hal tersebut untuk menenangkan diri sekaligus meluapkan perasaan, salah satunya kerinduan terhadap mendiang orang tersayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Make You Smile [TAMAT✓] | @penaka_
Novela Juvenil[Fiksi Remaja] - [Tamat] ❨Cerita ini diikutkan dalam ajang High Future Books Writing Competition (HICOM)❩ Keydo itu laki-laki yang dingin, cuek, tertutup, dan tidak terlalu banyak bergaul dengan orang lain. Sedangkan Brina itu gadis yang ceria, mura...